Kado Ulang Tahun Messi
Lionel Messi masih mempunyai kesempatan untuk memimpin Argentina meraih trofi Copa America 2019 di Brasil. Setelah merayakan ulang tahunnya, ia kini bersiap menghadapi Venezuela.
PORTO ALEGRE, SENIN — Tim nasional Argentina akhirnya bisa tetap melaju ke babak perempat final Copa America 2019 setelah mengalahkan Qatar, 2-0, di Arena do Gremio, Porto Alegre, Brasil, Senin (24/6/2019) dini hari WIB. Kemenangan ini menjadi kado spesial bagi sang kapten Argentina, Lionel Messi, yang merayakan ulang tahunnya pada Senin kemarin.
Messi yang kini berusia 32 tahun masih berupaya mendapatkan trofi pertamanya bersama tim nasional. Tanpa kemenangan atas Qatar itu, Argentina bisa pulang lebih awal dan menanggung malu. Jika tersingkir, Messi pun bisa menunggu satu tahun lagi untuk kembali mencoba pada ajang Copa America 2020 yang akan digelar di Argentina dan Kolombia.
Namun, Messi masih bisa tersenyum pada hari ulang tahunnya. Kemenangan atas Qatar telah menempatkan Argentina di peringkat kedua Grup B dengan empat poin. Tim ”La Albiceleste” juga tertolong oleh kekalahan Paraguay dari Kolombia 0-1 pada laga lainnya. Paraguay hanya finis di peringkat ketiga dengan dua poin, sedangkan Kolombia menjadi juara grup dengan sembilan poin setelah memetik tiga kemenangan selama penyisihan grup.
Argentina masih bisa selamat meskipun penampilan mereka dalam turnamen ini masih jauh dari harapan. Kalah 0-2 dari Kolombia, ditahan imbang Paraguay 1-1, dan akhirnya bisa memetik kemenangan pertama atas Qatar. ”Semakin banyak bermain, semakin kami bisa berkembang. Laga (kontra Qatar) ini salah satunya,” ujar Messi.
Satu kemenangan tersebut membawa pengaruh besar terhadap motivasi dan semangat tim yang selama ini dibanjiri kritikan. Penampilan buruk pada dua laga pertama membuat para mantan pemain Argentina, terutama Diego Maradona, marah. Moral para pemain pun anjlok sehingga Pelatih Argentina Lionel Scaloni sampai membuka sesi diskusi khusus untuk memberi kesempatan para pemain menyampaikan isi hatinya.
Messi mengakui tekanan yang mereka hadapi begitu besar. Mereka membawa nama besar Argentina, tim yang sudah dua kali menjuarai Piala Dunia dan 14 kali menjuarai Copa America. Bahkan dalam dua edisi Copa America sebelumnya, tahun 2015 dan 2016, Argentina merupakan runner-up.
”Sangat sulit untuk menjalani laga ketika kami dituntut untuk menang, sementara kami juga takut jika tersingkir. Bagaimanapun juga kami bisa lolos ke babak perempat final dan ini yang lebih penting,” kata Messi. Pada laga itu, Messi mendapat dukungan tambahan dari istri dan anak-anaknya yang hadir di stadion. Kehadiran mereka sekaligus untuk merayakan ulang tahun Messi.
Pekerjaan rumah
Argentina selanjutnya akan menghadapi Venezuela sebagai runner-up Grup A, Sabtu (29/6/2019) dini hari WIB. Meskipun bisa mengalahkan Qatar, mereka masih mempunyai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yaitu penyelesaian akhir yang buruk. Kelemahan ini wajib mereka benahi sebelum menghadapi Venezuela.
Striker Argentina Lautaro Martinez memang bisa mencetak gol ketika laga baru berjalan pada menit ke-4. Meskipun demikian, gol tersebut terjadi karena kesalahan konyol pemain belakang Qatar, Bassam Hisham, yang justru memberikan bola kepada Martinez. ”Gol pada menit awal ini bisa mengurangi ketegangan kami,” kata Martinez.
Setelah gol pertama itu, Argentina bisa mendominasi serangan. Ironisnya, mereka bisa melakukan 17 tembakan yang tepat mengarah ke gawang, tetapi hanya bisa mencetak dua gol. Striker Argentina, Sergio Aguero, baru bisa menambah keunggulan pada menit ke-82 setelah mendapat asis dari Paulo Dybala, pemain Juventus yang baru dimainkan Scaloni pada laga ketiga tersebut.
”Tentu masih banyak hal yang perlu dibenahi. Namun, sekarang kami puas,” kata Scaloni. Melalui taktiknya, Scaloni sudah berusaha menciptakan tekanan tinggi untuk lawan-lawan mereka. Para pemain diminta memasang garis pertahanan yang tinggi dan memaksa lawan untuk lebih bertahan. Setidaknya mereka sudah bisa menciptakan banyak peluang gol.
Scaloni juga masih mencari cara untuk mengeluarkan potensi yang dimiliki para pemain, terutama Messi. Timnya dihuni oleh para pemain papan atas yang tidak bisa menyatu di lapangan. Ide yang dibangun Scaloni, seperti yang dipaparkan laman ESPN, ternyata tidak sesuai dengan gaya bermain Messi.
Scaloni menginginkan tim bermain dengan transisi yang cepat, yang bertumpu pada kemampuan dua pemain sayap. Namun, taktik tersebut membatasi gerak Messi yang memiliki kemampuan untuk mengolah bola di lini tengah. Sistem yang tidak cocok tersebut membuat Argentina bisa dikalahkan Kolombia pada laga perdana.
Melawan Qatar, Messi sudah semakin bisa bergerak bebas dan menginisiasi serangan dari tengah. Argentina perlu menjaga ritme ini saat menghadapi Venezuela yang sempat mengalahkan mereka 1-3 pada laga persahabatan, akhir Maret lalu.
Argentina sudah merasakan keajaiban lolos dari penyisihan grup pada Piala Dunia Rusia 2018 dan setelah itu kandas pada laga pertama fase gugur. Mereka tidak ingin hal yang sama terulang kembali pada ajang Copa America kali ini. (AP/AFP/REUTERS)