Merayu Pasar Ekspor, 15 Produk Indonesia Bakal Unjuk Gigi di Jepang
Melalui ajang Good Design Indonesia (GDI) 2019 yang digelar Kementerian Perdagangan, pemerintah memutuskan 15 produk yang akan unjuk gigi ke Jepang untuk mengikuti pameran G-Mark. Pameran internasional itu turut menjadi pintu masuk pasar ekspor bagi Indonesia.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Melalui ajang Good Design Indonesia (GDI) 2019 yang digelar Kementerian Perdagangan, pemerintah memutuskan 15 produk yang akan unjuk gigi ke Jepang untuk mengikuti pameran G-Mark. Pameran internasional itu turut menjadi pintu masuk pasar ekspor bagi Indonesia.
Penganugerahan GDI 2019 berlangsung di Jakarta, Rabu (26/6/2019). ”Kami juga menilai produk-produk ini berdasarkan potensi ekspornya,” kata Gregorius Antar Awal, salah satu juri GDI 2019, Rabu.
GDI 2019 merupakan gelaran tahunan yang ketiga. Pada tahun ini ada 421 pendaftar ajang ini atau meningkat dari 134 pendaftar pada 2017 dan 253 pendaftar pada 2018.
Ada 10 kategori yang diperlombakan, yakni furnitur dan perlengkapan rumah, peralatan rumah tangga, kesehatan dan hobi, perlengkapan sehari-hari, perlengkapan dapur, mobilitas, produk untuk perawatan medis dan manufaktur, perumahan, konstruksi atau interior industri fasilitas komersial dan publik, serta media dan konten. Berdasarkan pengamatan, produk yang dipamerkan dalam GDI 2019 mayoritas berupa furnitur dan mebel penyimpanan.
Selanjutnya, 15 produk yang mendapatkan penganugerahan GDI 2019 akan dikirim ke Tokyo, Jepang, untuk mengikuti pameran G-Mark pada 30 Juli-1 Agustus 2019. Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda, ajang tersebut berpotensi mempertemukan produsen dengan pembeli, khususnya dari Jepang, di skala internasional.
Jepang menjadi fokus sasaran produk-produk pemenang GDI 2019 karena menjadi pangsa pasar ekspor ketiga bagi Indonesia. Arlinda menyebutkan, pihaknya ingin mendorong ekspor kerajinan tangan, furnitur, dan perhiasan ke Jepang.
Kementerian Perdagangan mendata, Indonesia mencatatkan surplus dalam neraca perdagangan dengan Jepang sebesar 1,48 miliar dollar AS sepanjang 2018. Surplus ini terbentuk dari nilai ekspor yang sebesar 19,46 miliar dollar AS dan impor senilai 17,96 miliar dollar AS.
Sebagai persiapan agar produk Indonesia berdaya saing di G-Mark, Arlinda mengatakan, ada tiga fokus yang dibawa dalam GDI 2019, yakni memiliki posisi citra desain tersendiri, berorientasi ekspor, serta sarat dengan inovasi dan kreativitas.
”Posisi citra (branding position) GDI ini menandakan produk yang berorientasi ekspor. Selain itu, GDI bekerja sama dengan Institution Japan Design Promotion sehingga para pemenang dapat langsung dipromosikan di Jepang,” tuturnya.
Secara garis besar, GDI menitikberatkan desain pada produk yang berorientasi ekspor. Arlinda berpendapat, produk dengan desain yang diakui dan memiliki posisi mempunyai nilai tambah tinggi dan memiliki magnet dalam komersialisasi.
Pada 2018, ada tujuh produk dari GDI yang mendapatkan penghargaan pada G-Mark ke-62. Arlinda mengatakan, produk-produk tersebut kini telah memiliki pembeli dan distributor tetap di Jepang.
Freddy Chrisswantra dari PT Bana Andaru, desainer pemenang penghargaan GDI of The Year 2019, merasa tidak keberatan dengan tuntutan mengekspor produknya. ”Memang, harus ekspor agar skalanya (usaha) membesar. Selama ini kami sudah ekspor ke Korea, tetapi belum ke Jepang,” ujarnya.