Empat Kerangka Manusia Ditemukan Dipendam di Belakang Rumah
Warga di Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dikejutkan oleh temuan empat tengkorak dan kerangka manusia yang dipendam di halaman belakang rumah. Polisi masih menyelidiki kasus ini.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Warga di Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dikejutkan oleh temuan empat tengkorak dan kerangka manusia yang dipendam di halaman belakang sebuah rumah. Polisi masih menyelidiki kasus ini.
Septiadi (25), warga setempat, Minggu (25/8/2019), menyampaikan, empat tengkorak itu ditemukan Rasman (63) pada Kamis lalu saat membersihkan semak belukar di kebun belakang rumah Misem di RT 007 RW 003 Desa Pasinggangan. ”Ada gundukan dan ditutupi batu. Ketika gundukan diratakan, cangkulnya menyangkut kaus. Ketika digali, ditemukan tengkorak,” tutur Septiadi.
Keempat kerangka berikut tengkorak itu berada di sebuah lubang berukuran 1,5 meter x 1,5 meter dengan kedalaman kurang dari 0,5 meter. Lubang ada di pekarangan berukuran sekitar 10 meter x 10 meter.
Diduga, keempat tengkorak adalah Suratno, Heri, dan Yono. Ketiganya kakak-beradik anak dari Misem yang sudah lanjut usia. Selain itu ada Pipin, anak dari Suratno. Warga sempat mengira keempat korban ini merantau dan ikut dalam gerakan Gafatar yang sempat ramai dibicarakan publik beberapa tahun lalu.
Warga sempat mengira keempat korban ini merantau dan ikut dalam gerakan Gafatar yang sempat ramai dibicarakan publik beberapa tahun lalu.
”Kami kaget mendengar kabar ini karena selama ini kami tahunya empat korban ini merantau sudah lama, empat atau lima tahun lalu,” kata Marhadi, warga sekitar.
Pihak kepolisian, Sabtu malam, telah menahan sejumlah orang yang juga merupakan anak Misem dan cucunya, yaitu Mi, Pu, dan If yang tinggal di sebelah rumah Misem. ”Keluarga ini tertutup dan jarang bergaul dengan tetangga. Kalau ambil air di sumur (umum) juga tidak pernah berbicara dengan tetangga,” tutur Septiadi.
Septiadi mengisahkan, dirinya terakhir kali bertemu Heri sekitar tahun 2014 saat bergotong royong membuat tenda pada pernikahan tetangga yang rumahnya berada tepat di belakang rumah Misem. ”Mas Heri orangnya lebih terbuka dibandingkan dengan saudara-saudara lainnya. Siang itu kami sama-sama mendirikan tenda. Besoknya, Mas Heri sudah tidak kelihatan,” katanya.
Septiadi menyampaikan, malam itu ada suasana ramai oleh suara musik sound system acara hajatan. Namun, ada warga yang mendengar teriakan dari rumah Misem.
Saat ditanya warga, Mi yang kini ditahan polisi menyampaikan tidak ada apa-apa dan hanya bercanda. ”Memang setelah itu ada bau tidak sedap dari belakang rumah ini. Namun, warga mengira itu dari bau di kolam lele (di dekat situ). Biasanya ada bangkai ayam atau bebek dibuang di situ. Jadi, kami tidak curiga. Dulu juga kebun ini penuh semak belukar dan dikelilingi pagar bambu,” papar Septiadi.
Pihak Kepolisian Resor Banyumas telah memasang garis polisi di rumah dan pekarangan. Tim Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System) bersama satuan reserse kriminal telah melakukan olah kejadian perkara. Adapun tengkorak dan kerangka telah dibawa ke rumah sakit. ”Kami sedang melakukan penyelidikan,” kata Kepala Kepolisian Resor Banyumas Ajun Komisaris Besar Bambang Yudhantara Salamun.