Jejak Pesohor di Senayan
Keberadaan pesohor di DPR mendapat ujian dengan menurunnya daya tarik selebritas. Dalam tiga pemilu terakhir, persentase kursi anggota DPR dengan latar belakang pesohor dibandingkan total kursi DPR terus menurun.
Tidak sedikit pesohor atau selebritas yang beralih dari panggung hiburan ke panggung politik parlemen. Popularitas dan kapabilitas politik menjadi tantangan para pesohor mempertahankan dukungan masyarakat.
Pada Pemilu 2009 terdapat 59 pesohor yang dicalonkan untuk menjadi anggota DPR 2009-2014. Calon anggota legislatif tersebut dicalonkan oleh 14 dari 38 partai peserta pemilu legislatif.
Pada Pemilu 2014, jumlah pesohor yang ikut serta dalam bursa pemilu legislatif tetap 59 orang. Pemilu tahun ini, sedikitnya ada 96 caleg pesohor yang mendaftar melalui delapan partai peserta Pemilu 2019.
Suara yang didulang para selebritas ini juga cukup meyakinkan. Di antara pesohor yang mampu meraih suara tinggi adalah Tantowi Yahya yang maju dari Partai Golkar (Sumatera Selatan II). Ia mampu meraup 209.044 suara pada Pemilu Legislatif 2009.
Lima tahun berikutnya muncul nama Rieke Diah Pitaloka (Jawa Barat VII) yang dicalonkan melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ia berhasil memperoleh 255.044 suara. Pada pemilu 2019, Rano Karno dari PDI-P (Banten III) sukses meraih dukungan 274.294 suara.
Beberapa selebritas juga tercatat eksis sebagai anggota DPR untuk tiga periode. Nama-nama seperti Rieke Diah Pitaloka, Eko Hendro Purnomo, Nurul Arifin, Primus Yustisio, dan Rachel Maryam terpilih sebagai anggota DPR sejak 2009-2014, 2014-2019, dan 2019-2024.
Keterpilihan mereka hingga tiga periode sedikit banyak membuktikan bahwa pesohor juga bisa berkiprah dalam dunia politik, tentu saja dengan modal kapabilitas dan jaringan politik yang memadai.
Pesohor Pemilu 2009
Hasil Pemilu Legislatif 2009 memperlihatkan, setidaknya ada 18 anggota DPR dengan latar belakang pesohor. Partai Demokrat, selain sebagai partai pemenang pemilu, juga menjadi parpol yang paling banyak mengirimkan caleg terpilih dari kalangan selebritas. Total ada tujuh orang yang berhasil duduk di kursi empuk DPR.
Suara terbanyak diraih Angelina Sondakh (daerah pemilihan Jawa Tengah VI, dengan perolehan 145.159 suara) dan Nurul Qomar (daerah pemilihan Jawa Barat VIII, dengan perolehan 101.170 suara). Sementara caleg terpilih lain adalah Samiadji Massaid (Jawa Timur II), Ruhut Sitompul (Sumatera Utara III), Inggrid Kansil (Jawa Barat IV), Venna Melinda (Jawa Timur VI), serta Theresia Pardede (Jawa Barat II).
Selain Partai Demokrat, PDI-P dan Partai Golkar juga berhasil mengirimkan tiga kader dari kalangan pesohor ke Senayan. Dari PDI-P ada Rieke Diah Pitaloka (daerah pemilihan Jawa Barat II, dengan perolehan 80.681 suara), Guruh Soekarnoputra (Jawa Timur I), dan Dedy Gumelar (Banten I). Dedy Gumelar kini sudah berpindah partai ke Partai Amanat Nasional.
Jika melihat data pesohor yang mencalonkan diri dan data hasil Pemilu 2009-2019, rata-rata hanya seperempat selebritas yang kemudian bisa terpilih sebagai anggota DPR.
Tiga kader Partai Golkar adalah Tantowi Yahya (daerah pemilihan Sumatera Selatan II, dengan perolehan 209.044 suara), Nurul Arifin (daerah pemilihan Jawa Barat VII, dengan perolehan 122.452 suara), dan Tetty Kadi (Jawa Barat VIII).
Selanjutnya ada PAN dan Partai Gerindra yang sama-sama menempatkan dua selebritas jadi caleg terpilih. Dari PAN ada Eko Hendro Purnomo (daerah pemilihan Jawa Timur VIII, dengan perolehan 64.176 suara) dan Primus Yustisio (daerah pemilihan Jawa Barat IX, dengan perolehan 60.684 suara).
Dua kader Partai Gerindra dengan latar belakang pesohor adalah Jamal Mirdad (daerah pemilihan Jawa Tengah I, dengan perolehan 36.674 suara) dan Rachel Maryam Sayidina (daerah pemilihan Jawa Barat II, dengan perolehan 25.540 suara). Sementara Okky Asokawati (DKI II) menjadi satu-satunya pesohor dari Partai Persatuan Pembangunan yang berhasil masuk menjadi anggota DPR.
Pesohor Pemilu 2014
Lima tahun berikutnya, jumlah pesohor yang lolos ke Senayan mengalami penurunan. Dari 560 calon anggota legislatif terpilih hasil Pemilu 2014, hanya 16 orang yang berlatar belakang selebritas.
Jika pada Pemilu 2009 Partai Demokrat berhasil mengirimkan kader paling banyak, pada Pemilu 2014 PAN tercatat paling banyak menempatkan caleg terpilih dari kalangan selebritas.
Setidaknya ada lima orang yang berhasil lolos ke Senayan. Mereka adalah Lucky Hakim (daerah pemilihan Jawa Barat VI, dengan perolehan 57.891 suara), Anang Hermansyah (Jawa Timur IV, 53.559 suara), Desy Ratnasari (Jawa Barat IV, 56.397 suara), Primus Yustisio (Jawa Barat V, 45.485 suara), dan Eko Hendro Purnomo (Jawa Timur VIII, 69.301 suara).
Selanjutnya disusul Partai Demokrat dan PDI-P yang sama-sama menempatkan dua selebritas jadi caleg terpilih. Dari Partai Demokrat ada Venna Melinda (Jawa Timur VI, 49.383 suara) dan Dede Yusuf Macan (Jawa Barat II, 142.939 suara). Adapun dari PDI-P ada Rieke Diah Pitaloka (Jawa Barat VII, 255.044 suara) dan Junico BP Siahaan (Jawa Barat I, 64.980 suara).
Sementara itu, Partai Kebangkitan Bangsa menempatkan Krisna Mukti (Jawa Barat VII, 31.987 suara) serta Partai Gerindra dengan Rachel Maryam Sayidina (Jawa Barat II, 58.758 suara) dan Jamal Mirdad (Jawa Tengah I, 39.760 suara). Kemudian Partai Golkar dengan Tantowi Yahya (DKI III, 45.507 suara) dan Okky Asokawati (DKI II, 35.727 suara) dari PPP.
Pesohor Pemilu 2019
Kursi DPR masih menjadi magnet bagi pesohor pada Pemilu 2019. Berdasarkan data KPU, sedikitnya ada 96 caleg pesohor yang mendaftar melalui delapan partai peserta Pemilu 2019.
Partai Nasdem menjadi parpol yang paling banyak mencalonkan pesohor sebagai caleg, yaitu 39 orang. PDI-P berada di urutan kedua partai yang mencalonkan pesohor terbanyak, dengan jumlah caleg pesohor 15 orang.
PAN yang dalam dua kali pemilu legislatif terakhir cukup banyak mencalonkan pesohor kali ini hanya mencalonkan delapan caleg berlatar belakang artis sinetron, pelawak, musisi, dan penyanyi.
Hasil Pemilu Legislatif 2019 memperlihatkan, setidaknya ada 14 orang dengan latar belakang pesohor berhasil menjadi anggota DPR. Suara terbanyak dari kalangan selebritas diraup Rano Karno, Rieke Diah Pitaloka, dan Dede Yusuf.
Sebagaimana fenomena di Pemilu 2009, partai pemenang pemilu, juga menjadi parpol yang paling banyak mengirimkan caleg terpilih dari kalangan selebritas. PDI-P menjadi parpol yang paling banyak menempatkan kader berlatar belakang selebritas di DPR. Total ada empat orang yang berhasil masuk ke gedung parlemen.
Dua pemilu terakhir, seluruh suara selebritas yang terpilih sebagai anggota DPR berasal dari Pulau Jawa.
Suara terbanyak diraih Rano Karno (daerah pemilihan Banten III, dengan perolehan 274.294 suara) dan Rieke Diah Pitaloka (daerah pemilihan Jawa Barat VII, dengan perolehan 169.729 suara). Selain itu, ada Krisdayanti (Jawa Timur V) dan Nico Siahaan (Jawa Barat I).
Selanjutnya disusul PAN yang menempatkan tiga selebritas sebagai caleg terpilih. Mereka adalah Eko Hendro Purnomo (DKI Jakarta I, 104.564 suara), Primus Yustisio (Jawa Barat V), dan Desy Ratnasari (Jawa Barat IV).
Partai Gerindra dan PKB sama-sama menempatkan dua selebritas sebagai caleg terpilih. Dari Partai Gerindra ada Rachel Maryam (Jawa Barat II, 145.636 suara) dan R Wulansari atau Mulan Jameela (Jawa Barat XI). Adapun dari PKB terdapat Arzeti Bilbina (Jawa Timur I, 53.185 suara) dan Tommy Kurniawan (Jawa Barat V).
Adapun Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Demokrat masing-masing menempatkan satu wakilnya. Dari Partai Golkar ada Nurul Arifin (Jawa Barat I), dari Partai Nasdem ada Muhammad Farhan (Jawa Barat I), dan Partai Demokrat diwakili Dede Yusuf (Jawa Barat II).
Daya tarik
Melihat data keterpilihan caleg dengan latar belakang pesohor selama tiga kali penyelenggaraan pemilu terakhir, setidaknya ada tiga fenomena yang dapat dicermati. Pertama, popularitas tidak serta-merta sejalan dengan elektabilitas.
Jika melihat data pesohor yang mencalonkan diri dan data hasil Pemilu 2009-2019, rata-rata hanya seperempat selebritas yang kemudian bisa terpilih sebagai anggota DPR. Padahal, nama-nama artis yang dimajukan tentu saja bukan sembarangan, paling tidak sudah dikenal publik (populer), dan sudah melewati proses seleksi serta pembekalan dari parpol pengusungnya.
Aspek kedua adalah menurunnya daya tarik selebritas dalam pemilu legislatif nasional. Penurunan ini dapat dilihat dari persentase kursi anggota DPR dengan latar belakang pesohor dibandingkan dengan total kursi DPR.
Jika pada 2019 persentase kursi selebritas sebesar 3,2 persen, jumlahnya turun menjadi 2,8 persen pada 2014. Persentase ini makin menurun menjadi 2,4 persen pada 2019. Sementara jumlah kursi DPR periode 2019-2024 naik 15 kursi dibandingkan tahun sebelumnya dan jumlah pesohor yang mencalonkan diri pada Pemilu 2019 juga naik sebesar 38 orang.
Terakhir adalah daya jangkau keterpilihan caleg pesohor. Mayoritas selebritas yang terpilih mendulang suara di Pulau Jawa, lebih spesifik lagi di wilayah Jawa Barat. Pada Pemilu 2009, sebanyak 88 persen suara pesohor diraup dari Pulau Jawa dan 44 persen di antaranya dari Jawa Barat.
Dua pemilu terakhir, seluruh suara selebritas terpilih berasal dari Pulau Jawa. Kontribusi suara dari Jawa Barat kepada caleg terpilih pesohor mencapai 57 persen pada 2014 dan meningkat menjadi 71 persen pada 2019. Ini menunjukkan bahwa ceruk pasar selebritas masih terbatas pada daerah pemilihan di Jawa Barat. Padahal, dengan modal popularitas yang dimiliki pesohor, seharusnya mereka dapat menjangkau lebih jauh wilayah-wilayah di seluruh Nusantara.
Bisa jadi, tidak sepenuhnya masyarakat yang memiliki hak pilih menerima begitu saja pesohor untuk duduk di lembaga legislatif. Kapabilitas politik, latar belakang pendidikan, rekam jejak organisasi, dan kontribusi nyata juga menjadi pertimbangan masyarakat untuk memilih wakil rakyat.
Popularitas pesohor di panggung hiburan tidak menjamin keandalan mereka di dunia politik. Jika tidak diimbangi dengan kapabilitas dan intuisi dalam berpolitik, nama artis berpotensi dimanfaatkan sebagai pemanis belaka oleh kalangan partai-partai politik untuk mendulang suara tanpa melihat rekam jejak dan moral politik.
Hal lain yang patut dikhawatirkan lebih jauh, tanpa modal politik yang memadai, anggota DPR dari kalangan selebritas tersebut dapat terseret dalam lingkaran korupsi elite politik di negeri ini.
Jika sudah demikian, kehadiran pesohor di parlemen masih berkutat pada kepentingan diri sendiri. Padahal, fungsi DPR tegas menyebut untuk menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat. Artinya, anggota DPR dituntut lebih banyak mendengarkan suara rakyat dan memperjuangkannya dalam produk-produk perundang-undangan. (LITBANG KOMPAS)