Atlet-atlet muda bulu tangkis dipacu agar tak sekadar menguasai teknik, tetapi juga memiliki karakter kuat dan daya juang tinggi. Hal itu dibutuhkan agar tetap dapat berkompetisi di tengah persaingan kancah bulu tangkis nasional dan internasional yang semakin berat.
Oleh
Samuel Oktora
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Atlet-atlet muda bulu tangkis dipacu agar tak sekadar menguasai teknik, tetapi juga memiliki karakter kuat dan daya juang tinggi. Hal itu dibutuhkan agar mereka tetap dapat berkompetisi di tengah persaingan kancah bulu tangkis nasional dan internasional yang semakin berat.
Hal itu disampaikan Lius Pongoh, salah seorang tim pencari bakat PB Djarum, yang ditemui di sela pemantauan tahap screening di GOR KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Audisi di Bandung berlangsung pada 28-30 Juli dan diikuti 704 peserta.
Animo masyarakat tergolong tinggi jika dibandingkan dengan penyelenggaraan pada tahun-tahun sebelumnya yang berkisar 500-700 peserta di setiap kota. Peserta audisi kali ini berasal dari 13 provinsi, di antaranya dari luar Jawa, yakni Jambi, Riau, Sumatera Barat, Bali, dan Sulawesi Utara.
Para peserta yang mencapai semifinal di Bandung berhak meraih Super Tiket untuk melaju ke babak final audisi di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis itu dilakukan untuk menjaring bibit pebulu tangkis calon juara dunia. ”Mereka masih berusia muda, perjalanannya masih panjang, dan perlu disadari tantangan ke depan hingga mereka memasuki kategori dewasa bertambah berat. Jika tak punya karakter kuat dan daya juang tinggi, mereka akan sulit berkompetisi,” kata Pongoh.
Adapun tim pencari bakat PB Djarum yang melakukan pemantauan dan seleksi dalam audisi ini adalah Christian Hadinata, Fung Permadi, Lius Pongoh, Denny Kantono, Yuni Kartika, Sigit Budiarto, Hastomo Arbi, Liliyana Natsir, Engga Setiawan, Bandar Sigit Pamungkas, Sulaiman, dan Nimas Rani.
Audisi tahun ini difokuskan pada dua kelompok usia, yakni U-11 (di bawah usia 11 tahun) dan U-13 (di bawah usia 13 tahun), putra dan putri. Setelah lolos tahap screening hari pertama, pada hari berikutnya para peserta akan memasuki fase turnamen. Pada fase ini, peserta akan bertarung dengan sistem gugur. Para peserta yang mencapai semifinal di Bandung berhak meraih Super Tiket untuk melaju ke babak final audisi di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Mereka yang lolos dari babak final audisi akan menerima beasiswa bulu tangkis dari Djarum Foundation berupa fasilitas berlatih dengan segala perlengkapannya untuk dibentuk fisik dan diasah kemampuan tekniknya serta tinggal di asrama. Selama mengikuti beasiswa pendidikan tersebut, mereka dapat bersekolah di Kudus dengan biaya sendiri.
Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi menyinggung, Bandung dipilih menjadi salah satu kota tempat audisi karena sejumlah wilayah di Jabar mempunyai sejarah panjang melahirkan pebulu tangkis nasional.
Sejumlah legenda dan atlet PB Djarum juga berasal dari Jabar, di antaranya Ivana Lie, Aryono Miranat, dan Ihsan Maulana Mustofa. ”Secara historis, Jawa Barat banyak melahirkan pemain-pemain yang berprestasi di level nasional ataupun dunia. Diharapkan potensi-potensi itu kembali muncul dalam audisi kali ini,” ucapFung.
Bandung dipilih menjadi salah satu kota tempat audisi karena sejumlah wilayah di Jabar mempunyai sejarah panjang melahirkan pebulu tangkis nasional.
Ketua tim pencari bakat, Christian Hadinata, mengatakan, format dua kelompok usia, yakni U-11 dan U-13, juga untuk menjawab kebijakan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang membuka kesempatan kepada atlet berusia lebih muda bergabung dalam pelatnas.
Seleksi ketat
Sementara itu, Manajer Program Bakti Olahraga Djarum Foundation Budi Darmawan meminta peserta yang lolos hingga babak final audisi di Kudus memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk tekun berlatih.
”Setelah lolos dari babak final, mereka juga masih mengikuti masa karantina. Dari pengalaman sebelumnya, dari jumlah peserta yang lolos babak final sekitar 150 orang, kemudian lebih kurang 60 orang pada masa karantina, yang lolos dari karantina cuma sekitar 30 orang,” tutur Budi.
Menurut dia, selama menjalani latihan di asrama, grafik atlet-atlet muda tersebut harus meningkat secara fisik dan teknik.
Antusiasme masyarakat yang tinggi dalam mengikuti audisi ini terlihat dari sejumlah peserta yang datang dari luar Pulau Jawa. Sebagaimana Ny Heldayati (40) dari Pekanbaru, Riau. Dia bersama empat anaknya terbang dari Riau ke Bandung untuk mengantarkan anaknya ketiga, Rauf Pranedya Krisda (10), mengikuti audisi.
Selama menjalani latihan di asrama, grafik atlet-atlet muda tersebut harus meningkat, secara fisik dan teknik.
”Walaupun tiket pesawat mahal, satu orang kena Rp 1,4 juta, saya bersama anak-anak tetap mengantar Rauf ke sini. Dia sudah ikut audisi dua kali di Riau tahun 2017 dan 2018, tetapi tak lolos ke babak final,” ujar Heldayati. Dia berharap Rauf bisa lolos karena melihat pembinaan PB Djarum banyak melahirkan pebulu tangkis nasional dan dunia.
Rangkaian audisi umum ini akan digelar di lima kota, yakni Bandung (28-30 Juli), Kabupaten Banyumas (8-10 September), Surabaya (20-22 Oktober), kawasan Solo Raya (27-29 Oktober), dan Kudus (17-19 November). Adapun babak final akan digelar di Kudus pada 20-22 November.