Warga optimistis, kemacetan bisa teratasi dengan optimalisasi angkutan umum, peningkatan infrastruktur, serta pembatasan penggunaan kendaraan pribadi.
Oleh
Albertus Krisna/Litbang Kompas
·4 menit baca
Warga optimistis, kemacetan bisa teratasi dengan optimalisasi angkutan umum, peningkatan infrastruktur, serta pembatasan penggunaan kendaraan pribadi.
Optimisme warga Jabodetabek tersebut terekam dalam jajak pendapat Kompas akhir Juni lalu. Hampir 60 persen responden yakin jika pemerintah bisa mengurangi kepadatan lalu lintas Jakarta.
Harapan baik warga tersebut juga senada dengan hasil perhitungan Tomtom Traffic Index 2018. Lembaga asal Inggris yang memantau kemacetan lalu lintas tersebut menyebutkan, pada 2018, indeks kemacetan di Jakarta berkurang hingga 8 persen. Pada 2017, Jakarta masih bertengger di peringkat ke-4 dengan level kemacetan atau waktu perjalanan ekstra sebesar 61 persen. Sementara laporan terakhir tahun 2018 turun menjadi peringkat ke-7 dengan level kemacetan 53 persen.
Asian Games 2018 menjadi salah satu faktor pendongkrak prestasi yang diraih Jakarta. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) merekayasa lalu lintas untuk mengurangi kemacetan sekaligus memudahkan perjalanan para atlet dan official ke arena pertandingan. Kebijakan itu antara lain penerapan ganjil-genap di pintu tol, pembatasan angkutan barang, hingga penyediaan angkutan bus premium.
Keyakinan bahwa kemacetan akan berkurang juga diperkuat dengan penilaian 29 persen responden yang menyebutkan kemacetan akhir-akhir ini mulai berkurang. Mereka yang merasa kemacetan di Jakarta berkurang memiliki sejumlah alasan. Mayoritas responden (44,6 persen) menilai, angkutan massal semakin mudah diakses.
Penyediaan dan perluasan jangkauan angkutan umum menjadi salah satu strategi dalam Pola Transportasi Makro Jakarta untuk mengurangi kemacetan lalu lintas.
Hingga Juni 2018, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah memiliki 900 unit kereta listrik untuk melayani 955 perjalanan setiap hari. Bus transjakarta hingga 2018 memiliki 872 bus yang melayani 13 koridor dan puluhan rute non koridor.
Pendatang baru yakni moda raya terpadu (MRT) telah mengoperasikan 16 rangkaian kereta yang melayani rute Lebak Bulus-Bundaran HI. Ke depan, akan beroperasi LRT Jakarta rute Velodrame-Kelapa Gading. Sambil menunggu perizinan, warga bisa menggunakan kereta ini secara gratis.
Pembatasan kendaraan bermotor dengan sistem pelat nomor ganjil genap juga dinilai oleh 22,8 persen responden, berdampak mengurangi kemacetan. Penerapan aturan khusus mobil di lima ruas jalan seperti Sudirman, Thamrin, dan Gatot Subroto, sudah dimulai sejak 30 Agustus 2016, sebagai pengganti aturan three in one.
Tetap macet
Meski demikian, ada 41 persen responden yang menilai Jakarta tetap macet dan sekitar 22 persen lainnya menilai tingkat kemacetan lalu lintas makin tinggi. Seperti yang terjadi di ruas Jalan Sudirman-MH Thamrin, kepadatan lalu lintas terjadi sepanjang hari.
Masifnya penggunaan kendaraan pribadi menjadi salah satu penyebab macet, seperti yang diungkapkan hampir separuh responden.
Rencana Induk Transportasi Jabodetabek 2018-2029 menyebutkan, jumlah pengguna angkutan umum perkotaan idealnya mencapai 60 persen dari total pergerakan orang. Namun, hasil jajak pendapat mencatat, baru 20,8 persen yang sudah menggunakan angkutan umum untuk aktivitas sehari-hari.
Alasan memakai kendaraan pribadi, menurut 45,5 persen responden, karena kendaraan pribadi lebih murah dan tepat waktu. Sebagai gambaran, simulasi dilakukan pada rute Lebak Bulus–Bundaran HI menggunakan MRT, bus Transjakarta, mobil, dan motor.
Simulasi dilakukan pada hari kerja sekitar pukul 13.00. Hasilnya, waktu tempuh tercepat diraih sepeda motor dan MRT yang sama-sama membutuhkan waktu 39 menit. Sementara biaya termurah diraih motor yakni Rp 3.152 dengan jarak 16 km menggunakan BBM Pertamax.
Dorong-tarik
Upaya mengatasi kemacetan Jakarta tidak bisa instan, namun membutuhkan proses panjang dan melibatkan semua pihak. Usaha yang mendesak dilakukan, menurut mayoritas responden (37,8 persen), adalah membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Pembatasan kendaraan bermotor tak hanya dilakukan pada mobil tapi juga pada sepeda motor yang jumlahnya lebih banyak.
Pembatasan tersebut, menurut 24 persen responden, juga diimbangi dengan penyediaan angkutan umum memadai.
Lainnya, 21 persen responden mengusulkan untuk dilakukan pembatasan kendaraan bermotor dan penyediaan angkutan umum sekaligus. Kedua hal tersebut mesti dilakukan bersamaan sebagai strategi mendorong dan menarik (push and pull) pengguna kendaraan pribadi beralih memakai angkutan umum.
Strategi untuk mendorong pengguna beralih ke angkutan umum dengan pembatasan kendaraan bermotor. Selanjutnya, usaha menarik pengguna kendaraan pribadi untuk beralih naik angkutan umum dengan penyediaan angkutan massal yang nyaman, aman, murah dan tepat waktu.