SINGAPURA, SABTU — Pemerintah Singapura sangat menghargai kedaulatan Kamboja dan Vietnam sekalipun memiliki pandangan yang berbeda di masa lalu. Hubungan Singapura dengan dua negara satu blok di Asia Tenggara itu dilandasi persahabatan dan rasa saling menghormati.
”Singapura sangat menghargai hubungannya dengan Kamboja dan Vietnam. Terlepas dari perbedaan kami di masa lalu, kami selalu memperlakukan satu sama lain dengan rasa hormat dan persahabatan,” kata Kementerian Luar Negeri Singapura dalam rilis yang diterima Kompas, Sabtu (8/6/2019).
Kemlu Singapura menegaskan, ”Hubungan bilateral telah berkembang di banyak bidang dan kami bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk membangun ASEAN yang kohesif dan bersatu.”
Pernyataan Kemlu Singapura itu untuk mengklarifikasi surat belasungkawa Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong atas meninggalnya mantan Perdana Menteri Thailand Jenderal Prem Tinsulanonda dan pidatonya pada saat Dialog Shangri-La di Singapura. Pernyataan belasungkawa Lee tersebut disampaikan pada 31 Mei 2019. Namun, pernyataan itu membuat Kamboja bereaksi dengan menuduh Singapura telah mendukung genosida dan menyerang Vietnam.
Dalam pernyataan tersebut disebutkan, sikap Singapura yang mendukung kedaulatan Kamboja telah terlihat dalam beberapa kesempatan. ASEAN, ketika baru beranggotakan Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand, telah memberi pernyataan bersama kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Kamboja pada 1979.
”ASEAN, yang kala itu hanya terdiri dari lima negara, melalui pernyataan bersama memandang penduduk Kamboja memiliki hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri. Penduduk Kamboja berhak untuk bebas dari intervensi dan pengaruh dari kekuatan asing ketika menentukan nasib mereka,” kata rilis Kemlu tersebut.
Dengan pernyataan itu, Singapura ingin menegaskan, tidak bersimpati ataupun mendukung rezim Khmer Merah yang pada waktu itu dipimpin Pol Pot. Adapun Khmer Merah adalah rezim partai komunis yang didukung China. Kamboja mengklaim Khmer Merah melakukan genosida selama berkuasa.
Singapura mengklaim bahwa pihaknya telah berupaya keras untuk menjalin hubungan baik dengan Kamboja setelah turut mengawasi pemilu yang membentuk pemerintahan Kamboja yang baru di masa lampau. Singapura juga menyatakan turut berkontribusi membawa Kamboja bergabung dengan ASEAN.
Pernyataan klarifikasi itu juga menyebutkan, Singapura berkomitmen untuk membangun hubungan baik dengan Kamboja dan Vietnam. Singapura berharap agar kedua negara itu terus berkembang dengan kokoh berdasarkan asas keterbukaan dan kepercayaan.
Singapura sangat menghargai hubungannya dengan Kamboja dan Vietnam, terlepas dari perbedaan di masa lalu, kini selalu memperlakukan satu sama lain dengan rasa hormat dan bersahabat.
Singapura dan Vietnam berada di pihak yang berseberangan di masa lalu dan memiliki pandangan yang berbeda tentang sejarah tersebut. Namun, para pemimpin Singapura telah memilih untuk mengesampingkan perbedaan untuk menjalin kemitraan yang erat, baik secara bilateral maupun di level ASEAN.
Kritik Hun Sen
Pernyataan klarifikasi Singapura atas pidato Lee muncul setelah Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengkritik surat belasungkawa Lee yang memuji kepemimpinan Prem dalam melawan invasi dan pendudukan Vietnam atas Kamboja, Kamis (6/6/2019).
Menurut Hun Sen, invasi Vietnam ke Kamboja justru berkontribusi dalam mengakhiri rezim Khmer Merah pada 1978. Vietnam juga membantu mendirikan pemerintahan Kamboja yang baru.
”Pernyataan Lee merupakan penghinaan kepada pengorbanan para sukarelawan militer Vietnam yang membantu membebaskan Kamboja dari rezim genosida. Pernyataannya menunjukkan kepada penduduk Singapura dan dunia bahwa pemimpin Singapura berkontribusi pada pembunuhan massal warga Kamboja,” tutur Hun Sen, melalui media sosial Facebook.
Sejak mengakhiri rezim Pol Pot, Vietnam berada di Kamboja selama 10 tahun. Vietnam mundur dari Kamboja pada akhir 1989. Sebuah perjanjian yang secara resmi mengakhiri perang di Kamboja dibuat pada 1991.
Juru Bicara Kemlu Vietnam Le Thi Thu Hang mengatakan, Vietnam menyesal sejumlah aspek dalam pernyataan Lee tidak melihat sejarah secara obyektif. Pernyataan Lee dapat memicu dampak negatif terhadap opini publik.
Jalin komunikasi
Setelah Hun Sen menyampaikan kritiknya, Singapura segera menjalin komunikasi dengan Kamboja dan Vietnam. Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengontak Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn serta Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Binh Minh.
Balakrishnan kembali menekankan sudut pandang Singapura yang menghargai persahabatan dengan Kamboja dan Vietnam. ”Mereka sepakat bahwa meskipun memiliki perbedaan serius di masa lalu, kami telah mengambil jalur kerja sama, dialog, dan persahabatan,” tuturnya, dalam pernyataan klarifikasi tersebut.
Adapun Vietnam bergabung dengan ASEAN pada 1995. Kamboja baru bergabung pada 1999. (REUTERS/CAL)