Kabut asap kiriman masih menyelimuti Kota Jambi. Sepanjang Jumat (16/8/2019) pagi, bau asap terasa menyengat dan mengganggu pernapasan.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Kabut asap kiriman masih menyelimuti Kota Jambi. Sepanjang Jumat (16/8/2019) pagi, bau asap terasa menyengat dan mengganggu pernapasan.
Kabut asap itu juga mengurangi jarak pandang menjadi 4.000 hingga 5.000 meter. Dalam kondisi normal, jarak pandang biasanya sekitar 10.000 meter. ”Jarak pandang yang rendah ini diperkirakan akibat kabut asap yang terkirim dari arah tenggara,” kata Addi Setiadi, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jambi.
Jarak pandang yang rendah ini diperkirakan akibat kabut asap yang terkirim dari arah tenggara.
Satelit Terra dan Aqua mendeteksi lima titik panas di wilayah Jambi pada Jumat pagi. Jumlah ini sudah jauh menurun dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Namun, diketahui ada kebakaran di wilayah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang berada 65 kilometer sisi tenggara Jambi.
Pergerakan angin dari arah tenggara itulah yang diindikasikan membawa asap kebakaran memasuki wilayah Kota Jambi.
Warga Thehok, Kota Jambi, Wahyuni, tak berani membawa keluar bayinya untuk jalan-jalan. Pintu rumah pun ditutup rapat-rapat agar abu asap tak masuk ke dalam. ”Biasanya saya bawa si kecil jalan-jalan sambil berjemur sinar matahari. Tapi, karena bau asapnya cukup menyengat, terpaksa di dalam rumah dulu saja,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Muaro Jambi M Zakir mengatakan, upaya pemadaman lewat udara dan darat terus gencar dilakukan untuk mendinginkan gambut terbakar di wilayah Kumpeh Ulu, Muaro Jambi. Upaya pemadaman bahkan tak hanya dilakukan oleh tim satuan tugas pencegahan kebakaran hutan dan lahan, tetapi kalangan dunia usaha juga dikerahkan untuk memadamkan api.
Warga Kumpeh Ulu, Hesti, mengatakan, kebakaran di wilayah itu sudah berlangsung sekitar tiga minggu. Masyarakat berharap titik api jangan sampai menjalar ke wilayah permukiman.