WAMENA, KOMPAS — Evakuasi warga setelah kerusuhan di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua, mulai dibatasi. Perempuan, warga lanjut usia, dan anak-anak jadi prioritas yang diangkut pesawat Hercules TNI Angkatan Udara keluar dari Wamena.
Penumpang pesawat Hercules di Detasemen Pangkalan TNI AU Wamena, Rabu (2/10/2019), didominasi perempuan dan anak-anak. Laki-laki yang diperbolehkan naik pesawat adalah mereka yang sakit, lansia, atau mendampingi istri dan anak yang sakit.
”Kami harap para pria tetap tinggal di Jayawijaya. Mereka pilar membangun Wamena,” kata Komandan Pangkalan TNI AU Silas Papare Jayapura Marsekal Pertama Tri Bowo Budi Santoso, di Wamena, kemarin.
Yudhi, pengungsi yang bertahan, mengatakan, warga tak akan pulang kampung jika ada jaminan situasi aman permanen. ”Warga pulang kampung karena trauma berat. Mereka kehilangan kerabat dan seluruh harta,” katanya.
Kemarin, perekonomian berangsur pulih di sebagian wilayah kota, sementara di sebagian lain masih lengang. Layanan pendidikan di semua sekolah di Wamena juga masih lumpuh. Pelayanan kesehatan baru berjalan di RSUD Wamena dan dua puskesmas.
Bupati Jayawijaya John Richard Banua mengatakan, situasi keamanan di Wamena membaik. Pemerintah Kabupaten Jayawijaya bersama TNI-Polri terus meyakinkan warga. ”Data sementara, pengungsi sekitar 20.000 orang,” ujarnya.
Jaminan keamanan
Kemarin, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab bersama sejumlah tokoh paguyuban masyarakat Provinsi Papua mengunjungi pengungsi di Wamena. Hal itu dilakukan demi meyakinkan para tokoh paguyuban agar tak terpengaruh kabar bohong soal nasib warga.
”Kami harap pimpinan paguyuban percaya pada jaminan keamanan warga di Wamena,” ujarnya. Jumlah pasukan TNI-Polri di Wamena cukup untuk mengamankan situasi. ”Kami menyiapkan pasukan dari Batalyon 756, Kodim 1702/Jayawijaya, Batalyon 501, beserta Polres Jayawijaya. Semua siap memulihkan kembali situasi,” ujar Herman.
Kepala Pusat Pengembangan Sarana Prasarana Pendidikan, Olahraga, dan Pasar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Iwan Suprijanto mengatakan, PUPR sedang mendata bangunan pemerintah dan rumah warga terdampak kerusuhan 23 September 2019. Setelah pendataan, puing-puing bangunan dibersihkan bersama TNI-Polri.
Sementara itu, 54 warga Sulawesi Selatan yang tinggal di Wamena tiba di Makassar pukul 14.00 Wita. Mereka bagian dari 174 pengungsi yang diangkut pesawat Hercules. Sisanya menuju Jawa. ”Saya bersyukur selamat,” kata Ledan (25), warga asal Palopo, sopir mobil barang di Wamena.
Rabu pukul 15.00 WIB, 120 warga asal Jawa Timur juga tiba di Bandara Abdulrachman Saleh, Malang. Mereka di antaranya disambut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Mereka berasal dari Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Madura.
”Harapan saya, situasi segera damai, tak ada kerusuhan lagi,” kata Ramadhani (23), warga asal Probolinggo yang setahun terakhir bekerja di toko telepon seluler. Ia pulang bersama istrinya yang hamil lima bulan, keponakan, dan orangtua.
”Kerusuhan dimulai dari pinggiran. Keluarga saya diselamatkan Mama Manu, warga asli Wamena. Dimasukkan ke rumahnya dan para perusuh pergi,” ujar Ramadhani.
Hubungan pendatang dan warga Wamena, katanya, sangat baik. Mereka bertetangga dengan baik. ”Hubungan kami baik-baik saja. Perusuh itu saya tak kenal, bukan orang sekitar sana. Ada anak-anak mudanya,” ucap Ramadhani. (FLO/VDL/DIA)