MIAMI, JUMAT - Partai Demokrat mengadakan debat pertama bakal calon presiden untuk Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2020 selama 26-27 Juni 2019 di Miami, Florida. Joe Biden sebagai bakal calon terpopuler menerima banyak serangan dalam debat tersebut.
Sebanyak 20 bakal calon presiden Demokrat mengikuti debat yang dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dan kedua debat masing-masing diikuti oleh 10 bakal calon. Biden yang berpartisipasi pada sesi kedua menerima kritik antara lain dalam isu ras, usia, dan perang Irak.
Senator California Kamala Harris mengatakan, Biden bukanlah orang yang rasis. Namun, ia mengkritik Biden karena berhubungan dengan para senator pendukung pemisahan berdasarkan ras serta menolak fasilitas bus bagi siswa di sekolah desegregasi pada 1970-an.
“Ada seorang gadis kecil di California yang menggunakan bus tersebut ke sekolah negeri setiap hari. Gadis kecil itu adalah saya. Apakah anda setuju hari ini bahwa anda salah menolak fasilitas bus di Amerika?” kata Harris dalam debat dalam sesi kedua, Kamis (27/6/2019).
Anggota kongres Eric Swalwell mengatakan, Biden seharusnya memberi kesempatan kepada generasi muda untuk mengatasi masalah perubahan iklim, memperluas cakupan layanan kesehatan, dan mengurangi kekerasan akibat senjata. Swalwell juga menggunakan ucapan Biden di masa lalu untuk mempertegas argumennya.
“Saya berusia enam tahun ketika seorang kandidat presiden datang ke Konvensi Demokrat di California dan mengatakan sudah saatnya memberikan “obor” ke generasi baru Amerika. Kandidat itu adalah mantan Senator Joe Biden. Hal yang ia katakan pada 32 tahun lalu benar dan masih benar saat ini,” kata Swalwell, salah satu bakal calon termuda.
Senator Vermont Bernie Sanders mempertanyakan dukungan Biden atas Perang Irak yang mengirim 150.000 tentara AS ke Irak. Sanders kemudian menegaskan ia justru menolak perang itu.
Serangan sejumlah bakal calon terhadap Biden tidak mengejutkan. Jajak pendapat Reuters/Ipsos pada 15 Mei 2019 mencatat, Biden memeroleh suara tertinggi sebesar 29 persen. Jumlah itu lebih tinggi 5 persen dari jajak pendapat serupa yang dilakukan pada April 2019.
Suara dukungan terhadap Biden jauh lebih tinggi dari Bernie Sanders (13 persen), Senator Massachusetts Elizabeth Warren (6 persen), Kamala Harris (6 persen), dan mantan anggota DPR Beto O’Rourke (6 persen). Suara dukungan untuk Swalwell sebesar nol persen.
Biden bersikap defensif ketika menerima kritik saat debat. Menurut Biden, ia tidak mendukung rasisme dan tidak menentang inisiatif bus sekolah bagi anak-anak non-kulit putih ketika menjawab Harris. Kepada Swalwell, ia menyatakan masih mampu berkompetisi.
“Saya mencalonkan diri karena menganggap penting agar kita mengembalikan jiwa bangsa ini. Presiden AS Donald Trump telah merobeknya. Kita perlu menyatukan AS meskipun orang lain mengatakan kita tidak bisa,” kata Biden dalam pernyataan penutup.
Dalam debat pertama tersebut, Harris merupakan salah satu bakal calon yang tampil cemerlang, meskipun dukungan suara baginya tidak menunjukkan perubahan. Salah satu bakal calon, Senator New York Kirsten Gillibrand memuji penampilan Harris selama debat.
Serang Trump
Sejumlah topik dibahas dalam debat pertama, yaitu layanan kesehatan, imigrasi, perubahan iklim, ekonomi, pendidikan, kepemilikan senjata, aborsi, dan peradilan pidana. Para bakal calon juga membahas mengenai pendekatan liberal Demokrat dan keterlibatan pemerintah dalam ekonomi.
Secara umum, mereka menyerang kebijakan presiden petahana Trump mengenai pajak, layanan kesehatan, dan imigrasi. Biden, Sanders, dan Warren mengkritik Trump karena memotong pajak bagi orang kaya, gagal memenuhi janji kampanye Pemilu 2016, bertindak rasis, serta menciptakan ketimpangan ekonomi dan pendapatan.
Para bakal calon terlihat memiliki pandangan yang berbeda mengenai memperluas cakupan layanan kesehatan. Hanya Sanders dan Harris yang memiliki rencana untuk menghapus asuransi swasta.
Melalui akun media sosial Twitter, Trump mengatakan Demokrat mendukung agar imigran gelap menerima layanan kesehatan. “Bagaimana dengan mengurus penduduk AS terlebih dulu?” tuturnya. (AFP/AP/Reuters)