Sejak Januari, Kebakaran Hanguskan 240 Hektar Lahan di Kalsel
Kebakaran hutan dan lahan mulai marak terjadi di Kalimantan Selatan seiring meningkatnya jumlah titik panas atau hotspot. Sejak awal tahun hingga kini, luas hutan dan lahan yang terbakar lebih dari 240 hektar.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan mulai marak terjadi di Kalimantan Selatan seiring meningkatnya jumlah titik panas atau hotspot. Sejak awal tahun hingga kini, luas hutan dan lahan yang terbakar lebih dari 240 hektar.
Berdasarkan rekapitulasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan, selama periode 1 Januari-30 Juli 2019, luas hutan di Kalsel yang terbakar 1 hektar dari satu kejadian. Adapun luas lahan yang terbakar mencapai 240,405 hektar dari 148 kejadian.
”Jumlah kejadian kebakaran lahan terbanyak di Kabupaten Tanah Laut (46 kejadian), kemudian disusul Kota Banjarbaru (42 kejadian) dan Kabupaten Balangan (13 kejadian),” kata Kepala BPBD Kalsel Wahyuddin di Banjarbaru, Rabu (31/7/2019).
Dari 13 kabupaten/kota di Kalsel, hanya Kota Banjarmasin dan Kabupaten Hulu Sungai Utara yang tidak mengalami kebakaran hutan dan lahan.
Sementara berdasarkan luas, kebakaran lahan paling luas terjadi di Banjarbaru (55,48 hektar), disusul Tanah Laut (47,035 hektar), Balangan (26,01 hektar), Kotabaru (25,5 hektar), Tanah Bumbu (22 hektar), Tabalong (19,08 hektar), Hulu Sungai Selatan (18,5 hektar), dan Banjar (14,1 hektar).
”Sampai saat ini, dari 13 kabupaten/kota di Kalsel, hanya Kota Banjarmasin dan Kabupaten Hulu Sungai Utara yang tidak mengalami kebakaran hutan dan lahan. Namun, di Hulu Sungai Utara sudah mulai muncul hotspot,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan Satelit Terra, Aqua, dan Suomi NPP, sebagaimana dirilis di laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), 64 titik panas dengan tingkat kepercayaan 51-100 persen terpantau di wilayah Kalsel dalam 10 hari terakhir.
”Sejauh ini, kebakaran hutan dan lahan di Kalsel masih bisa dipadamkan dengan cepat oleh satuan tugas (satgas) darat. Jika lokasinya sulit dijangkau, kami langsung mengerahkan helikopter bom air,” ujar Wahyuddin.
Di Kalsel, saat ini sudah ada dua helikopter bom air dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sebanyak 1.512 personel gabungan juga sudah disiagakan oleh BNPB untuk mencegah serta memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Kalsel.
”Kalau dulu, kami lebih banyak melakukan penanggulangan. Sekarang kami lebih memprioritaskan pencegahan supaya lebih efisien dalam anggaran serta efektif dalam penggunaan pasukan dan peralatan,” kata Staf Ahli BNPB Mayor Jenderal TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam acara Serah Terima Hutan Kota di Banjarbaru, Selasa, mengaku deg-degan terus dengan ancaman kebakaran hutan dan lahan tahun ini. Ia pun selalu mengecek jumlah titik panas di telepon selulernya.
Kewaspadaan harus lebih ditingkatkan pada Agustus sampai pertengahan September.
”Setiap hari saya mengikuti perkembangannya. Dalam minggu ini jumlahnya terus meningkat dan sudah mencapai 330 hotspot. Kewaspadaan harus lebih ditingkatkan pada Agustus sampai pertengahan September,” katanya.
Pada 2015, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tergolong parah. Sejak itu, kata Siti Nurbaya, banyak hal yang diperbaiki, mulai dari sistem pemantauan, cara partisipasi masyarakat, dan tata kelola lahan gambut. ”Sekarang ini, kita lebih mengoptimalkan pencegahan,” ujarnya.