PT SSS dan 27 Perorangan Jadi Tersangka Kebakaran Lahan di Riau
Kepolisian Daerah Riau menetapkan PT Sumber Sawit Sejahtera menjadi tersangka kebakaran lahan dan hutan. Perusahaan ini diduga lalai mengatasi kebakaran awal di lahannya sehingga api meluas sampai 150 hektar dan tidak mampu diatasi petugas pemadam.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Kepolisian Daerah Riau menetapkan PT Sumber Sawit Sejahtera menjadi tersangka kebakaran lahan dan hutan. Perusahaan perkebunan kelapa sawit ini diduga lalai mengatasi kebakaran awal di lahannya sehingga menyebabkan api meluas sampai 150 hektar dan tidak mampu lagi diatasi oleh petugas pemadam.
”Kami menetapkan PT SSS sebagai tersangka setelah melakukan pemeriksaan panjang, meminta keterangan saksi dan ahli, sehingga memiliki bukti yang cukup. Menentukan (status tersangka) korporasi sangat berbeda dengan perorangan. Kami tidak boleh terburu-buru dan tidak dapat didikte oleh pihak mana pun. Kami bekerja profesional,” kata Kepala Polda Riau Inspektur Jenderal Widodo Eko Prihastopo dalam penjelasan kepada media di salah satu lokasi lahan kebakaran di Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru, Jumat (9/8/2019).
Menurut Widodo, masih ada satu calon tersangka baru dari korporasi di Riau. Namun, proses penyidikan masih berlangsung sehingga hasilnya belum dapat diungkapkan kepada media.
Adapun dari kelompok perorangan, tambah Widodo, jajaran Polda Riau telah menangkap 27 tersangka. Para tersangka berasal dari berbagai daerah di Riau, seperti Dumai, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Bengkalis, dan Kota Pekanbaru.
Pada kesempatan sama, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Riau Komisaris Besar Gidion Arif Setiawan mengungkapkan, kebakaran lahan yang melanda PT SSS terjadi pada Februari 2019. Polisi telah memeriksa EE, Direktur Utama PT SSS; SG (direksi), dan OH (pelaksana lapangan).
”Kami menetapkan tersangka terhadap PT SSS setelah merasa yakin sudah terdapat bukti awal yang kuat untuk memenuhi konstruksi pasal hukum yang disangkakan. Proses pemeriksaan masih berlanjut dan kami masih membutuhkan tambahan bukti dan keterangan ahli dari Institut Pertanian Bogor,” tutur Gidion.
Kami menetapkan tersangka terhadap PT SSS setelah merasa yakin sudah terdapat bukti awal yang kuat untuk memenuhi konstruksi pasal hukum yang disangkakan. Proses pemeriksaan masih berlanjut dan kami masih membutuhkan tambahan bukti dan keterangan ahli dari Institut Pertanian Bogor.
Gidion belum bersedia menyebutkan satu korporasi lain yang sebelumnya telah disebutkan Kapolda Riau sebagai calon tersangka baru. Namun, ia membocorkan, perusahaan dimaksud berlokasi di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan.
”Perusahaan ini terbakar pada Juli kemarin. Kami masih melakukan penyidikan di sana. Ada dugaan kuat perusahaan ini melakukan kelalaian sehingga menyebabkan kebakaran membesar di arealnya,” ujar Gidion.
Pelaku pembakar
Dalam penjelasan kepada media di Pekanbaru, Polda Riau membawa lima tersangka pelaku pembakar lahan dari kelompok perorangan. Salah seorang tersangka, Par (34), asal Pelalawan, mengaku membakar lahan saat akan bertanam padi. Ketika ditanya lebih lanjut, ia mengatakan sudah mengetahui bahwa membakar lahan merupakan pekerjaan yang dilarang hukum.
Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger mengungkapkan, kebakaran lahan dan hutan di Riau sejak Januari 2019 sudah mencapai 4.740 hektar. Pada Kamis kemarin, terjadi penambahan luas kebakaran dari areal baru seluas sekitar 50 hektar di sejumlah kabupaten, seperti Rokan Hilir, Kampar, Siak, dan Kota Pekanbaru.
”Semua kota dan kabupaten di Riau mengalami kebakaran. Kebakaran terbesar berada di Bengkalis seluas 1.524 hektar, disusul Rokan Hilir (981 ha), Indragiri Hilir (525 ha), dan Siak (602 ha). Proses pemadaman sangat sulit karena cuaca sangat kering, udara panas, sumber air mengering. Kami masih memfokuskan pemadaman dengan bantuan helikopter di Kabupaten Pelalawan dan Kampar karena berbatasan langsung dengan Kota Pekanbaru,” papar Edwar.
Pengamatan Kompas, Kota Pekanbaru sejak Jumat pagi masih diselimuti asap. Asap memutihkan angkasa dan mengurangi jarak pandang sampai 2.000 meter. Titik panas yang terpantau satelit Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencapai 39 dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Titik panas terbanyak berada di Kabupaten Indragiri Hulu (17) dan Indragiri Hilir (16), disusul Rokan Hilir dan Siak masing-masing 5 titik.