Hasil Lelang Botol Plastik Masuk Pendapatan Daerah
Lelang pertama sampah botol plastik, yang terkumpul dari penumpang Bus Suroboyo, laku senilai Rp 150 juta. Uang hasil lelang tersebut dimasukkan ke pendapatan asli daerah Kota Surabaya.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Lelang pertama sampah botol plastik, yang terkumpul dari penumpang Bus Suroboyo, laku senilai Rp 150 juta. Uang hasil lelang tersebut dimasukkan ke pendapatan asli daerah Kota Surabaya, Jawa Timur.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya Eri Cahyadi, di Surabaya, Kamis (13/6/2019), mengatakan, lelang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). "Botol plastik yang terkumpul sudah ditetapkan sebagai kekayaan daerah sehingga secara otomatis botol sampah itu dilelang oleh DJKN," katanya.
Sejak beroperasi pada April 2018 hingga Januari 2019 (10 bulan), sampah botol plastik yang terkumpul dari penumpang sebagai ongkos menaiki bus itu sebanyak 39 ton. Lelang dibuka dengan harga Rp 80 juta dan dimenangkan PT Langgeng Jaya Plastindo dengan penawaran Rp 150 juta.
Eri menuturkan, hasil lelang tersebut dimasukkan dalam APBD Kota Surabaya sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Uang tersebut tidak digunakan untuk pembiayaan operasional Bus Suroboyo karena bus itu sudah mendapatkan anggaran dari APBD.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya Irvan Wahyudrajat menambahkan, subsidi untuk operasional 20 unit Bus Suroboyo mencapai Rp 100 juta per bulan. Anggaran tersebut digunakan untuk gaji sopir, kernet, dan bahan bakar.
Meskipun subsidi yang dikeluarkan lebih besar daripada pemasukan yang diperoleh, operasional bus berbayar sampah plastik yang pertama di Indonesia ini akan tetap dilanjutkan. Menurut Eri, bus berbayar sampah botol plastik ini amat diperlukan untuk membentuk budaya warga yang sadar dalam mengelola sampah plastik.
Melalui program ini, warga dibiasakan untuk mengelola sampah plastik agar bisa mengurangi timbulan sampah sekaligus meningkatkan pengelolaan sampah plastik dalam lingkungan rumah tangga.
Bahkan, sejak awal dioperasikan, penumpang Bus Suroboyo terus tumbuh pesat. Saat ini, penumpang bus mencapai 3.600 orang per hari, meningkat pesat dibandingkan awal pengoperasian yang hanya sebanyak 1.000 penumpang per hari.
Ada 20 unit bus yang melayani dua rute, yakni dari Terminal Purabaya-Jalan Rajawali dan rute Universitas Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Masing-masing rute dilayani 10 bus dengan waktu tunggu sekitar 10 menit.
Untuk satu kali perjalanan selama dua jam, setiap penumpang harus menukarkan sampah air minum dalam kemasan sebanyak 10 gelas berukuran 240 mililiter atau 5 botol ukuran 600 mililiter atau 3 botol ukuran 1.500 mililiter.
Sampah tersebut diserahkan kepada petugas yang berjaga di halte untuk ditukar dengan tiket bus. Selain itu, sampah juga bisa ditukarkan di Bank Sampah Induk Surabaya, Bank Sampah Bintang Mangrove, dan Bank Sampah Pitoe.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, Bus Suroboyo menjadi salah satu solusi mengelola sampah plastik yang kini menjadi masalah serius. Sampah itu sulit terurai meski sudah tertimbun selama ratusan tahun. Jumlahnya pun amat banyak karena produk-produk kemasan sering kali menggunakan bungkus dari plastik.
Di Surabaya, sampah plastik yang dihasilkan 3 juta warga mencapai 400 ton per hari. Sampah itu sebagian sudah didaur ulang warga dan dijual ke 227 bank sampah. “Bumi harus dijaga, terutama dari sampah plastik yang bisa merusak ekosistem,” ujar Risma.