Setidaknya 50 Korban Bentrok Dirawat di RS Budi Kemuliaan
Hingga Rabu (22/5/2019), pukul 12.50, Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat, menerima setidaknya 50 korban dari aksi unjuk rasa yang terjadi di kawasan Thamrin hingga Tanah Abang. Ada satu korban meninggal yang telah dikirim ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo.
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga Rabu (22/5/2019), pukul 12.50, Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat, menerima setidaknya 50 korban bentrokan yang terjadi di kawasan Thamrin dan Tanah Abang, Jakarta. Satu korban yang meninggal telah dikirim ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Direktur Manajemen Pelayanan Medis RS Budi Kemuliaan, Muhammad Rifki, mengatakan, hingga saat ini, ada dua korban yang dirujuk ke rumah sakit lain. Sebagian besar atau sekitar 30 orang diperbolehkan menjalani rawat jalan. Dua pasien yang dirujuk adalah seorang pasien yang meninggal dan seorang pasien yang terluka di bagian matanya.
Penyebab korban yang meninggal itu hingga saat kini belum bisa dipastikan. Korban meninggal berjenis kelamin laki-laki berusia kurang dari 30 tahun dan mengalami luka karena benda tajam di bagian dada. Di bagian dadanya terdapat luka dengan diameter 1 sentimeter.
Secara total, ada hampir 20 pasien yang diduga terluka akibat tembakan. Dua di antaranya kemungkinan akibat peluru tajam dan 16 lainnya akibat peluru karet. Alan (17), peserta aksi unjuk rasa asal Tangerang, Banten, dirawat di RS Budi Kemuliaan karena mengalami luka di tangan bagian kanan karena ledakan di kawasan Tanah Abang, Rabu pagi.
Alan menceritakan, sebelum ledakan terjadi, ia berupaya membantu tiga peserta aksi unjuk rasa lain yang terluka. ”Saya berusaha menolong mereka. Kemudian, ada sesuatu yang melayang, mengenai tangan saya, dan langsung meledak. Saya kurang tahu juga itu apa. Bentuknya tidak besar, tetapi ledakannya parah,” tutur Alan.
Akibat ledakan itu, tangannya berdarah cukup banyak sehingga ia dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans. Setelah dirawat, pria muda yang berangkat sendirian dari Tangerang itu masih berniat untuk kembali ke lokasi aksi unjuk rasa. ”Saya ingin tetap di sini hingga masalahnya selesai,” ujar Alan.
Alan mengenyam pendidikan hingga kelas III SD. Saat ini, ia bekerja di sebuah rest area di jalan tol. Alan mengatakan ikut aksi demo tanpa koordinasi dengan siapa pun. ”Kami semua di sini saudara, jadi bisa saling mengerti,” katanya.