Penampilan sempurna Kolombia di babak penyisihan grup Copa America harus terhenti dari juara bertahan Chile pada babak perempat final yang digelar di Arena Corinthians, Sao Paulo, Brasil, Sabtu (29/6/2019).
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
SAO PAULO, SABTU — Penampilan sempurna Kolombia di babak penyisihan grup Copa America harus terhenti dari juara bertahan Chile pada babak perempat final yang digelar di Arena Corinthians, Sao Paulo, Brasil, Sabtu (29/6/2019). Chile memperoleh kemenangan melalui adu penalti dengan skor 5-4 setelah pada waktu normal berakhir imbang 0-0.
Kolombia menjadi satu-satunya tim yang memenangi tiga laga penyisihan grup. Keperkasaan tim yang berjuluk ”Los Cafeteros” tersebut juga ditunjukkan saat melawan Chile. Mereka menekan pertahanan ”La Roja” pada menit-menit awal pertandingan.
Akan tetapi, trio Kolombia, James Rodriguez, Radamel Falcao, dan Roger Martinez, sulit menembus pertahanan Chile yang dipimpin Gary Mendel. Bahkan, Chile mampu mengejutkan Kolombia ketika Alexis Sanchez membobol gawang David Ospina pada menit ke-16. Namun, gol tersebut dianulir karena Sanchez terlebih dahulu berada pada posisi offside.
Trio Kolombia, James Rodriguez, Radamel Falcao, dan Roger Martinez, sulit menembus pertahanan Chile yang dipimpin Gary Mendel.
Di babak kedua, video assistant referee (VAR) kembali menjadi momok bagi Chile. Pada menit ke-70, gol yang dicetak Chile dianulir karena Guillermo Maripan mengontrol bola dengan tangannya.
Pertandingan pun berlanjut ke babak adu penalti. Sanchez menjadi penentu kemenangan Chile setelah penendang terakhir Kolombia, William Tesillo, gagal melaksanakan tugasnya dengan baik. Tesillo terlihat sangat tegang sebelum menendang bola sehingga tembakannya melebar ke sisi sebelah kanan gawang Chile yang dijaga Gabriel Arias.
Meskipun gagal ke semifinal, pelatih Kolombia asal Portugal, Carlos Queiroz, tetap melihat ada hal positif pada timnya. Selama berlaga di Brasil, mereka belum pernah kebobolan.
”Penalti adalah cara yang sangat sulit untuk meninggalkan kompetisi. Namun, saya melihat ada perkembangan, peningkatan, dan kekompakan yang sangat baik,” ujar Queiroz.
Ia melihat timnya mampu mendominasi pertandingan, tetapi tidak memiliki sentuhan yang bagus di wilayah pertahanan Chile. Queiroz enggan menyalahkan pemainnya dan memilih untuk bertanggung jawab atas kekalahan tersebut.
Sementara bagi pelatih Chile asal Kolombia, Reinaldo Rueda, kemenangan ini menjadi langkah maju dalam persiapan kualifikasi Piala Dunia 2022 di Qatar. ”La Roja” gagal tampil di Piala Dunia 2018 meskipun menjuarai dua gelar Copa America terakhir.
Terkait dengan adu penalti, Rueda mengaku timnya telah mempersiapkannya sebelum pertandingan. Mereka telah berlatih adu penalti setiap hari untuk berjaga-jaga. ”Bertahun-tahun yang lalu, saya belajar pentingnya tendangan 12 meter itu. Kami mengakhiri setiap sesi latihan dari titik penalti,” ujar Rueda.
Tim Tango melaju
Argentina, yang tampil kurang meyakinkan di babak penyisihan grup B, lolos ke semifinal setelah mengalahkan Venezuela di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil. Meskipun kalah penguasaan bola hingga 60 persen, Lionel Messi dan kawan-kawan bermain lebih efektif.
Mereka mampu melakukan 17 tendangan dan 7 di antaranya mengarah ke gawang. Sementara Venezuela hanya mampu melepas enam tendangan dan hanya satu yang mengarah ke gawang.
Argentina, yang tampil kurang meyakinkan di babak penyisihan grup B, lolos ke semifinal setelah mengalahkan Venezuela.
Tim Tango unggul cepat melalui tendangan kaki belakang Lautaro Martinez pada menit ke-10. Penyerang yang bermain untuk Inter Milan tersebut meneruskan tendangan keras Sergio Aguero. Pemain pengganti Giovani Lo Celso menambah keunggulan Argentina di babak kedua setelah memanfaatkan bola muntah tendangan keras Aguero yang gagal ditangkap kiper Venezuela, Wuilker Farinez.
Meskipun menang, kapten Argentina, Messi, mendapatkan sorotan buruk karena permainannya di lapangan yang dipandang tidak maksimal. Hingga empat pertandingan yang sudah dilalui, bintang Barcelona tersebut hanya mampu mencetak satu gol saat melawan Paraguay. Itu pun hanya melalui titik penalti.
Umpan Messi sering tidak tepat sasaran dan tembakannya mudah dihadang bek serta tidak pernah menyulitkan Farinez. Ia juga terlihat kesulitan melewati bek lawan, tidak seperti ketika bermain di Barcelona.
Meskipun demikian, Pelatih Argentina Lionel Scaloni tetap mendukung Messi dalam konferensi pers setelah pertandingan. ”Kontribusi Messi di lapangan sangat penting. Jika Anda bisa melihat apa yang ia berikan kepada kami di ruang ganti, Anda akan berpikir berbeda. Saya jamin Anda senang memilikinya di sini,” ujar Scaloni.
Sementara itu, Messi melakukan pembelaan terhadap penampilannya yang dianggap buruk selama pertandingan. Ia menganggap kualitas lapangan yang buruk mempengaruhi penampilannya. ”Kondisinya sangat sulit untuk menggiring bola dengan baik,” ujar Messi.
Peraih gelar pemain terbaik sebanyak lima kali tersebut sering dianggap permainannya menurun ketika membela tim nasional. Selama membela timnas senior Argentina, ia belum pernah mempersembahkan trofi.
Di level yunior, Messi telah mempersembahkan medali emas Olimpiade Beijing pada 2008 bersama timnas U-23. Sebelumnya, pada 2005, Messi mempersembahkan trofi Piala Dunia U-20 di Belanda.
Kesempatan pemain 32 tahun tersebut untuk meraih trofi bersama timnas senior terbuka di Copa America 2019. Namun, ia harus menghadapi rival sekaligus tuan rumah Brasil pada babak semifinal. (AFP/AP/REUTERS)