Tongkang Berkarat di Pelabuhan Tanjung Emas Makan Korban
Empat orang tewas akibat keracunan gas saat mengecek kapal tongkang di dok atau bengkel perkapalan Kodja Bahari, Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (28/7/2019) malam.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Empat orang tewas akibat keracunan gas saat mengecek tongkang di dok atau bengkel perkapalan Kodja Bahari, Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (28/7/2019) malam. Perahu itu telah bersandar di sana selama dua tahun terakhir. Ruang dalam atau palka yang tengah diperbaiki juga tak pernah dibuka sebelumnya.
Korban tewas adalah Mardjono (61), warga Kota Bekasi, Jawa Barat, serta Lamani (32), Muhammad Nur Huda (22), dan Jadi (33) dari Desa Pentur, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Jateng. Keempatnya ditemukan tewas pada Minggu pukul 22.00.
Berdasarkan pantauan Kompas, Senin siang, perahu tersebut masih bersandar di dok perkapalan Kodja Bahari, Tanjung Emas, Semarang. Perahu yang penuh karat serta tampak tak terurus itu biasanya digunakan untuk mengangkut batu split atau batu kecil.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Tanjung Emas Semarang Inspektur Satu Slamet Widodo mengatakan, Mardjono, mantan karyawan PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari, bersama tiga rekannya masuk ke palka untuk mengecek kondisi kapal pada pukul 08.00. Ada genangan air di dalam tongkang bernama Zulkifli 02 tersebut.
”Ibarat kaleng yang ditutup dua tahun (sejak 2017), lalu dibuka. Pagi hari tak masalah, tetapi saat mulai ada matahari, sekitar pukul 10.00 atau 11.00, ada penguapan sehingga memicu gas beracun,” kata Slamet.
Pada pukul 21.30, Wiratno, petugas keamanan dok Kodja Bahari, curiga. Alasannya, para pekerja tidak kunjung turun. Ia menyuruh temannya, Puji Waluyo, mengeceknya. Tak ada tanda-tanda kehidupan, pengecekan lalu dilakukan bersama hingga korban ditemukan sudah meninggal.
Saat ditemukan, lanjut Slamet, keempat korban bertumpuk di dekat kaki tangga menuju lubang akses palka berdiameter 45 sentimeter. Diduga, setelah menghirup gas, mereka berebut keluar. Adapun kedalaman palka 5 meter, panjang 100 meter, dan lebar 50 meter.
Tidak dilakukan otopsi, hanya pemeriksaan luar, tetapi memang ada indikasi racun. Dokter mengatakan karena gas beracun.
Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi, Semarang. ”Tidak dilakukan otopsi, hanya pemeriksaan luar, tetapi memang ada indikasi racun. Dokter mengatakan karena gas beracun,” kata Slamet.
Menurut Slamet, pihaknya masih memintai keterangan sejumlah saksi di sekitar lokasi kejadian saat peristiwa terjadi. Ada empat saksi yang diperiksa.
Pada Senin siang, tim Laboratorium Forensik Polri cabang Semarang dan Inafis mendatangi tongkang Zulkifli 02. Olah tempat kejadian perkara pun dilakukan, antara lain untuk mengetahui jenis kandungan gas yang dihirup para korban.
Kepala Seksi Operasi dan Siaga Badan SAR Nasional (Basarnas) Jateng Agung Hari Prabowo mengatakan, pihaknya mengirim satu tim evakuasi. Mereka dilengkapi sejumlah alat, termasuk alat bantu napas (self-contained breathing apparatus/SCBA).
”Di ruang palka yang sempit masih tercium bau gas beracun yang sangat menyengat. Itu cukup membahayakan. Karena itu, mereka kami bekali SCBA,” kata Agung. Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi semua korban pada pukul 02.55.