Teknik membacakan buku nyaring kepada anak usia dini perlu lebih giat diadvokasikan kepada orangtua. Selain mempererat hubungan orangtua dengan anak, membaca nyaring juga membangun pemahaman anak mengenai diri sendiri, lingkungan, dan konsep berbahasa yang benar.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Direktur Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Harris Iskandar (berdiri) membuka peluncuran Gerakan Nasional Orangtua Membacakan Buku, di Jakarta, Sabtu (27/7/2019). Membaca nyaring untuk anak bisa mendekatkan emosi orangtua dan anak, sekaligus membangun kecintaan anak terhadap buku.
JAKARTA, KOMPAS — Teknik membacakan buku nyaring kepada anak usia dini perlu lebih giat diadvokasikan kepada orangtua. Selain mempererat hubungan orangtua dengan anak, membaca nyaring juga membangun pemahaman anak mengenai diri sendiri, lingkungan, dan konsep berbahasa yang benar.
Selama ini, mayoritas orangtua membaca nyaring kepada anak tanpa ada arahan. Misalnya, mereka mewajibkan anak untuk duduk diam hingga buku cerita selesai dibacakan. Kerap kali orangtua langsung membaca dari halaman pertama dan tidak berhenti hingga halaman terakhir.
”Ketika menerapkan membaca nyaring, orangtua dan guru PAUD harus memperhatikan karakteristik anak,” kata Ketua Umum Himpunan PAUD Indonesia (Himpaudi) Netti Herawati dalam acara peluncuran Gerakan Nasional Orangtua Membacakan Buku (Gernas Baku), di Jakarta, Sabtu (27/7/2019). Acara ini merupakan bagian dari Festival Literasi Sekolah 2019.
Ketika menerapkan membaca nyaring, orangtua dan guru PAUD harus memperhatikan karakteristik anak.
Netti memaparkan, buku yang tepat untuk anak usia dini adalah buku cerita bergambar, bisa yang memiliki teks, bisa pula tanpa teks. Pertama-tama, orangtua membacakan buku selama 10 menit dan melihat reaksi anak. Apabila anak tersebut lebih condong kepada kinestetik, ia tidak betah berdiam diri terlalu lama. Biarkan anak bergerak dan bermain sambil dipantau apabila ceritanya bisa langsung dilanjutkan atau menunggu hingga esok.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kemdikbud Harris Iskandar mempraktikkan membaca nyaring kepada cucunya, Anin (berkaus putih) dan anak-anak peserta didik di PAUD Mekar Asih, Jakarta, Sabtu (27/7/2019). Membaca nyaring bisa mengakrabkan orangtua dengan anak, sekaligus membangun kecintaan anak kepada buku.
”Permainan nada suara dan mimik muka orangtua sangat penting karena anak sedang belajar mengenai bermacam-macam emosi,” ujarnya.
Netti mengatakan, ketika membaca, orangtua jangan langsung berpindah ke kalimat selanjutnya. Pada kalimat yang baru saja dibaca, tanyakan mengenai makna kata-kata yang baru dipelajari anak. Juga ketika membaca buku bergambar, jangan lupa membahas gambar tersebut.
”PAUD-PAUD di Indonesia sekarang menekankan membaca buku bergambar, bahkan ada pelatihan bagi orangtua, termasuk mereka yang buta huruf agar bisa menceritakan gambar tersebut,” ucapnya.
Membaca nyaring mengakrabkan anak dengan buku sehingga membangun kebiasaan membaca. Menurut Netti, Himpaudi sudah menyebar 400 judul buku elektronik ke PAUD-PAUD di Tanah Air yang bisa diakses melalui telepon pintar guru-guru.
Membaca nyaring mengakrabkan anak dengan buku sehingga membangun kebiasaan membaca.
Dalam pelatihan orangtua juga diajarkan agar mereka mulai aktif untuk membuat buku cerita sendiri. Bentuknya bisa dari kertas yang digambar, ditulis, dan ditempel sendiri. Tujuannya adalah menyadarkan orangtua bahwa buku anak tidak selamanya perlu dibeli. Buku untuk anak usia dini bisa diproduksi sendiri dan prosesnya juga bisa menjadi ajang bermain sambil belajar bagi anak.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Anak-anak mengikuti kegiatan bermain sambil belajar di PAUD Al Barkah yang berada di pinggir Kali Cipinang, di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Senin (27/2/2017). Murid-murid di sekolah ini adalah anak-anak kurang mampu. Meski kekurangan pengajar, PAUD ini tetap berdiri dengan segala keterbatasannya.
Dalami kosakata
Yani, salah satu pendidik di PAUD Mekar Asih yang berada di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkapkan, bagi sebagian anak, diajak membaca nyaring dua halaman sehari sudah cukup karena mereka merupakan tipe yang lebih senang bergerak. Tidak perlu dipaksa ketika anak sudah bosan karena justru akan membuat anak takut pada buku.
”Guru bekerja sama dengan orangtua menyusun strategi agar proses anak bisa ikut membaca nyaring bisa lebih intensif. Misalnya, dengan lebih banyak ekspresi atau menggunakan alat bantu seperti boneka dan lagu,” katanya.
Guru bekerja sama dengan orangtua menyusun strategi agar proses anak bisa ikut membaca nyaring bisa lebih intensif.
Ketika membaca nyaring, terangkan kosakata yang baru dibaca. Contohnya adalah dongeng Si Kancil hendak menyeberang sungai. Bisa ditanyakan kepada anak arti kata ”menyeberang” dan suruh mereka ceritakan pengalaman menyeberang mereka seperti ketika menyeberang di trotoar dan jembatan. Di dalamnya orangtua dan guru bisa memberikan nasihat untuk berhati-hati dan mematuhi tata tertib lalu lintas.
Direktur Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kemdikbud Harris Iskandar mengatakan, meskipun Gernas Baku diluncurkan serentak di Mataram (Nusa Tenggara Barat), Jayapura (Papua), dan 358 PAUD, hendaknya kebiasaan membacakan buku secara nyaring untuk anak sudah menjadi rutinitas di semua PAUD.
”Melalui buku, anak bisa membangun wawasan dan cita-cita. Kalau media sosial, ada batas umur minimal bagi anak untuk mengakses. Orangtua juga pastikan jangan sibuk bermedsos (menggunakan media sosial) sehingga mengucilkan anak,” ucapnya.