Pengembangan Kepribadian Dibutuhkan bagi Calon Pemain Profesional
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk menjadi pemain sepak bola profesional, tidak hanya cukup berlatih kemampuan di lapangan, tetapi juga memerlukan pengembangan kepribadian. Seorang calon pesepak bola perlu belajar beradaptasi dengan cepat dalam situasi apa pun.
Mantan pemain Bayern Muenchen, Martin Demichelis, Senin (24/6/2019), di Jakarta, menceritakan pengalamannya saat masih merintis karier sebagai pesepak bola yunior. Ketika masih berumur 14 tahun, ia harus meninggalkan kampung halaman di pedalaman Argentina menuju ke Buenos Aires, ibu kota negara itu. Ia harus dapat beradaptasi dalam situasi apa pun di sebuah kota yang besar dengan suasana yang berbeda dengan kampung halamannya.
”Tiga bulan setelah saya meninggalkan rumah, ayah saya meninggal,” kata Demichelis pada konferensi pers Allianz Explorer Camp di Jakarta, Senin. Sebagai seorang remaja, ia mengaku sangat terpukul dan berusaha tetap fokus meniti karier.
Di tempat baru, ia berusaha menetapkan tujuan dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Perjuangan sangat berat karena harus dilewati pada masa pubertas. Selain itu, situasi semakin menjadi sulit karena belum tahu apakah ke depannya dapat menjadi pesepak bola profesional. Namun, ia tetap melewatinya dengan penuh sukacita.
Demichelis hanya berlatih selama dua jam dalam sehari. Selebihnya, ia gunakan untuk membaca berbagai referensi dan melihat pertandingan sepak bola serta memperhatikan pola makan yang baik.
Calon pesepak bola juga harus mengontrol diri untuk tidak merokok dan minum alkohol serta istirahat yang cukup.
”Seorang calon pesepak bola juga harus mengontrol diri untuk tidak merokok dan minum alkohol serta istirahat yang cukup,” ujar pemain yang dapat berposisi sebagai bek tengah dan gelandang bertahan itu.
Pengendalian diri itu terasa sulit dan berat karena ia belum pasti akan menjadi pemain inti dan dimainkan dalam setiap pertandingan. Meskipun membatasi diri, setiap calon pesepak bola tetap perlu berteman, termasuk dengan lawan.
Bagi Demichelis, pertemanan menjadi penting karena berpengaruh terhadap kehidupan di luar lapangan sebab pertarungan di lapangan sifatnya hanya sementara. ”Itulah sepak bola. Kita harus berusaha maksimal, tetapi harus didukung dengan aspek kepribadian,” ujar mantan rekan Lionel Messi di tim nasional Argentina itu.
Demichelis memberikan contoh sosok Messi yang selalu rendah hati. Messi dikenalnya sebagai sosok yang tidak pernah menunjukkan kekayaannya meskipun bintang Barcelona itu telah memperoleh kesuksesan dalam kariernya. Messi dapat menjadi panutan bagi rekan-rekannya.
Untuk menjalani segala tantangan dalam meniti karier sebagai pesepak bola profesional, Demichelis mengharapkan dukungan setiap orang tua. Ia mengaku ayahnya tidak pernah menekan dirinya ataupun menanyakan nilai kontrak dan jumlah uang yang diterima.
Anak akan tumbuh dengan lebih baik ketika bersama keluarga dan teman-temannya.
”Dia bilang, lakukan itu dengan bahagia. Kalau tidak bahagia, pulang ke rumah,” ujar pria berumur 38 tahun itu. Ia pun melakukan hal yang sama kepada anaknya.
Demichelis tidak buru-buru memasukkan anaknya yang masih berumur 10 tahun ke akademi sepak bola seperti di Manchester City atau Bayern Muenchen yang pernah dibelanya. Ia memilih mendampingi anaknya karena tempat terbaik bagi anak dengan umur 10 tahun adalah keluarga. Anak akan tumbuh dengan lebih baik ketika bersama keluarga dan teman-temannya.
Mantan psikolog tim nasional U-16, Laksmiari Saraswati, mengatakan, masa remaja identik dengan pubertas yang dipengaruhi oleh hormon. Karena itu, kunci untuk mengatur anak pada masa pubertas adalah menjaga makanan yang dikonsumsi.
Makanan yang disusun ahli gizi harus dipatuhi karena sesuai dengan kebutuhan seperti untuk berlari. Namun, biasanya anak pada masa ini sulit diatur dan tidak terbiasa mengonsumsi makanan yang tidak disukai sehingga perlu pendampingan khusus.
Pada masa pubertas, anak akan mengeksplorasi dirinya untuk mengetahui siapa dirinya. Mereka perlu mendapatkan pendampingan terutama dalam mengolah emosi.
Pengolahan emosi sama dengan cara berlatih menendang bola dengan baik. Tantangan anak pada masa pubertas ini adalah mereka akan mengalami situasi naik turun yang tidak pasti sehingga perlu pendampingan dari pelatih dan psikolog.
Allianz Explorer Camp
Pada tahun kedelapan ini Allianz Indonesia mengirimkan delapan remaja yang terpilih untuk mengikuti program Allianz Explorer Camp selama lima hari. Sebanyak enam remaja mendapatkan pelatihan di Singapura dan dua remaja mendapatkan pelatihan di Muenchen (Jerman).
Chief Marketing Officer Allianz Life Indonesia Karin Zulkarnaen mengatakan, para remaja yang terpilih akan mendapatkan pelatihan sepak bola dari pelatih Bayern Muenchen. Pada tahun ini, format pendampingan berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya fokus di lapangan.
”Tahun ini, mereka akan diajak bereksplorasi dengan berbagai hal. Bukan hanya kemampuan sepak bola yang kita kembangkan, melainkan juga pelatihan untuk pembentukan kepribadian yang sifatnya nonteknis,” ujar Karin.
Mereka akan memperoleh pendampingan terkait dengan nilai-nilai sepak bola yang relevan dengan kehidupan sehari-hari seperti kerja sama. Mereka juga akan dipertemukan dengan teman-teman dari negara lain yang memiliki budaya yang berbeda. Mereka akan dipersatukan dalam bahasa sepak bola.
Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia Joos Louwerier mengatakan, sepak bola sangat berguna untuk orang muda. Sepak bola memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menghadapi tantangan demi menjadi lebih baik.
Sepak bola juga mengajarkan untuk belajar berkompetisi, tetapi tetap menghargai lawan. Nilai-nilai di dalam sepak bola juga berguna ketika memasuki dunia kerja seperti cara bekerja sama. Melalui sepak bola, dirinya juga dapat berkoneksi dengan orang lain.