JAKARTA, KOMPAS — Ketahanan ekonomi di dalam negeri, termasuk stabilitas politik dan keamanan, harus terus diperkuat di tengah situasi perang dagang Amerika Serikat dan China yang tidak menentu. Dengan ketahanan ekonomi domestik yang kuat, investor akan terus masuk ke Indonesia.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi di Jakarta, Rabu (15/5/2019).
”Di tengah ketidakpastian global, investor cenderung menunggu dan mengamati sehingga mereka menarik dana-dana mereka untuk sementara waktu,” kata Sofjan.
Ia meyakini investor akan terus masuk ke Indonesia untuk menanamkan modal atau berinvestasi.
Oleh karena itu, kata Sofjan, Indonesia harus terus memperkuat perekonomian di dalam negeri. Seperti disampaikan Presiden Joko Widodo, hambatan-hambatan dalam investasi harus dihilangkan agar investasi lebih mudah masuk.
”Perizinan yang lambat dan birokrasi yang lambat harus dipangkas,” katanya.
Baca juga: Antisipasi Dampak AS-China Memanas
Sofjan menambahkan, stabilitas politik dan keamanan yang selama ini sudah baik harus terus dijaga dan dipertahankan. Ia berharap, setelah penetapan hasil Pemilu pada 22 Mei, situasi politik tetap terjaga sehingga memberikan kepastian bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Ekspor
Terkait perang dagang AS-China, Indonesia harus memanfaatkan peluang ekspor, terutama ke pasar AS. ”Dengan perang dagang AS-China, pasar AS harus bisa dimanfaatkan. Jangan sampai Vietnam yang memanfaatkan,” kata Sofjan.
Apalagi, perang dagang bisa berlangsung lama karena isu AS-China tidak hanya menyangkut perdagangan, tetapi juga masalah hak atas kekayaan intelektual. Ia menambahkan, upaya meningkatkan ekspor sangat penting selain investasi karena Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk Eko Rachmansyah Gindo menilai, pelemahan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan reaksi sementara terhadap ekonomi global, terutama terkait perang tarif dalam isu perang dagang antara AS-China.
”Saat ini, perubahan informasi sangat cepat. Respons pasar cepat sebagai bentuk reaksi,” kata Eko.
Namun, dalam jangka menengah dan panjang, rupiah dan IHSG akan kembali stabil atau menguat. Apalagi, fundamental ekonomi Indonesia saat ini bagus.
Pada Rabu (15/5/2019), IHSG ditutup melemah 1,488 persen menjadi 5.980,885. Sejak awal tahun, IHSG sudah melemah 3,45 persen.
Eko menilai, perang dagang atau perang tarif terhadap produk jadi antara AS dan China tidak berdampak langsung terhadap produk ekspor Indonesia. Ia juga optimistis perekonomian Indonesia akan lebih baik dan menjadi market dan kekuatan ekonomi besar di dunia. (FER)