Redakan Perpecahan, Idul Fitri Harus Jadi Momentum Silaturahmi Jokowi-Prabowo
Oleh
Sharon Patricia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Idul Fitri sepatutnya dijadikan momentum silaturahmi antarelite politik untuk mendepolarisasi perpecahan akibat Pemilu 2019. Pertemuan antara calon presiden nomor 01 Joko Widodo dan capres 02 Prabowo Subianto pun sangat diharapkan dapat terwujud pada perayaan Idul Fitri, Rabu (5/6/2019) besok.
Pakar komunikasi politik Nyarwi Ahmad, Selasa (4/6/2019), menyampaikan, Idul Fitri dapat menjadi momentum bagi Jokowi dan Prabowo untuk bertemu. Pertemuan itu akan menjadi contoh luar biasa karena sudah sepatutnya para elite politik menjadi teladan bagi masyarakat.
”Kalau Pak Jokowi dan Pak Prabowo bisa bertemu saat Idul Fitri besok, ini akan mendapat apresiasi dari masyarakat. Sebab, memang sudah seharusnya para elite politik yang menjadi teladan bagi masyarakat, bukan sebaliknya,” kata Nyarwi.
Nyarwi menyampaikan, silaturahmi merupakan tradisi yang sudah lama lahir di Indonesia. Begitu juga halalbihalal yang bukan sekadar untuk menjalin tali persaudaraan, melainkan saling membuka diri dan memaafkan.
Sebenarnya sudah ada pendekatan dari kedua pihak meski tidak terungkap ke publik.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”silaturahmi” memiliki makna tali persaudaraan. Sementara ”halalbihalal” memiliki makna lebih dalam, yaitu saling memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan yang biasanya diadakan di sebuah tempat oleh sekelompok orang.
”Momentum pertemuan kedua negarawan ini dapat mendepolarisasi perpecahan akibat Pemilu 2019 yang terjadi masyarakat bahkan di level elite politik. Sebab, baik Pak Jokowi maupun Pak Prabowo adalah simbol dari masyarakat dan elite politik,” jelas Nyarwi.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani mengatakan, pertemuan antara Jokowi dan Prabowo seharusnya tidak lama lagi. Dalam hal ini, Idul Fitri diharapkan dapat menjadi momen bagi keduanya untuk saling bertatap muka meski pemeriksaan sengketa hasil Pemilu 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK) tetap berjalan.
”Selama seminggu terakhir pun kondusivitas antarkedua pihak untuk bertemu semakin tercipta. Tidak ada statement politik dari elite kedua pihak yang memanaskan situasi dan sebenarnya sudah ada pendekatan dari kedua pihak meski tidak terungkap ke publik,” tutur Arsul.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno menyampaikan, Prabowo akan merancang pertemuan secara pribadi tanpa melibatkan pihak Badan Pemenangan Nasional. Menurut dia, silaturahmi kedua tokoh nasional ini pun tidak mutlak harus saat Idul Fitri.
”Silaturahmi itu bisa dilakukan kapan pun. Saya menghormati posisi Pak Prabowo yang belum menyempatkan silaturahmi karena mungkin dengan berbagai kesibukan yang ada dalam artian masih ada persiapan mengajukan gugatan hasil Pemilu 2019 di MK,” kata Eddy.
Selain itu, Eddy mengatakan, belum adanya silaturahmi juga dikarenakan untuk menjaga perasaan para pendukung Prabowo yang masih akan berjuang di MK. ”Namun, saya meyakini pada akhirnya kedua tokoh akan bertemu pada saatnya nanti,” ucapnya.
Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat Alwan Ola Riantoby berharap, baik Jokowi maupun Prabowo dapat memisahkan persoalan kontestasi politik dengan momen silaturahmi saat Idul Fitri. Dengan begitu, dapat menjadi panutan bagi masyarakat.
”Silaturahmi tentu tidak akan menggugurkan proses sengketa Pemilu 2019 yang tengah berjalan di MK. Silaturahmi itu hal lain bahwa konteksnya adalah etika dari negarawan untuk menjalin tali persaudaraan, bukan bagian dari tindakan atau sikap politik,” tutur Alwan.