Banjir yang terjadi di Samarinda sejak 5 Juni membuat aktivitas ekonomi terhambat. Distribusi barang dagangan ke toko-toko tak bisa tepat waktu. Pusat perbelanjaan dan hotel yang dikepung banjir mengalami penurunan pendapatan. Pemerintah akan mengkaji sumber masalah banjir yang semakin parah ini.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
SAMARINDA, KOMPAS — Banjir yang terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur, sejak 5 Juni membuat aktivitas ekonomi terhambat. Distribusi barang dagangan ke toko-toko tak bisa tepat waktu. Pusat perbelanjaan dan hotel yang dikepung banjir mengalami penurunan pendapatan. Pemerintah akan mengkaji sumber masalah banjir yang semakin parah ini.
Ketinggian air di Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Utara, dan Sungai Pinang perlahan surut hingga 10 sentimeter. Meski demikian, air setinggi 30 sentimeter masih menggenangi beberapa ruas jalan, seperti Jalan PM Noor, Jalan Pemuda, Jalan DI Panjaitan, Jalan M Yamin, dan Jalan Mayor S Parman. Tinggi muka air di beberapa perumahan sekitar 70 sentimeter.
”Banjir membuat distribusi bahan makanan ke toko-toko tidak bisa cepat. Namun, itu tidak membuat kenaikan harga bahan pokok karena wilayah terdampak banjir bukan tempat produksi,” ujar Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Kalimantan Timur Fuad Asadin, Kamis (13/6/2019).
Banjir membuat distribusi bahan makanan ke toko-toko tidak bisa cepat. Namun, itu tidak membuat kenaikan harga bahan pokok karena wilayah terdampak banjir bukan tempat produksi.
Genangan air di beberapa jalan raya membuat mobilitas warga terhambat dan aktivitas ekonomi lesu. Di kompleks Mal Lembuswana, hanya sekitar 20 dari 100 toko yang beroperasi. Jumlah kunjungan menurun hingga 90 persen.
Manajer Pemasaran dan Promosi Mal Lembuswana Deny Tombatu mengatakan, hal itu disebabkan oleh banjir yang mengepung akses masuk ke mal. Banjir setinggi 30 sentimeter menggenangi Jalan M Yamin dan Jalan S Parman yang merupakan akses utama ke mal.
”Pada hari biasa, pengunjung mal antara 15.000 orang dan 20.000 orang. Selama banjir, jumlah kunjungan hanya sekitar 2.000 orang,” kata Deny.
Sebagian besar penyewa toko di kompleks Mal Lembuswana tutup. Deny memperkirakan, ada beberapa karyawan yang juga terdampak banjir sehingga tidak bisa bekerja. Pihak pengelola belum menghitung total kerugian akibat banjir yang belum benar-benar surut ini.
Hotel terdampak
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Kalimantan Timur Zulkifli mengatakan, setidaknya ada lima hotel yang terdampak banjir di Samarinda. Di sisi lain, terdapat penginapan nonbintang dan hotel bintang satu yang mengalami peningkatan jumlah pengunjung.
”Okupansi hotel bintang satu dan penginapan nonbintang meningkat selama banjir. Beberapa orang memilih mengungsi ke penginapan dengan harga terjangkau,” ujar Zulkifli.
Di Hotel Midtown dan Amaris, air setinggi 30 sentimeter menggenang di jalan menuju hotel. Hal itu berdampak signifikan terhadap okupansi hotel. Manajer Hotel Amaris Samarinda Irval Syamsul Bachri mengatakan, mereka kehilangan sekitar Rp 10 juta per hari selama banjir. Artinya, dalam lima hari banjir di sekitar Hotel Amaris, mereka kehilangan pemasukan sekitar Rp 50 juta.
”Sekitar 30 kamar tidak terisi dengan harga rata-rata Rp 365.000 per kamar. Pada hari biasa, 70 kamar terisi,” kata Irval.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Samarinda mencatat, 36.475 jiwa atau 12.397 keluarga terdampak banjir. Saat ini, tim gabungan sudah bisa mengetahui peta distribusi makanan. Bantuan terus berdatangan dan langsung didistribusikan.
Wali Kota Samarinda mengeluarkan surat keputusan tentang kondisi tanggap darurat banjir yang berlangsung selama tujuh hari sejak 8 Juni. Pemerintah menyediakan dana tanggap darurat sebesar Rp 3 miliar.
Sekretaris Daerah Kota Samarinda Sugeng Chairuddin mengatakan, jika air belum kunjung surut, masa tanggap darurat akan diperpanjang. Pemerintah akan mengkaji sumber masalah banjir yang dinilai terparah sejak 10 tahun terakhir ini agar kerugian tidak terjadi lagi.