Kepolisian Daerah Papua menyatakan, hingga Selasa (24/9/2019), sebanyak 21 warga sipil tewas dalam insiden kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kepolisian Daerah Papua menyatakan, hingga Selasa (24/9/2019), sebanyak 21 warga sipil meninggal dalam insiden kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin. Sebagian korban terjebak dalam bangunan yang dibakar massa.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal saat ditemui di Markas Polda Papua, Kota Jayapura, Selasa (24/9), mengatakan, berdasarkan pendataan terakhir hingga malam hari, 17 warga meninggal. Sementara pada Selasa pagi, aparat menemukan empat jenazah di bawah puing bangunan yang terbakar.
”Berdasarkan data sementara, 21 warga meninggal dunia. Sebagian yang meninggal karena terjebak dalam ruangan yang terbakar,” kata Ahmad.
Ahmad menuturkan, kemungkinan besar jumlah korban yang meninggal masih akan bertambah. Sebab, proses pencarian korban di bawah puing bangunan yang terbakar masih berlangsung hingga kini.
”Saat ini, situasi keamanan di Wamena telah kondusif. Sekitar 300 anggota pasukan Brimob dan Polres Jayawijaya yang bersiaga di sana,” kata Ahmad.
Kapolres Jayawijaya Ajun Komisaris Besar Tonny Ananda saat dihubungi mengatakan, situasi keamanan di Wamena hingga Senin pagi telah berhasil dikendalikan aparat TNI dan Polri. ”Sebanyak 2.000 warga yang mengungsi ke tempat kami. Saat ini, kami bersama TNI terus bersiaga untuk mengantisipasi adanya aksi susulan dari massa,” kata Tonny.
Sementara itu, Komandan Distrik Militer 1702 Jayawijaya Letnan Kolonel Inf Candra Dianto menambahkan, sebanyak 1.500 warga telah mengungsi ke Markas Kodim 1702 Jayawijaya.
Adapun unjuk rasa dipicu adanya informasi hoaks dugaan ujaran rasis dari seorang guru ke salah satu siswa di SMA PGRI Wamena pada 21 September 2019.
Massa mendatangi sejumlah sekolah dan meminta pelajar berhenti mengikuti kegiatan belajar. Massa pun membakar banyak fasilitas publik milik pemerintah, seperti kantor Bupati Jayawijaya, sejumlah pertokoan, dan ratusan rumah warga.
Jaringan internet di Wamena pun telah terputus. Bandar Udara Wamena juga tidak beroperasi sejak Senin pagi. Aktivitas perekonomian di daerah yang menjadi pusat distribusi barang di kawasan Pegunungan Tengah Papua ini pun lumpuh total.
Yudhi (40), salah satu warga yang mengungsi, mengatakan, para pengungsi berharap adanya bantuan makanan, tenda, selimut, air bersih, dan obat-obatan.
”Saat ini, warga hanya tidur di ruang terbuka milik Kodim dan Polres Jayawijaya. Semua pusat perbelanjaan, kios, dan apotik ditutup pemiliknya,” ujar Yudhi.