JAKARTA, KOMPAS — Anggapan masyarakat masih melihat pasca pensiun merupakan pintu masuk berbagai tekanan sehingga mengakibatkan datangnya penyakit akibat tidak lagi hidup produktif. Momok ini bisa dilawan dengan mengubah cara berpikir sejak dini bahwa produktivitas bisa terus berlanjut hingga usia senja.
"Umumnya, pemikiran di masyarakat adalah setelah pensiun, masa bersenang-senang adalah tiga bulan pertama. Setelah itu, stres mulai datang sehingga berujung kepada penyakit," kata psikolog dan motivator Poppy Amalya ketika menjadi narasumber acara motivasi bertajuk "Lansia Mandiri, Sejahtera, dan Bermartabat" di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (29/5/2019). Acara itu adalah bagian dari perayaan Hari Lansia Nasional dan para pesertanya mencakup pegawai Kemdikbud yang memasuki usia pensiun.
Menurut Poppy, salah satu kekeliruan berpikir adalah mengira produktivitas hanya terkait dengan pekerjaan di sektor formal dan karier. Ketika seseorang sudah pensiun, ia tidak cakap lagi untuk bekerja dan hanya tinggal di rumah. Rasa bosan sekaligus stres akibat tergantung kepada orang lain, seperti anak untuk menafkahi, yang membuat fisik menjadi lemah sehingga mudah sakit.
Pensiun merupakan fase dalam kehidupan yang selalu naik turun. Ketakutan yang lazim terjadi menjelang masa pensiun biasanya adalah ketidakcukupan tabungan untuk menafkahi diri atau pun akan sakit sehingga bergantung kepada orang lain.
"Sama seperti menabung, sebelum pensiun kita juga harus menekankan kepada diri kita bahwa pasca pensiun masih ada masa purnabakti. Artinya, kita mulai melihat berbagai kegiatan yang bisa dilakukan pada waktu luang selain bersenang-senang. Misalnya mendalami hobi," tutur Poppy.
Sama seperti menabung, sebelum pensiun kita juga harus menekankan kepada diri kita bahwa pasca pensiun masih ada masa purnabakti.
Lansia adalah penduduk berumur 60 tahun ke atas. Berdasarkan Statistik Penduduk Lansia 2017 oleh Badan Pusat Statistik, terdapat 23,4 juta lansia di Indonesia. Jumlah ini setara dengan 8,97 persen total penduduk. Selain itu, penduduk lansia Indonesia didominasi oleh lansia muda, yakni berumur 60-69 tahun. Jumlah mereka adalah 5,65 persen dari total penduduk.
Data BPS mengungkapkan, satu dari empat lansia selalu mengeluh sakit setiap bulan. Bahkan, 14 persen lansia tercatat mengalami sakit selama lebih dari tiga pekan. Buruknya pola makan, jarang berolahraga, ditambah masih banyak lansia yang gemar merokok merupakan kontributor masalah kesehatan.
Dari sisi produktivitas, 47,92 persen lansia masih aktif bekerja. Namun, alasan mereka bekerja masih perlu ditelusuri lebih lanjut untuk dilihat jumlah lansia yang memang aktif demi aktualisasi diri dengan mereka yang terpaksa bekerja karena tekanan ekonomi. Kualitas kehidupan lansia harus ditingkatkan.
Fungsional
Dalam acara tersebut hadir Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2001-2004 Abdul Malik Fadjar sebagai narasumber. Ia kini merupakan anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Selain itu, juga ada pendiri dan pemilik Universitas Pamulang Darsono. Mereka berbagi pengalaman kegiatan pasca pensiun.
Malik mengatakan, pasca pensiun justru kesempatan yang baik untuk banyak membaca dan berefleksi. Tantangan yang harus dihadapi ialah tidak terjebak kepada pemikiran post-power syndrome, yaitu perilaku manja dan terus minta dilayani akibat hampir sepanjang karier berada di posisi atas.
Tantangan yang harus dihadapi pensiunan ialah tidak terjebak kepada pemikiran post-power syndrome.
"Justru kita harus membuktikan bisa hidup mandiri. Menjalani rutinitas menjaga diri juga membuat kita produktif," ucapnya.
Sementara itu, Darsono yang pensiun dari salah satu unit pelayanan teknis Kemendikbud memutuskan untuk membuat yayasan dan mendirikan sekolah bagi anak-anak yang tidak mampu secara ekonomi. Yayasan itu berkembang menjadi perguruan tinggi di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.