Para Pengelola Mal Berharap Keamanan Nasional Terjaga
Pusat perbelanjaan di Jakarta mengharapkan situasi kondusif jelang sidang Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres 2019. Aksi demonstrasi dan kerusuhan setelah penetapan pemenang pilpres pada 20-22 Mei lalu menurunkan nyaris setengah dari potensi kunjungan ke mal.
Oleh
KELVIN HIANUSA/I GUSTI BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pusat perbelanjaan atau mal di Jakarta mengharapkan situasi kondusif jelang sidang Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pemilihan Presiden 2019. Aksi demonstrasi dan kerusuhan setelah penetapan pemenang pilpres pada 20-22 Mei lalu menurunkan nyaris setengah dari potensi kunjungan ke mal.
Ellen Hidayat, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Dewan Pimpinan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Rabu (12/6/2019), berharap, sidang yang akan diadakan pada 14-28 Juni 2019 berlangsung kondusif. Situasi itu dibutuhkan agar konsumen tetap menjalankan aktivitas perekonomian seperti biasa, termasuk di mal.
”Kami berharap situasi Jakarta tetap kondusif, tidak mengganggu perekonomian yang sedang berjalan ini,” ucap Ellen yang juga menjabat Chief Executive Officer Mal Baywalk dan Emporium Pluit.
Aksi demonstrasi yang berujung rusuh pada akhir Mei lalu berdampak pada penurunan aktivitas mal. Sejumlah mal yang berada di sekitar lokasi kerusuhan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, memilih tutup beberapa hari. Mal di kawasan tersebut, meski tetap buka saat itu, mengalami penurunan pengunjung hingga 40 persen.
Ellen berharap, tren positif mal semasa libur Lebaran bisa berlanjut. Sementara pengunjung di dua mal yang ditanganinya, Baywalk dan Emporium Pluit, meningkat secara signifikan semasa liburan Lebaran 2019.
Marketing Communication Manager Mal Central Park Welly Adi Kristya menyebutkan, mal tempatnya bekerja juga terdampak kerusuhan meskipun cukup jauh dari lokasi kejadian. Mal Central Park berada di Grogol, Jakarta Barat, sedangkan kerusuhan terjadi di sekitar mal Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Selama hampir seminggu, Mal Central Park mengalami penurunan pengunjung hingga 35 persen atau hampir 60.000 orang per hari. Biasanya, dalam sehari mereka menargetkan kunjungan mencapai 173.000 orang.
”Situasi itu baru pulih kembali setelah kami menggelar midnight sale pada 25-26 Mei. Harapannya, kali ini tidak terulang lagi karena persoalan itu bisa membuat pengunjung takut datang ke mal,” ucap Welly.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menegaskan, kondisi keamanan yang tidak kondusif sudah pasti akan menurunkan konsumsi masyarakat, terutama bagi konsumen kelas atas.
Kondisi keamanan yang tidak kondusif sudah pasti akan menurunkan konsumsi masyarakat, terutama bagi konsumen kelas atas.
”Konsumen kelas atas pasti akan menunda belanja. Kepercayaan diri untuk konsumsi akan menurun. Belum lagi banyak ritel di daerah yang juga bisa terpengaruh ritel pusat yang tutup karena barang-barang mereka berasal dari Jakarta,” tuturnya.
Oleh karena itu, Bhima menilai, kepolisian harus bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat. Mereka perlu menjaga aktivitas ekonomi masyarakat agar bisa berjalan normal.
Indef meyakini, sidang di MK tidak akan mengganggu perekonomian. ”Karena mungkin tidak sebesar kemarin (Mei lalu). Kepolisian juga bisa menjamin rasa aman dengan peristiwa bulan lalu serta pengungkapan dalang-dalang di balik kerusuhan,” lanjut lulusan Universitas Bradford, Inggris, tersebut.
Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Asep Adi Saputra meminta masyarakat tetap tenang. Pihak kepolisian telah menyiapkan pengamanan untuk sidang sengketa hasil pemilu.
Kepolisian hingga saat ini mengerahkan 32.000 personel guna memastikan situasi tetap kondusif hingga sidang putusan MK pada 28 Juni 2019. ”Masyarakat tenang saja dalam beraktivitas karena jalan-jalan protokol tidak akan terganggu seperti kemarin (Mei lalu),” ujar Asep.