Tangsel Butuh Pemimpin yang Politikus Unggul dan Manajerial
Oleh
PINGKAN ELITA DUNDU
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS -- Pemerintah Kota Tangerang Selatan akan segera menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara serentak di tahun 2020 mendatang. Setelah selama dua periode atau sepuluh tahun pemerintahan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diani dan Wakilnya Benyamin Davnie, ke depan Tangerang Selatan yang baru berusia 11 tahun ini harus memiliki pimpinan yang tidak hanya politikus ulung semata, juga mampu dalam manajerial.
Dengan begitu, kota termuda di Provinsi Banten tersebut dapat mewujudkan impian sebagai Kota Satelit yang cerdas dan Kota Sains dengan inovasi yang berbasis teknologi.
Pemimpin Tangerang Selatan yang akan datang haruslah memiliki gagasan atau ide besar dalam membangun kotanya. Bukan hanya sekedar membangun infrastruktur semata. Akan tetapi seorang pemimpin yang memiliki visi ke depan dengan rencana yang sistematik, sehingga menjadikan warga Tangsel mencintai dan bangga dengan kotanya.
Demikian benang merah dari diskusi publik bertajuk Ngopi Sewarung bersama Mr Ten di Restoran Bukit Pelayangan di Cilenggang, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Jumat (26/7/2019).
Diskusi bertemakan Plus Minus Wali Kota Airin dan Tangsel Esok menghadirkan pembicara, yakni Kemal Pasha dari unsur pengusaha, Yandra Dony (politikus), Gopa Kosworo (peneliti Puspitek) dan Aldrin Ramadian (penggiat sosial).
"Dalam pemerintahannya, Airin (Wali Kota Tangerang Selatan) adalah politikus luar biasa yang mampu membuat kota (baru terbentuk) ini kondusif. Tidak ada aksi demontrasi besar-besaran dan hampir tidak ada orang-orang kritis yang mengkritik dan memprotesnya," kata Yandra Dony dalam diskusi itu.
Kemal Pasha menjelaskan, selama memimpin Tangsel Airin merupakan pemimpin yang visioner, namun kurang atau lemah dalam hal kontrol atau pengawasan. Kemal menambahan, pemimpin Tangsel ke depan haruslah menghadirkan suatu landmark atau ikon Tangsel.
Aldrin mengusulkan, pemimpin Tangsel harus menjadikan kota ini sebagai kota untuk perdagangan manusia atau trafficking. "Trafficking dalam arti yang positif. SDMnya harus ditingkatkan kualitasnya, sehingga mereka akan saya jual untuk menjual Tangsel. Apalagi, Tangsel ini kan miniatur Indonesia. Saya mau, orang masuk Jakarta lewat Tangsel. Orang mau ke Jawa Barat, lewat Tangsel," jelas Aldrin Ramadian.
Puspitek Belum Dioptimalkan
Sementara Gopa Kosworo mengatakan, sejauh pemerintahan Kota Tangsel di masa pemerintahan Airin belum memaksimalkan keterlibatan lembaga Pusat Penelitian Teknologi (Puspitek) dalam pembanguan kotanya sebagai kota berbasis teknologi tinggi dengan berbagai inovasi.
"Sejauh ini, keterlibatan Puspitek tidak optimal dan belum maksimal dalam pembangunan Kota Tangsel. Padahal, kami sudah siap bekerja sama membangun Tangsel sebagai kota berbasis teknologi dengan beragam inovasi," kata Gopa.
Gopa yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Science & Techno-Park Indonesia ini mengatakan, Kota Tangsel adalah kota yang beruntung dibanding kota dan kabupaten lain yang ada di Indonesia. Hal itu dikarenakan di Tangsel terdapat Puspitek.
Tujuan utamanya, kata Gopa, adalah meningkatkan data saing. "Sinergis harus diwujudkan. Ini adalah kekuatan untuk diolah menjadi oportunity," tambah Gopa.
Usai diskusi, Gopa mengatakan, potensi Kota Tangsel sebagai kota cerdas harus didukung dengan inovasi dan teknologi. Kehadiran Puspitek di kota ini, seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam pembangunan kota Tangsel.
Gopa yang pernah bekerja di Puspitek menjelaskan, semua teknologi mulai dari panci hingga pesawat terbang dikembangankan di Puspitek. Sumber daya ini harus dimanfaatkan secara maksimal
Menurut Gopa, sejauh ini Wali Kota Airin beberapa kali melakukan kerjasama dengan Puspitek. Akan tetapi, tidak diteruskan oleh instansi terkait.
"Teknologi kami (Puspitek) banyak. Yang terjadi selama ini kerjasama sudah ada dan beberapa kali dilakukan. Akan tetapi, di tataran bawah (instansi atau dinas terkait) kedodoran. Mereka tidak menindaklanjutinya. Mereka belum mampu mengikuti gerak dari Walikotanya," papar Gopa.
"Teknologi kami (Puspitek) banyak. Yang terjadi selama ini kerjasama sudah ada dan beberapa kali dilakukan. Akan tetapi, di tataran bawah (instansi atau dinas terkait) kedodoran. Mereka tidak menindaklanjutinya. Mereka belum mampu mengikuti gerak dari Walikotanya," papar Gopa.
Bahkan, kata Gopa, Kemal (pengusaha) juga sudah berencana membangun Sains Center di Puspitek. Akan tetapi, hingga kini rencana tersebut belum terealisasi.
"Kuncinya adalah belum ada kolaborasi dari tiga unsur, yakni akademisi, bisnis, dan pemerintah. Kolaborasi tiga unsur itu adalah harga mati. Kalau tidak terjadi kolaborasi, lupakan saja kalau Tangsel mau jadi Kota Satelit," lanjut Gopa.
Ia berharap, Tangsel dipimpin oleh orang yang tegas, politukus unggul, serta seorang manajerial yang memiliki satu visi dengan dinas terkait. "Ini belum terjadi di Tangsel selama ini. Kota yang dibangun secara terstruktur, sistematik, dan masif, " ujar Gopa.