Pembangunan Lintasan Gajah di Jalan Tol Riau Disepakati
Kementerian PUPR dan BBKSDA Riau menyepakati pembangunan lintasan di bawah jalan tol untuk koridor gajah sumatera.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·5 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau menyepakati pembangunan underpass atau lintasan di bawah jalan tol untuk koridor gajah sumatera. Underpass itu akan dibangun di lima titik pada ruas Tol Pekanbaru-Dumai Seksi 4 di Duri, Kecamatan Mandau, Bengkalis, Riau.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono mengatakan, meskipun tidak semua persyaratan yang diminta BBKSDA dapat dipenuhi Kementerian PUPR, secara umum dimensi (panjang, tinggi, dan lebar) underpass yang disepakati dianggap tidak akan mengganggu habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus).
”Semula, kami meminta underpass dibangun setinggi 7 meter agar gajah leluasa melewatinya. Namun, ternyata semakin tinggi bangunan, biayanya makin mahal. Akhirnya, disepakati tinggi rata-rata 5,1 meter. Untuk lebar (underpass) tidak ada masalah. Semula, kami minta lebarnya 20 meter, tetapi yang bakal dibangun justru 25 sampai 45 meter,” ujar Suharyono dalam Rapat Pleno Pembahasan Persilangan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai dengan jalur satwa gajah di Pekanbaru, Senin (27/5/2019).
Rapat tersebut dihadiri anggota Staf Badan Pengelola Jalan Tol, Ch Kornel MT Sihaloho; Irmairadlis dari Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan Kementerian PUPR; Pimpinan Proyek Tol Pekanbaru-Dumai Seksi 4 Dinny Suryakencana; dan Kepala Bidang II BBKSDA Riau yang membawahi wilayah Bengkalis, Heru Sukmantoro.
Sihaloho mengatakan, lima underpass lintasan gajah nantinya akan memiliki ketinggian berbeda-beda. Secara teknis, hal itu menyesuaikan dengan kondisi topografi di daerah lintasan. Underpass paling tinggi adalah 11 meter dan terendah 4,3 meter.
”Yang 11 meter tentu tidak masalah. Sementara yang 4,3 meter akan kami modifikasi jalurnya dengan mengeruk tanahnya sehingga ketinggiannya menjadi 5,1 meter,” kata Sihaloho. Usulan itu diterima oleh BBKSDA.
Menurut Sihalolo, bangunan underpass lintasan gajah di Tol Riau adalah yang pertama di Indonesia. Di lokasi lain sebenarnya ada juga semacam underpass untuk satwa, tetapi ukurannya sangat kecil.
”Di ruas Tol Kertosono–Mojokerto dibangun terowongan kecil untuk babi hutan. Bangunannya hanya berupa box culvert. Di tol Balikpapan-Samarinda juga ada terowongan untuk lintasan hewan-hewan kecil. Kalau yang besar baru ada di Riau,” tutur Sihaloho.
Irmairadlis mengakui, rencana underpass untuk lintasan gajah memang luput dari desain awal. Pihaknya sebenarnya sudah merencanakan jalan tol tidak melintasi Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja di Duri. Namun, di alam, gajah memiliki koridor jelajah sangat luas yang tidak hanya terbatas di suaka margasatwa.
”Penambahan underpass ini tentu menambah biaya. Semua itu akan dimasukkan dalam komponen investasi,” kata Irmairadlis.
Suharyono mengatakan, underpass untuk gajah sumatera merupakan hal unik yang kemungkinan hanya ada di Riau. Untuk menikmati keunikan itu, ia meminta Kementerian PUPR membangun area istirahat (rest area) di dekat underpass Duri.
”Gajah bisa menjadi ikon Tol Riau. Warga yang berhenti di rest area sewaktu-waktu dapat melihat gajah di tepi jalan tol. Itu akan menjadi nilai plus Jalan Tol Riau,” kata Suharyono.
Akan tetapi, kata Irmairadlis, permintaan itu sulit diwujudkan karena pihak jalan tol sudah menyediakan areal rest area di lokasi lain yang cukup jauh dari lintasan gajah. Pemindahan rest area memerlukan pembicaraan lanjutan di level menteri.
Dinny Suryakencana mengatakan, keberadaan gajah di jalur tol memang merupakan fakta lapangan. Beberapa kali pekerja jalan tol bertemu gajah yang sedang beraktivitas di alam. Selain itu, banyak ditemukan jejak kaki gajah di lokasi pekerjaan jalan tol.
Menurut Suharyono, sekarang ini di wilayah Duri atau eks SM Balai Raja terdapat enam ekor gajah. Gajah ini mengembara dari wilayah Hutan Talang di dekat kompleks perumahan PT Chevron sampai ke pinggiran hutan dan semak belukar di Kelurahan Pematang Pudu.
Pada 2016, kata Suharyono, di areal eks SM Balai Raja masih terdapat 25 ekor gajah. Namun, sebanyak 19 ekor gajah berpindah ke ekosistem SM Giam Siak Kecil dengan menyeberangi jalan negara lintas timur Sumatera (Jalintim). Gajah-gajah itu bergabung dengan kelompok gajah penghuni Giam Siak Kecil yang berjumlah sekitar 30 ekor.
”Sudah dua tahun ini gajah dari Giam Siak Kecil tidak pernah datang ke SM Balai Raja,” ujar Heru Sukmantoro.
Menurut Suharyono, sewaktu-waktu nanti gajah dari Giam Siak Kecil dapat saja kembali ke Balai Raja. Kalau hal itu terjadi, gajah-gajah itu dapat membuat gangguan di jalur transportasi Jalintim, khususnya di pelintasan eks SM Balai Raja.
”Mungkin sudah waktunya dipikirkan juga bangunan underpass jalur gajah di Jalintim agar gajah yang sekarang di Giam Siak Kecil tetap dapat melintas dengan aman menuju Balai Raja,” kata Suharyono.
Tentang rencana Pemerintah Kabupaten Bengkalis membangun jalan lingkar luar di Kota Duri, Suharyono mengatakan sangat berkeberatan. Apabila jalan lingkar itu tetap dibangun, habitat gajah Duri atau eks SM Balai Raja dipastikan bakal terganggu.
”Sampai sekarang, kami belum membicarakan habitat gajah terkait jalan lingkar Duri yang akan dibangun Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Pada prinsipnya, kalau jalan itu membelah hutan Talang (eks SM Balai Raja), kami pasti menolaknya,” kata Suharyono.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Bengkalis Diongi mengatakan, rencana jalan lingkar luar Duri dipastikan tidak akan merusak Hutan Talang. Meski demikian, mereka akan tetap meminta nasihat dari BBKSDA Riau seusai Lebaran ini.
Hutan Talang seluas 250 hektar merupakan satu-satunya hutan primer yang masih tersisa di Duri. Hutan itu aman dari perambahan karena bersatu dengan hutan di areal konsesi kilang minyak PT Chevron. Hutan Talang dulunya merupakan bagian dari SM Balai Raja seluas 18.000 hektar yang kini hilang akibat perambahan.
Meski SM Balai Raja telah punah dan berganti kebun kelapa sawit, gajah-gajah di sana terus bergerak di sepanjang koridor lamanya. Di selatan, kawanan gajah biasanya berhenti sejenak di Hutan Talang sebelum bergerak lagi ke utara sampai ke pinggir hutan Kelurahan Pematang Pudu.