Kondisi perekonomian di dalam negeri saat ini tepat bagi pengembang untuk meluncurkan produk properti. Kelompok masyarakat yang memerlukan hunian untuk ditempati merupakan pasar yang selalu terbuka untuk digarap.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar/Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi perekonomian di dalam negeri saat ini tepat bagi pengembang untuk meluncurkan produk properti. Kelompok masyarakat yang memerlukan hunian untuk ditempati merupakan pasar yang selalu terbuka untuk digarap.
Siklus naik dan turun juga terjadi di industri properti seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
”Kami ingin membangkitkan kembali sektor properti karena kami melihat sudah ada tanda-tandanya,” kata Wakil Ketua Umum Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Bidang Tata Ruang dan Properti Ramah Lingkungan Hari Gani dalam jumpa pers Indonesia International Property Expo 2019, Kamis (5/9/2019), di Jakarta.
”Pemilu sudah berlalu. Laporan dari beberapa pengembang menunjukkan transaksi pada Juli dan Agustus 2019 naik 10-20 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018. Kami percaya pasar akan lebih baik,” kata Hari menambahkan.
Menurut Hari, dalam beberapa tahun terakhir, banyak pengembang yang menunda meluncurkan proyek properti dan memilih untuk melihat perkembangan pasar. Di sisi lain, dorongan di sektor properti sudah dimulai sejak relaksasi pembayaran uang muka dijalankan. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5 persen.
Dengan relaksasi aturan itu, skema pembiayaan dapat dibuat lebih beragam, baik oleh perbankan maupun pengembang. Di sisi lain, deregulasi telah dilakukan pemerintah, yang akan berlanjut di masa mendatang.
Meski demikian, menurut Hari, pengembang juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Saat ini, pasar yang sangat besar adalah masyarakat yang membeli rumah untuk dihuni. Jika sebelumnya pengembang lebih banyak menggarap pasar untuk investasi, kini pengembang perlu mengubah strategi.
Permintaan gegmen menengah ke bawah, dengan harga rumah kurang dari Rp 500 juta per unit, tetap tinggi. Selain itu, konsumen yang selama ini menunda akhirnya memutuskan untuk membeli rumah.
”Kondisi yang sudah bagus seperti sekarang ini menjadi momen yang tepat untuk meluncurkan proyek properti,” ujar Hari.
Potensi pasar lain yang juga berpeluang untuk digarap adalah pekerja muda yang disebut generasi milenial. Namun, mereka perlu diedukasi agar memahami pentingnya menabung untuk membeli rumah.
Country Manajer Rumah.com Marine Novita menambahkan, sinyal pemulihan sektor properti bermunculan. Salah satunya ialah kemudahan uang muka kredit pemilikan rumah (KPR) yang sebesar 0 persen atau 5 persen yang dapat dicicil 6-12 kali.
Di sisi lain, infrastruktur yang dibangun membuat pengembang berlomba-lomba membangun perumahan atau apartemen dengan konsep terintegrasi dengan layanan transportasi (TOD). Dengan akses ke transportasi massal yang lebih mudah, calon pembeli lebih yakin untuk membeli rumah.
Pameran properti
Untuk menggairahkan penjualan properti, REI bekerja sama dengan Rumah.com dan Dyandra Promosindo menggelar pameran perumahan terbesar di Indonesia dengan nama Indonesia International Property Expo (IIPEX) 2019. Pameran akan diikuti 200 pengembang dan 1.000 proyek properti.
”Pameran akan diselenggarakan bersamaan di empat kota, yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, dan Bali,” kata Direktur Dyandra Promosindo Michael Bayu A Sumarijanto.
Hari Gani menambahkan, pameran mengakomodasi semua segmen perumahan.