Setelah mereda selama sepekan, titik panas di Provinsi Riau kembali marak. Berdasarkan pantauan satelit pengindra cuaca pada Senin (2/9/2019), ada150 titik panas yang tersebar di sembilan kabupaten dan kota di Riau.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Setelah mereda selama sepekan, titik panas di Provinsi Riau kembali marak. Berdasarkan pantauan satelit pengindra cuaca, Senin (2/9/2019), ada 150 titik panas yang tersebar di sembilan kabupaten dan kota di Riau.
”Hari ini terpantau 358 titik panas di seluruh wilayah Pulau Sumatera. Riau yang terbanyak, disusul Jambi (103) dan Sumatera Selatan (67). Terdapat kenaikan jumlah titik panas daripada sehari sebelumnya, sebanyak 134 titik,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pekanbaru Marzuki yang dihubungi di Pekanbaru, Senin siang.
Menurut Marzuki, selama sepekan pada akhir Agustus, sempat terjadi fenomena Madden-Julian Oscillation (MDO) atau peningkatan uap air yang mendorong pertumbuhan awan hujan akibat pergerakan atmosfer yang merambat dari Samudra Hindia ke beberapa wilayah di Indonesia. Selama MDO, hampir seluruh wilayah Riau dilanda hujan. Akibatnya, titik panas sempat nyaris habis karena hujan.
”Saat fenomena MDO, Riau sempat hanya menyisakan satu titik panas di Bengkalis. Namun, setelah berakhirnya MDO, hujan semakin jarang dan titik panas pun semakin meningkat. Kebakaran yang sekarang merupakan titik baru,” ujar Marzuki.
Marzuki menjelaskan, saat ini cuaca Riau masih berada pada musim kemarau. Belum ada tanda-tanda musim kemarau itu akan berakhir. Bahkan, dalam dua hari mendatang, hujan masih belum akan turun, terutama di bagian pesisir timur, seperti Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Pelalawan, dan Kepulauan Meranti.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger mengatakan, banyak titik kebakaran baru terjadi di lokasi Kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, dan Pelalawan. Adapun konsentrasi pemadaman dengan bom air menggunakan helikopter difokuskan di Bukit Kerikil, Bengkalis.
”Kami mengirimkan dua helikopter jenis Kamov dan Mi-8 untuk membantu pemadaman di Bukit Kerikil. Sebelumnya, dua helikopter telah menyiramkan air 1,2 juta liter. Kebakaran telah membuat kondisi udara memburuk di lokasi Duri (Bengkalis) dan Bangko di Rokan Hilir akibat asap,” kata Edwar.
Kami mengirimkan dua helikopter jenis Kamov dan Mi-8 untuk membantu pemadaman di Bukit Kerikil. Sebelumnya, dua helikopter telah menyiramkan air 1,2 juta liter.
Dari darat, menurut Edwar, tim dari TNI-Polri, perusahaan, dan masyarakat masih berjibaku mengendalikan api agar tidak semakin meluas. Alat berat telah dikerahkan untuk menyekat lokasi kebakaran dan membuat embung air di lokasi guna memudahkan pemadaman. Kebakaran sudah berlangsung selama lima hari dan sangat sulit dipadamkan karena cuaca sangat panas dan angin kencang memindahkan bunga api ke lokasi baru.
”Saat hujan akhir Agustus lalu, Riau nyaris nol titik api. Kami sempat senang dan menarik napas lega. Tetapi, kondisi itu hanya bertahan seminggu. Hari ini, kami melakukan evaluasi untuk mengefektifkan pemadaman dari darat dan udara,” tutur Edwar.
Edwar mengatakan, selain Riau, saat ini di Sumatera terdapat kebakaran yang cukup luas di Jambi dan Sumatera Selatan. Kebakaran di Jambi yang berlokasi di perbatasan sangat berpotensi mengirimkan asap ke Riau.
Menurut Edwar, luas kebakaran di Riau sejak Januari sampai saat ini sudah mencapai 6.100 hektar. Terdapat penambahan lahan kebakaran seluas 100 hektar di sembilan lokasi baru.
Kepala Bidang Humas Polda Riau Komisaris Besar Sunarto mengungkapkan, pihaknya terus melaksanakan pemadaman, pencegahan, dan penindakan hukum terkait kebakaran lahan dan hutan di Riau. Sampai kemarin, Polda Riau telah memeriksa 40 kasus dan menetapkan 42 tersangka, termasuk satu perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT SSS.
”Dua kasus sudah menyelesaikan proses pemberkasan di kejaksaan dan siap untuk disidangkan. Luas kebakaran yang diperiksa polda mencapai 490 hektar,” katanya.