Dalam turnamen e-sport, tidak hanya pemain dan klub serta penyelenggara yang diuntungkan, ada peluang kerja lain yang bisa dihadirkan pada industri ini, seperti komentator, pencari bakat, hingga pengembang gim.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Indonesia memiliki peluang yang besar untuk pengembangan e-sport atau olahraga elektronik. Namun, sumber daya yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal tersebut terlihat dari belum adanya gim lokal yang dipertandingkan dalam e-sport.
Pemerintah melihat perkembangan industri e-sport di Indonesia yang sangat besar menjadi peluang bagi pengembang gim lokal untuk meningkatkan usahanya. "Kini pemerintah berpindah fungsi dari regulator menjadi fasilitator. Kita dengarkan apa yang mereka butuhkan dan biarkan ekosistem ini berjalan terlebih dahulu," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam pembukaan Idbyte Esports 2019 di Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (13/9/2019).
Berdasarkan laporan Newzoo, saat ini ada 43,7 juta pemain gim di Indonesia yang aktif menjalani hobinya. Bahkan, 55 persen di antara mereka rela mengeluarkan biaya untuk kepentingan yang berhubungan dengan gim.
Jumlah tersebut membuat Indonesia menjadi pasar e-sport terbesar di Asia Tenggara dan berada di peringkat ke-16 dunia dengan pendapatan tertinggi yang dihasilkan dari industri tersebut. Sejak 2017 Indonesia memperoleh keuntungan sebesar 880 juta dollar Amerika Serikat (Rp 12 triliun) dari e-sport. Industri e-sport secara global diprediksi akan tumbuh sebesar 1,4 miliar dollar AS (Rp 19 triliun) -2,4 miliar dollar AS (33 triliun) pada 2020.
Sebagai fasilitator, pemerintah telah membangun jaringan satelit Palapa Ring agar seluruh wilayah tersambung jaringan internet. Hal tersebut akan membantu meningkatkan ekosistem e-sport di seluruh Indonesia.
Pengembangan gim lokal
Rudiantara mengemukakan, agar industri e-sport Indonesia terus berkembang maka perlu ada dukungan pada pengembang gim agar mereka mampu memproduksi permainan yang laku di dalam dan luar negeri. Ia memandang, Indonesia masih ada di tingkat pengguna dan belum sampai ke tingkat produsen.
Hal tersebut terlihat dari ada pengembang gim Perancis yakni Gameloft yang mengembangkan bisnis di Yogyakarta tetapi belum ada gim asal Indonesia yang dimainkan secara global. “Indonesia memiliki peluang besar bagi pengembang gim untuk meningkatkan pasar. Kami berharap akan ada gim lokal yang diakui oleh dunia,” kata Rudiantara.
Senada dengan itu, Direktur Fasilitasi TIK Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) Muhammad Neil El Himam mengatakan, Indonesia memiliki penggemar e-sport yang besar. Mereka rela mengeluarkan biaya untuk mendukung hobinya.
Apabila peluang tersebut dikelola dengan baik, maka akan terbentuk sebuah industri kreatif yang sangat menguntungkan. Dalam sebuah turnamen e-sport, tidak hanya pemain dan klub serta penyelenggara yang diuntungkan, tetapi ada peluang kerja lain yang bisa dihadirkan pada industri ini, seperti komentator, pencari bakat, hingga pengembang gim.
Ia memiliki tekad untuk dapat mengembangkan gim lokal sehingga suatu saat dapat menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan pada e-sport. “Dalam sebuah acara di Jerman, kami pernah memamerkan gim buatan Indonesia dan banyak orang luar negeri yang antusias untuk memainkannya,” kata Neil.
Hal tersebut menunjukkan, gim Indonesia memiliki peluang untuk terus dikembangkan. Ia yakin, Indonesia akan memiliki sebuah gim yang dapat diakui dunia.
CEO dan pendiri Bubu.com sekaligus Chairwoman Idbyte Esports 2019, Shinta Dhanuwardoyo, mengatakan, untuk mengembangkan ekosistem e-sports di Indonesia perlu ada edukasi dan pertemuan antara pemain, pengembang, investor, serta pemerintah.
Lapangan kerja baru
Dengan mempertemukan mereka, maka akan ada dialog untuk mengatasi tantangan yang ada. Menurut Shinta, dalam tiga tahun terakhir ekosistem e-sport di Indonesia terus bertumbuh. Hal tersebut terlihat dari semakin meningkatnya pemain dan turnamen yang diadakan.
Alhasil, dengan meningkatnya ekosistem e-sport maka akan ada lapangan kerja baru yang sebelumnya tidak ada seperti game streamer, cosplay, penyelenggara turnamaen, hingga pengembang gim itu sendiri. Melihat dukungan yang besar dari pemerintah, Shinta meyakini ekosistem e-sport di Indonesia akan terus berkembang.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto mengakui e-sport di Indonesia terus berkembang. Hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya turnamen yang diadakan. Turnamen tersebut dapat menjadi tempat pemanasan bagi atlet Indonesia yang akan bertanding di ajang internasional.
Ia menaruh harapan besar pada atlet e-sport Indonesia untuk dapat memperoleh medali emas pada SEA Games 2019 di Filipina. “Minimal kita dapat tiga medali emas, kalau bisa dapat lima medali emas,” kata Gatot.