Total volume ekspor produk minyak sawit dan turunannya dari Indonesia menunjukkan tren naik. Akan tetapi, volume ekspor ke negara-negara pasar utama cenderung turun.
Oleh
MEDIANA dari Oslo, Norwegia
·2 menit baca
OSLO, KOMPAS — Total volume ekspor produk minyak sawit dan turunannya dari Indonesia menunjukkan tren naik. Akan tetapi, volume ekspor ke negara-negara pasar utama cenderung turun.
Menurut catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), total volume ekspor CPO dan produk turunannya pada Januari-Mei 2018 sebesar 11,87 juta ton. Pada Januari-Mei 2019, ekspor CPO dan produk turunannya menjadi 13,07 juta ton.
Untuk pasar India, berdasarkan data Gapki, volume ekspor CPO dan produk turunannya pada Januari-Mei 2018 sebanyak 2,035 juta ton. Pada periode sama tahun ini, volume ekspornya turun 9,48 persen atau menjadi 1,8 juta ton.
Hal ini ditengarai karena India menerapkan bea impor yang berbeda kepada Indonesia dan Malaysia. Sesuai perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif India-Malaysia (India-Malaysia Comprehensive Economic Cooperation), India menurunkan bea masuk terhadap Malaysia dari 44 persen menjadi 40 persen untuk CPO dan dari 54 persen menjadi 45 persen untuk produk turunan CPO. Bea masuk yang baru ini berlaku Januari 2019.
Sementara kepada Indonesia, India menetapkan bea masuk CPO 44 persen dan produk turunan CPO 54 persen.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono, di sela-sela Festival Indonesia, Minggu (30/6/2019), di Oslo, Norwegia, mengatakan, India menjanjikan bea masuk produk CPO dan turunannya yang sama bagi Malaysia dan Indonesia. Namun, hal itu dicapai melalui kerangka perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) India-ASEAN pada 2020.
Joko berpendapat, hal itu tidak tepat karena India adalah negara pasar utama, selain Uni Eropa.
Mengutip data Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia-India pada 2018 surplus 8,712 miliar dollar AS. Sementara pada Januari-April 2019, surplus sebesar 2,405 miliar dollar AS.
”Selama ini, neraca perdagangan Indonesia-India selalu surplus. Jangan sampai bea masuk CPO dan produk turunannya memperburuk neraca perdagangan,” ujar Joko.
Kecil
Duta Besar Indonesia untuk Norwegia Todung Mulya Lubis mengatakan, ekspor Indonesia ke negara-negara Skandinavia tergolong kecil, bahkan kerap kali neraca perdagangannya defisit. Namun, situasi ini mestinya bisa diatasi.
Saat ini di Norwegia tengah gencar kampanye hijau perihal pembatasan penggunaan CPO. Pemerintah Indonesia mengupayakan diplomasi bilateral dengan Pemerintah Norwegia untuk mengatasi situasi ini.