JAKARTA , KOMPAS – Sejumlah kasus pembunuhan di Depok, Jawa Barat, dan Tangerang, Banten, yang diungkap polisi, ternyata dilakukan oleh orang terdekat keluarga korban. Reinhard Parerungan (78), pensiunan TNI Angkatan Laut meninggal akibat dibunuh oleh mantan asisten rumah tangganya sendiri, BS (25) di Jalan Artayasa, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, Minggu (30/6/2019).
Dalam kurun waktu sekitar 24 jam, polisi menangkap BS di Sukabumi, Jawa Barat, beserta barang bukti. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Depok Komisaris Deddy Kurniawan mengatakan, tersangka pernah bekerja di rumah Reinhard Parerungan sebagai asisten rumah tangga sekitar 4 tahun.
“Berdasarkan hasil prarekontruksi sebanyak 23 adegan, Selasa (2/7/2019), BS membunuh korban menggunakan linggis yang ditemukan BS di sekitar pekarangan rumah. Linggis tersebut digunakan untuk memukul kepala korban sebanyak tiga kali hingga korban tak sadarkan diri dan meninggal dunia,” kata Dedy.
Tersangka yang masuk ke rumah korban dengan cara memanjat pagar sudah membawa pisau. Namun, pisau tersebut urung digunakan setelah menemukan linggis di pekarangan. Setelah itu, ia mematikan sakelar listrik dan menuju kamar Reinhard. Disitulah, BS tega memukul kepala bagian belakang majikannya hingga jatuh lemas.
Setelah melakukan tindak kekerasan berujung meninggalnya Reinhard, BS mengambil ponsel, dompet, dan laptop. Bersama barang curian tersebut, tersangka segera melarikan diri ke Sukabumi.
Bisa dilacak
Namun, saat melarikan diri, kata Dedy, BS meninggalkan pisau yang akan digunakan untuk membunuh korban. Pisau tersebut kemudian menjadi alat bukti polisi untuk melacak keberadaan tersangka dan diperkuat oleh laporan dari Paul Alexander Dwiyanto Parerungan (45), anak korban.
Kasus pembunuhan oleh orang terdekat juga terjadi di Kabupaten Tangerang. S (63) membacok iparnya, Yahya (56), lantaran persoalan rumah tangga. S membacok Yahya dengan golok di Kampung Mancung, Desa Pasir Guntung, Jayanti, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (2/7/2019).
“Pelaku nekat membacok karena kesal korban selalu ikut campur urusan rumah tangganya. Pelaku menganggap korban menghalangi-halangi istrinya untuk pulang ke rumah setelah pisah ranjang,” kata Kepala Kepolisian Sektor Cisoka Ajun Komisaris Uka Subakti, Rabu (3/7/2019).
Psikolog forensik, Reza Indragiri, mengatakan, kasus pembunuhan yang melibatkan orang terdekat yang terjadi beberapa hari belakangan, tidak lepas karena orang terdekat mengetahui aktivitas korban.
Dengan pengetahuan dari kedekatan tersebut, kata Reza, masuk akal jika orang terdekatlah yang paling mungkin melakukan viktimisasi, termasuk pembunuhan.
“Membunuh merupakan hasil dari menumpuknya emosi. Bisa pula sebagai ledakan sesaat,” katanya.
Ia melanjutkan, ada tiga kemungkinan alasan sesorang membunuh. Pertama, karena ekspresi perasaan negatif, yaitu agresi sebagai cara menyalurkan perasaan amarah, kebencian, dan lain sebagainya yang serba negatif.
Kedua, tujuan instrumental, yaitu agresi untuk mendapatkan keuntungan seperti harta, popularitas, dan modus untuk menutupi kejahatan lain.
“Semakin banyak elemen yang terpenuhi, semakin tinggi probabilitas pelaku akan melancarkan aksinya,” tutur Reza.