Program elektronifikasi jalan tol melalui transaksi nirsentuh ditargetkan dapat dimulai tahun 2020. Uji coba digelar untuk mempelajari proses transaksi.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program elektronifikasi jalan tol melalui transaksi nirsentuh ditargetkan dapat dimulai tahun 2020. Uji coba digelar untuk mempelajari proses transaksi.
Selain memperbanyak uji coba beberapa teknologi, badan usaha jalan tol menggelar studi kelayakan untuk mempelajari proses transaksi secara keseluruhan. Penerapan sistem ini diharapkan membuat transaksi di jalan tol jadi lebih cepat dan efisien.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pihaknya telah meminta badan usaha memperbanyak uji coba. Saat ini uji coba digelar untuk lajur terbatas dan masih dengan penghalang (single lane free flow with barrier).
”Tujuan multi lane free flow (MLFF/transaksi di jalan tol tanpa henti), kan, mengefisienkan transaksi. Dengan tidak ada penghalang, transaksi akan lebih lancar, ada efisiensi bahan bakar minyak. Dengan semakin sedikit menggunakan uang tunai, juga akan membuat transaksi semakin efisien dan pengelolaan jalan tol lebih optimal,” kata Basuki akhir pekan lalu di Jakarta.
Saat ini beberapa badan usaha jalan tol telah menguji coba teknologi transaksi nirsentuh, yakni di Tol Bali Mandara, Tol Tangerang-Merak, dan Tol Prof Sedyatmo. Melalui uji coba tersebut diharapkan akan diperoleh data yang nanti digunakan untuk merancang keseluruhan alur bisnis dan jenis teknologinya.
Selain teknologi, penerapan transaksi tanpa henti memerlukan mekanisme kliring perbankan dan penyelesaian transaksi pembayaran, pengoperasian dengan moda transportasi lain, serta mekanisme penegakan hukum.
”Kewenangan kami adalah menentukan teknologi mana yang akan dipakai karena kita harus melindungi konsumen, yakni yang murah dan kredibel. Demikian juga untuk perbankan harus bisa untuk semua,” ujar Basuki.
Studi kelayakan
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengatakan, uji coba penerapan transaksi nirsentuh telah mendapat izin dari Bank Indonesia. Lewat uji coba tersebut, gambaran mengenai penerapan teknologi nirsentuh akan didapatkan, termasuk hambatannya.
Sejalan dengan uji coba itu, saat ini terdapat badan usaha dari Hongaria yang mengajukan diri sebagai pemrakarsa untuk melakukan studi kelayakan tentang layanan tanpa berhenti di jalan tol. Sebab, untuk menerapkan transaksi nirsentuh, diperlukan penyedia teknologi, penyedia solusi untuk penyelesaian transaksi pembayaran (settlement), hingga konsolidasi dana yang terkumpul.
”Badan usaha jalan tol saya kira bisa masuk juga meski hal ini memang belum dirumuskan boleh tidaknya atau malah justru didorong, misalnya, membentuk konsorsium badan usaha jalan tol, tergantung dari (hasil) studi kelayakan,” kata Danang.
Jika transaksi nirsentuh dapat diterapkan sehingga kendaraan tidak perlu berhenti untuk transaksi, sistem tarif di tol akan berubah. Jika saat ini di beberapa ruas perkotaan berlaku tarif merata, pengguna tol hanya akan membayar sesuai jarak tempuh atau berdasarkan proporsi jarak dengan transaksi nirsentuh.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Marga Mandalasakti yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Kris Ade Sudoyono berpandangan, kesiapan infrastruktur untuk penerapan layanan tanpa berhenti di jalan tol membutuhkan sistem dan pengoperasian yang saling terhubung dan andal.
Selain itu, perlu perubahan perilaku pengguna jalan, terutama kepatuhan dalam menggunakan sistem pembayaran tanpa berhenti tersebut. Oleh karena itu, penerapannya perlu penegakan hukum yang kuat sehingga operator jalan tol memiliki kepastian pendapatan.
Di ruas Tol Tangerang-Merak, kata Kris, PT Marga Mandalasakti melakukan uji coba dengan menggunakan teknologi berbasis digital short range communication yang diintegrasikan dengan platform yang dikembangkan Telkom Finnet. Uji coba itu diintegrasikan dengan berbagai sistem pembayaran, baik dengan uang elektronik maupun dompet elektronik. Kini tengah dikembangkan sistem transaksi terintegrasi dengan melibatkan beberapa ruas tol berbeda.
”Uji coba ini untuk meyakinkan bahwa pengumpulan dan distribusi pendapatan dari setiap ruas tol akan berjalan sesuai sistem integrasi layanan. Sekiranya berhasil, kami pastikan uji coba ini bisa menjawab tantangan untuk isu sistem terintegrasi,” kata Kris.