Lonjakan Harga Tiket Pesawat Signifikan Dorong Inflasi
JAKARTA, KOMPAS -- Lonjakan harga tiket pesawat menjadi salah satu pendorong utama inflasi bulan Mei 2019. Andilnya terhadap laju indeks harga konsumen atau inflasi secara nasional meningkat signifikan.
Pada periode Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, penyumbang inflasi terbesar biasanya terdiri dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar.
Akan tetapi, pada Mei 2019, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menggeser kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dalam posisi tiga teratas penyumbang terbesar inflasi. Andilnya mencapai 0,1 persen poin dari total inflasi sebesar 0,68 persen.
Secara bulanan, dalam kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, tarif angkutan antarkota menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen poin dan tarif angkutan kereta 0,02 persen poin. Adapun tarif angkutan udara menyumbang 0,02 persen poin.
Secara tahunan, andil tarif angkutan antarkota sebesar 0,05 persen poin dan tarif kereta api 0,04 persen poin terhadap inflasi Mei 2019. Andil kenaikan tarif angkutan udara menjadi yang terbesar dengan angka 0,3 persen poin.
Padahal, pada 2018, kontribusi angkutan udara terhadap inflasi tahunan Mei 2018 hanya sebesar 0,05 persen poin.
"Mahalnya harga tiket pesawat membuat tahun ini, terjadi peralihan penggunaan moda transportasi ke jalur darat," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Jakarta, Senin (10/6/2019).
Kenaikan harga tiket pesawat juga berdampak pada inflasi di kota-kota yang terletak di luar Pulau Jawa. BPS merilis, dari 82 kota yang disurvey, 36 kota di antaranya mengalami inflasi tarif angkutan udara pada Mei 2019.
Pada Mei 2019, inflasi angkutan udara tertinggi terjadi di Tual, Maluku, dengan angka sebesar 20,82 persen. Inflasi angkutan udara di Sampit dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah, secara berturut-turut sebesar 15,35 persen dan 11,11 persen.
Baca juga : Evaluasi Harga Tiket Pesawat Mesti Menyeluruh
Adapun inflasi tarif angkutan udara di Jayapura, Papua dan Manokwari, Papua Barat mencapai 10,35 persen dan 8,48 persen. Sementara, inflasi tarif angkutan udara di Gorontalo, Gorontalo sebesar 7,7 persen dan Kupang, Nusa Tenggara Timur sebesar 7,63 persen.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah berencana menghadirkan maskapai asing dalam industri penerbangan nasional. Langkah ini bertujuan untuk mengatasi tingginya harga tiket pesawat yang berdampak pada angka inflasi nasional.
Menurut Darmin, kenaikan harga tiket pesawat sepanjang 2019 terjadi karena struktur pasar maskapai saat ini berupa duopoli antara PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Lion Air. "Struktur pasar (duopoli) ini memberikan kekuatan pada produsen dalam membentuk harga. Sebagai jawaban, maskapai asing yang menjadi pesaingnya diundang ke pasar dalam negeri sehingga harga tiket pesawat berpeluang turun," tuturnya.
Lebih diminati
Tren penggunaan moda transportasi angkutan darat dan laut meningkat secara signifikan selama setahun terakhir. Artinya, angkutan darat dan laut kini lebih diminati.
Pengamat Transportasi dari Univeritas Katolik, Soegijapranata Djoko Setijowarno menilai minat masyarakat cenderung meningkat untuk menggunakan moda transportasi angkutan darat antar kota. Tidak hanya itu, masyarakat juga kini banyak yang kembali menggunakan transportasi laut.
Data BPS menunjukkan, jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri pada April 2019 tercatat 1,8 juta orang atau naik 5,30 persen dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan, selama Januari hingga April 2019, jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri mencapai 6,9 juta orang atau naik 5,74 persen dibanding periode yang sama tahun 2018.
"Banyak masyarakat yang ingin mencoba pengalaman baru menggunakan jalur darat, khususnya di tol. Sementara itu, sebagian orang terpaksa menggunakan kapal laut karena tidak ada pilihan lain untuk menghindari tiket pesawat yang mahal," kata Djoko saat dihubungi hari ini.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mengujicoba dan mengoperasikan trayek angkutan umum di jalan tol sejak 2017. Pada Mei lalu, misalnya, trayek bus antarkota antarprovinsi (AKAP) Jakarta - Surabaya mulai bisa melewati Tol Trans-Jawa (Kompas, 28/5/2019). Kemenhub akan terus menambah trayek bus via jalan tol yang saat ini sudah mencapai total 50 ruas di lima pulau besar Tanah Air.
Momentum perbaikan
Tren kenaikan penggunaan transportasi darat dan laut ini, menurut Djoko bisa dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan perbaikan dan pengembangan moda transportasi tersebut.
"Pelayanan angkutan umum antarkota antarprovinsi harus lebih digenjot, salah satunya dengan peningkatan kualitas kendaraan," ujarnya.
Peningkatan layanan juga harus lebih baik untuk transportasi laut. Djoko berharap, pemerintah bisa menambah lebih banyak jumlah kapal cepat untuk penyeberangan antarpulau.
"Untuk transportasi antarpulau, kapasitas dan kuantitas kapal harus lebih bagus sehingga orang mau lebih naik kapal," imbuhnya.
Bukan hambatan
Ekonom dari Universitas Indonesia Muhamad Chatib Basri mengatakan, harga tiket mahal bukan sebuah hambatan untuk memicu sektor pariwisata. Tujuan pariwisata Indonesia adalah turis asing. Bagi turis, harga tiket pesawat ini masih standar dan terjangkau.
Terbukti, BPS mencatat kunjungan turis dari Januari hingga April meningkat 5,12 juta kunjungan atau 3,22 persen secara tahunan. Meskipun pada April kunjungan turis menurun 2,7 persen, kunjungan turis April 2019 meningkat 0,11 persen secara tahunan.
Harga tiket mahal bukan hambatan untuk memicu sektor pariwisata. Tujuan pariwisata Indonesia adalah turis asing. Bagi turis, harga tiket pesawat ini masih standar dan terjangkau.
Dari total kunjungan tersebut, sebanyak 59 persen masih menggunakan angkutan udara. Hal itu menandakan turis yang mayoritas berasal dari Malaysia, China, Singapura, dan Australia, tidak terpengaruh harga tiket pesawat.
Sementara itu, untuk jangka panjang, Chatib menyarankan pemerintah segera mempercepat izin masuk maskapai asing. “Kehadiran maskapai asing merupakan cara paling ampuh untuk menghadirkan kompetisi sekaligus menurunkan harga tiket,” kata mantan Menteri Keuangan tersebut.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika menjelaskan, mahalnya harga tiket pesawat tidak memengaruhi pariwisata. “Pariwisata kan komponennya banyak sekali. Bisa dari laut dan darat juga,” ucapnya.
Untuk itu, kenaikan harga tiket pesawat tidak menjadi penghalang signifikan pariwisata untuk mendorong pertumbuhan sektor pariwisata. Apalagi, data BPS membuktikan, pada April, angkutan darat dan laut masih menyumbang hampir setengah atau 41 persen, sebagai moda transportasi turis asing.
Kendati tidak berpengaruh signifikan, Erani menambahkan, penurunan tarif tiket pesawat masih menjadi agenda utama pemerintah. “Pemerintah terus merundingkan soal tarif tiket pesawat sehingga pada saatnya nanti akan menuju ke level yang diharapkan,” pungkasnya.
(ERIKA KURNIA/KELVIN HIANUSA)