Pertamina berkomitmen turut merevitalisasi dan memulihkan kegiatan perekonomian di wilayah terdampak
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Tumpahan minyak dari kebocoran anjungan pengeboran sumur YYA-1 PHE ONWJ atau Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java yang telah ditangkap mencapai 3.965,71 barel. Minyak mentah masih akan tumpah sampai PT Pertamina (Persero) berhasil menutup sumber kebocoran tersebut.
Pertamina mendata, jumlah tumpahan minyak yang diangkat sepanjang 20 Juli 2019 hingga 7 Agustus 2019 mencapai 3.965,71 barel. "Rata-rata tangkapan di laut sejak 26 Juli 2019 menjadi 400-500 barel per hari," kata Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Penanganan di laut memanfaatkan oil boom statis sepanjang 4.700 meter yang mampu menghadang pergerakan tumpahan minyak. Ada juga oil boom dinamis sepanjang 600 meter untuk mengejar tumpahan minyak dan menghalangi pergerakannya agar tak sampai ke daratan.
Minyak yang berhasil dihadang lalu disedot 4 unit oil skimmer. Selain itu, terdapat 44 kapal yang terus bekerja menangani tumpahan minyak di laut.
Tumpahan minyak di pesisir dikumpulkan dalam karung pasir. Hingga 7 Agustus 2019, jumlah yang terkumpul sebanyak 1,047 juta karung dengan berat total mencapai 4.915 ton. Perkiraan kandungan tumpahan minyak dalam karung sebesar 10 persen.
Melibatkan masyarakat
Dalam menangani tumpahan minyak di darat, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Meidawati mengatakan, pihaknya menggandeng masyarakat setempat. Warga yang turut mengangkut tumpahan minyak tersebut diberi upah Rp 100.000 per hari dan uang makan sebesar Rp 20.000 per hari.
Selain itu, berdasarkan berat karung yang dikumpulkan, warga mendapatkan uang sekitar Rp 20.000 per 3-5 kilogram (kg). Di titik pengangkutan, Pertamina memberikan upah sebesar Rp 120.000 per orang dan ditambah lagi dengan uang makan.
Untuk mengatasi tumpahan minyak, sumber kebocoran anjungan pengeboran sumur YYA-1 PHE ONWJ ditutup. Penutupan sumber kebocoran dilakukan dengan pembuatan tajak pengeboran Relief Well YYA-1RW yang melibatkan Rig Jack Up Soehanah.
Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya menyatakan, hingga saat ini tajak pengeboran tersebut telah mencapai kedalaman 624 meter dari target 2.765 meter. Pengeboran dan penutupan kebocoran sumur tersebut diperkirakan selesai pada minggu ke-8 sejak penempatan Rig Jack Up Soehanah pada 1 Agustus 2019 lalu.
Penuhi standar
Secara umum, Incident Commander, Taufik Aditiyawarman, mengatakan, penanganan limbah tumpahan minyak dari anjungan YYA PHE ONWJ telah memenuhi standar yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). "Truk pengangkutnya sudah bersertifikasi sesuai standar KLHK," ujarnya.
Truk dan kontainer pengangkut juga bersifat tertutup untuk mencegah terpaparnya limbah tumpahan minyak dengan udara bebas. Warga yang membantu mengangkut tumpahan minyak juga dibekali dengan alat pelindung diri.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina berkomitmen turut merevitalisasi dan memulihkan kegiatan perekonomian di wilayah terdampak. Hal ini segera dilakukan setelah sumber kebocoran tumpahan minyak ditutup.