Surplus data neraca perdagangan Indonesia menopang penguatan IHSG pada Selasa (25/6/2019). Sayangnya, penguatan diprediksi hanya berlangsung sementara akibat sentimen eksternal yang berpotensi menahan laju indeks bursa global.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Surplus data neraca perdagangan Indonesia menopang penguatan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada Selasa (25/6/2019). Sayangnya, penguatan diprediksi hanya berlangsung sementara akibat sentimen eksternal yang berpotensi menahan laju indeks bursa global.
IHSG mengakhiri perdagangan sesi siang di area positif, dengan menguat 24,73 poin atau 0,39 persen ke level 6.313,19. Lonjakan terbesar terjadi pada saham sektor pertambangan, yaitu 2,21 persen, disusul sektor industri dasar (1,06 persen), sektor infrastruktur (0,66 persen), dan sektor perkebunan (0,5 persen).
Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memproyeksikan pergerakan IHSG sampai penutupan hari ini masih menunjukkan potensi kenaikan yang cukup besar. ”Data neraca perdagangan pada bulan Mei dinilai telah mendorong optimisme investor,” katanya, Selasa.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus 0,21 miliar dollar Amerika Serikat pada Mei 2019. Nilai ini berbalik dari capaian April yang alami defisit 2,28 miliar dollar AS. Defisit neraca perdagangan pada April lalu merupakan defisit terdalam sejak Juli 2013.
William menilai, berbaliknya posisi neraca perdagangan dari defisit menjadi surplus sudah sewajarnya membawa sentimen positif bagi perdagangan pasar modal meskipun, menurut dia, sentimen positif ini hanya akan berlangsung dalam jangka pendek.
”Secara teknikal, akan ada rebound apabila melihat rentang pelemahan jangka pendek sudah sangat terbatas mendekati support moving average,” ujarnya.
Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengingatkan kepada pelaku pasar bahwa terdapat sentimen global yang akan menghambat pergerakan positif IHSG pada pekan ini. Sentimen tersebut adalah rencana Pemerintah AS yang akan menerapkan sanksi baru terhadap Iran.
Sebelumnya diberitakan, Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan ancaman kepada Iran. Sikap keras ini merupakan bagian dari tekanan AS agar Iran menghentikan program pengembangan nuklirnya. Kendati demikian, Iran meyakini perang AS-Iran tidak akan terjadi.
”Eskalasi ketegangan geopolitik antara AS dan Iran akan menjadi sentimen yang memberatkan pergerakan indeks bursa global, termasuk IHSG,” ujarnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sepanjang perdagangan Selasa hingga sesi siang, investor asing mencetak pembelian bersih Rp 186,28 miliar di seluruh pasar.
Saham-saham favorit investor asing pada perdagangan hari ini di antaranya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang dibeli senilai Rp 50,4 miliar, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Rp 46,8 miliar), serta PT Bank Central Asia Tbk (Rp 43,8 miliar).
Adapun saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing yaitu PT Astra International Tbk senilai Rp 21,7 miliar, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (Rp 10,8 miliar), dan PT Mayora Indah Tbk (Rp 8,1 miliar).