Investasi di sektor pariwisata diharapkan terus tumbuh seiring bertambahnya destinasi wisata baru di Jawa Timur. Investasi di sektor ini diyakini mampu menjadi pemicu bagi tumbuhnya investasi di sektor-sektor lain.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Investasi di sektor pariwisata diharapkan terus tumbuh seiring bertambahnya destinasi wisata baru di Jawa Timur. Investasi di sektor ini diyakini mampu menjadi pemicu bagi tumbuhnya investasi di sektor-sektor lain.
Tim ahli Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Timur Jamhadi, Jumat (17/5/2019) di Surabaya, mengatakan, tumbuhnya investasi di sektor pariwisata akan membuat sektor-sektor lain, seperti hotel dan restoran, ikut tumbuh. Selain itu, pendapatan dari sektor pariwisata mampu meningkatkan devisa negara. ”Kalau investasi di sektor pariwisata berhasil bisa menjadi pemicu bagi sektor-sektor lain,” katanya.
Selain itu, investasi dari sektor industri juga harus terus dipacu untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dengan negara-negara lain. Meskipun secara umum neraca perdagangan di ASEAN lebih besar, di beberapa negara masih defisit. Hal itu disebabkan Indonesia masih mengimpor beberapa bahan baku.
Oleh karena itu, perlu diperkuat investasi substitusi industri untuk menutup defisit tersebut. substitusi industri untuk mengurangi impor bahan baku agar Indonesia memiliki nilai tambah yang lebih besar.
”Pemerintah daerah perlu membuat sistem perizinan mudah seperti OSS Online Single Submission di seluruh wilayah di Jatim. Ini akan membuat investor lebih nyaman sehingga bisa mempercepat realisasi proyek investasi,” ucap Jamhadi.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menambahkan, sistem perizinan dalam jaringan sudah diterapkan di Surabaya. Hal itu akan membuat Kota Surabaya lebih ramah investasi karena perizinan diklaim hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 12 hari sepanjang dokumen administrasi lengkap.
”Sistem ini membuat celah korupsi sangat kecil karena pertemuan antara investor dan pegawai perizinan dikurangi. Semua bisa diurus secara daring,” kata Risma.
Hasilnya, realisasi investasi di Surabaya sepanjang 2018 mencapai Rp 57,37 triliun, melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 41,58 triliun. Investasi itu berasal dari tiga sumber, yakni penanaman modal asing Rp 0,71 triliun, penanaman modal dalam negeri Rp 0,14 triliun, dan Rp 56,5 triliun dari non-fasilitas.
Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia DPD Jawa Timur Tjahjono Haryono mengatakan, Surabaya menjadi kota yang kondusif untuk berinvestasi. Hal itu dibuktikan dengan jumlah kafe dan restoran yang terus mengalami kenaikan sekitar 20 persen tiap tahun.
”Kemudahan perizinan dan infrastruktur yang lengkap membuat investor tertarik menanamkan modal di Surabaya,” katanya.