Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sepakat menunjuk Rionald Silaban sebagai komisaris perseroan menggantikan Askolani.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sepakat menunjuk Rionald Silaban sebagai komisaris perseroan menggantikan Askolani. Penunjukan pengurus yang baru tersebut diharapkan memperkuat kinerja Bank Mandiri.
Rionald Silaban adalah Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Keuangan. Sementara Askolani saat ini menjabat Dirjen Anggaran Kemenkeu. Keputusan tersebut berlaku aktif setelah lulus uji kepatutan dan kelayakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan dalam konferensi pers seusai RUPSLB, Rabu (28/8/2019), di Jakarta, mengatakan, perubahan susunan komisaris tersebut merupakan kewenangan pemegang saham. Perubahan tersebut diharapkan berkontribusi terhadap pemikiran dan akses Bank Mandiri di masa mendatang.
Terkait kondisi ekonomi, kata Panji, perang dagang akan memengaruhi perekonomian dalam negeri. Apalagi, ekspor Indonesia masih bergantung pada komoditas, seperti kelapa sawit, karet, dan batubara, yang saat ini juga turun.
Oleh karena itu, Bank Mandiri mesti menyesuaikan diri terhadap segmen usaha yang masih berkembang. Selain itu, Bank Mandiri juga selektif terhadap pelaku usaha dalam penyaluran kredit.
”Contohnya, kelapa sawit untuk pemain-pemain yang masuk di hilir atau yang inti bisnisnya di downstream, kami masih melihat ada potensi untuk tumbuh,” kata Panji.
Penyaluran kredit Bank Mandiri pada akhir Juni 2019 naik 9,52 persen secara tahunan menjadi Rp 835,1 triliun. Adapun laba bersih yang dibukukan hingga akhir Juni Rp 13,5 triliun atau tumbuh 11,1 persen secara tahunan.
Untuk program penyediaan infrastruktur pemerintah, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit Rp 203,4 triliun per Juni 2019 atau tumbuh 22,6 persen. Tujuh sektor utama penerima pembiayaan adalah transportasi, tenaga, migas dan energi terbarukan, konstruksi, jalan tol, telematika, perumahan rakyat dan fasilitas kota, dan infrastruktur lainnya.
Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan, pelambatan pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari siklus ekonomi yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, hal paling penting adalah melihat sektor-sektor yang masih berpeluang untuk tetap tumbuh dalam kondisi seperti itu.
”Beberapa tahun terakhir memang kita tumbuh di sektor infrastruktur. Sementara untuk komoditas masih ada tekanan, khususnya di minyak sawit mentah atau CPO. Untuk CPO, kami akan lebih ke sisi hilir dan tengah, sementara hulu kami batasi,” ujar Alexandra.
Untuk mendorong konsumsi masyarakat, lanjut Alexandra, pihaknya berharap agar belanja pemerintah untuk bantuan sosial tetap dipertahankan. Sebab, bansos dari pemerintah tersebut berdampak besar pada perputaran ekonomi, khususnya di perdesaan atau di daerah.
Terkait dengan pemindahan ibu kota negara, lanjut Panji, akan membuka peluang penyaluran kredit di sektor properti. Diperkirakan permintaan kredit untuk konstruksi akan segera bertambah. Meski demikian, di sisi lain, masih ada pekerjaan rumah untuk mendorong daya beli masyarakat. (NAD)