Program pembangunan 65 bendungan besar yang tersebar di seluruh Tanah Air ditargetkan rampung pada 2023. Infrastruktur tersebut diharapkan meningkatkan jangkauan lahan yang dialiri air demi menjaga ketahanan pangan.
Oleh
Videlis Jemali
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Program pembangunan 65 bendungan besar yang tersebar di seluruh Tanah Air ditargetkan rampung pada 2023. Infrastruktur tersebut diharapkan meningkatkan jangkauan lahan yang dialiri air demi menjaga ketahanan pangan nasional.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hari Suprayoga, seusai mengikuti pembukaan acara Seminar Nasional Bendungan Besar di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/10/2019) malam.
Ke-65 bendungan ini merupakan program pembangunan bendungan yang dicanangkan sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo pada 2014. ”Sesuai dengan target, diharapkan semuanya rampung pada 2023. Saat ini sudah selesai dibangun dan berfungsi 15 bendungan,” kata Hari.
Bendungan yang telah selesai tersebut antara lain Bendungan Jatigede di Jawa Barat dan Bendungan Raknamo di Nusa Tenggara Timur. Dari sisa 50 bendungan, sebanyak 41 bendungan saat ini sedang dikerjakan oleh Kementerian PUPR. Sementara sembilan bendungan lainnya dipastikan tahun ini selesai tahap lelang.
Hari menyebutkan, bendungan besar penting demi ketahanan pangan nasional. Sejauh ini, baru 11 persen dari 7,3 juta hektar sawah yang terjangkau bendungan besar. Dengan pembangunan 65 bendungan hingga 2023, diharapkan jangkauan pengairan mencapai 18 persen luas sawah.
Dengan peningkatan itu, ketahanan pangan diharapkan semakin baik. Sawah selama ini lebih banyak dialiri bendungan kecil yang tak berfungsi normal saat musim kemarau.
Hari mengakui, pembangunan bendungan dalam lima tahun terakhir menghadapi berbagai masalah. Di antaranya masalah teknis seperti perencanaan yang sangat panjang prosesnya hingga masalah nonteknis terkait pembebasan lahan masyarakat.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyatakan, daerahnya merupakan salah satu penyangga pangan nasional. Karena itu, bendungan besar atau waduk masih sangat dibutuhkan agar posisi tersebut tetap bisa dipertahankan. Saat ini, dua bendungan besar sedang dikerjakan di Sulsel, yakni Bendungan Karaloe dan Paselloreng.
Salah satu masalah pengelolaan bendungan selama ini di Sulsel adalah tingginya sedimen. Hal itu salah satunya terjadi di Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa. Karena itu, menjaga daerah hulu tetap lestari menjadi keharusan. Alih fungsi lahan dan atau hutan di hulu harus dikendalikan.
Ketua Panitia Seminar Nasional Bendungan Besar Budi Agung Waskito menuturkan, seminar dalam dua hari ke depan diharapkan melahirkan inovasi dalam pembangunan bendungan. Dari 117 makalah yang diterima panitia, terseleksi 17 makalah. Ke-17 makalah itu akan diseminarkan.