KNKT, Senin (15/7/2019), memulai investigasi pendaratan darurat helikopter di Desa Kawo, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tim KNKT menemukan tangki bahan bakar helikopter tersebut kosong.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
PRAYA, KOMPAS – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Senin (15/7/2019), memulai investigasi pendaratan darurat helikopter tipe Bell milik PT Carpediem Air di Desa Kawo, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Pada pemeriksaan badan helikopter yang berada di lahan kering di dekat Bandara Internasional Lombok itu, tim KNKT menemukan tangki bahan bakar helikopter tersebut kosong.
“Kami sedang mengumpulkan data. Baik itu di lapangan, yakni di pesawat, maupun kantor (Bandara Internasional Lombok/BIL) untuk mendapatkan informasi atau fakta-fakta yang dapat membantu kami untuk investigasi,” kata Masruri, tenaga ahli KNTK yang memimpin investigasi, Senin siang.
Menurut Masruri, saat ini, mereka belum menemukan hal-hal yang signifikan sebagai bahan analisa. Dibutuhkan data sebanyak mungkin untuk menyimpulkan penyebab pendaratan darurat helikopter yang mengangkut tiga wisatawan itu.
Seperti diberitakan, helikopter yang dipiloti Kustiyadi dengan membawa tiga penumpang, yakni Lukamarie asal Belanda, Nicholas Alexander dari Inggris, dan Donoso Lillo dari Chile, itu mendarat darurat di Desa Kawo, pada Minggu (14/7) sekitar pukul 14.00 Wita. Semua penumpang selamat dengan kondisi syok, dua di antaranya mengalami luka ringan (Kompas, 15/7).
Ketua Tim Komite Penanggulangan Keadaan Darurat Kecelakaan Pesawat Udara yang juga General Manager BIL Nugroho Jati, mengatakan, helikopter itu disewa untuk kepentingan wisata. Rute perjalanan helikopter itu yakni Ungasan (Kuta Selatan, Badung, Bali)-BIL-Labuan Bajo-BIL-Ungasan.
Menurut Masruri, dari pemeriksaan itu, mereka menemukan tangki bahan bakar helikopter kosong. “Tetapi, kami perlu teliti. Penyebab kosong harus dipastikan, apakah sebelum mendarat darurat atau seperti apa,” kata Masruri.
Sesuai aturan yang berlaku, helikopter ini belum diwajibkan dan tidak memasang perekam.
Masruri mengatakan, dalam pemeriksaan itu, mereka juga membawa sejumlah dokumen serta beberapa komponen helikopter untuk diteliti. “Pemeriksaan akan dilakukan di kantor pusat (KNKT) atau di tempat yang mampu memeriksa lebih detail,” kata Masruri.
KNKT, menurut Masruri, mempunyai slot waktu investigasi selama 12 bulan. Pemeriksaan bisa semakin sulit jika data-data kurang. Apalagi, helikopter yang jatuh di Kawo ini tidak memiliki perekam aktivitas. “Sesuai aturan yang berlaku, helikopter ini belum diwajibkan dan tidak memasang perekam,” kata Masruri.
Menurut Masruri, mereka juga akan berbicara dengan pilot helikopter. Hanya saja, untuk saat ini, hal itu belum bisa dilakukan. “Dia masih perlu istirahat,” kata Masruri.
Pantauan Kompas, tim KNKT tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 11.30 Wita. Mereka datang bersama tim dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Otoritas Bandara Internasional Lombok, dan pihak terkait lainnya.
Begitu tiba, mereka langsung memulai pemeriksaan setelah membuka terpal penutup yang sengaja dipasang pada Senin sore. Pemeriksaan berlangsung tertutup. Masyarakat, termasuk wartawan, dilarang mendekat.
Warga sejak pagi terlihat datang ke lokasi kejadian, yang berada sekitar 500 meter dari Jalan Raya Batunyale, atau sekitar empat kilometer dari BIL. Sebagian besar mengaku penasaran dan ingin melihat langsung kondisi helikopter. Begitu tiba di lokasi, tidak sedikit dari mereka yang mengambil gambar atau berswafoto.
Badan helikopter yang berada di atas lahan kering milik warga itu masih terlihat utuh. Hanya saja, beberapa bagian rusak, seperti kaca depan, satu baling-baling, dan ekor. Di bagian luar helikopter, juga terlihat pelampung untuk keadaan darurat yang terlepas dari badan helikopter.
Pemeriksaan oleh KNKT dilakukan di bagian depan atau kokpit helikopter. Setelah itu, berpindah ke bagian mesin, termasuk baling-baling, dan ekor helikopter. Pemeriksaan selesai sekitar pukul 13.00 Wita.
Proses pemeriksaan mendapat pengawalan ketat dari personel kepolisian dan TNI. Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat Inspektur Jenderal Nana Sudjana, yang datang ke lokasi, mengatakan, setelah kejadian, mereka menerjunkan tim untuk evakuasi dibantu pihak Lapangan Udara LIA, Komando Distrik Militer, dan Otoritas Bandara BIL.
“Selain mengerahkan personel, kami juga sudah memasang garis polisi untuk pengamanan lokasi kejadian,” kata Nana.