dalam momen berbuka puasa bersama, para elite politik dapat berkumpul bersama tanpa dibedakan afiliasi partai politik dan koalisi. Kegiatan semacam ini dapat menjadi momentum untuk mengembalikan persaudaraan masyarakat Indonesia yang terbelah akibat Pemilu 2019.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masa rekapitulasi suara pemilu yang bersamaan dengan bulan puasa Ramadhan diharapkan dapat digunakan para elite politik Indonesia untuk memulai rekonsiliasi pascakontestasi Pemilihan Umum 2019. Apabila elite dapat menjadi contoh, persaudaraan di tengah masyarakat pun dapat kembali dirajut sehingga dapat mengobati pembelahan yang sudah terjadi.
Pada Jumat (10/5/2019) petang, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan mengundang Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan pimpinan lembaga negara lainnya untuk berbuka puasa bersama di rumah dinas Ketua MPR, Jakarta.
Dalam sambutannya, Zulkifli berharap para elite politik dapat merajut kembali kebersamaan pasca-Pemilu 2019. Buka puasa bersama menjadi momentum yang tepat untuk memulai rekonsiliasi.
”Meski saya tidak mendukung Pak Jokowi, undangan rutin saya untuk berbuka puasa bersama disambut Pak Jokowi dengan terbuka dan wajah gembira. Kami bisa berdampingan akrab dalam satu meja. Semacam inilah yang bisa menjahit kembali merah putih,” kata Zulkifli, yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN).
Dalam kesempatan ini juga hadir para pimpinan lembaga negara, seperti Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Oesman Sapta Odang, Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman, politisi senior Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, beserta Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Ari Dono.
Meski demikian, tidak terlihat kehadiran Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Keduanya dari Partai Gerindra.
Menurut Zulkifli, pemilu adalah sebuah agenda rutin untuk Indonesia yang menganut demokrasi. Untuk itu, tidak perlu pemilu mengakibatkan perpecahan di tengah masyarakat.
”Pemilihan itu keniscayaan. Siapa pun yang terpilih kita harus mendukungnya demi rakyat supaya Indonesia tambah maju,” kata Zulkifli.
Instrumen hukum
Zulkifli mengajak para elite untuk bersama-sama menunggu hasil Pemilu 2019 yang akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum pada 22 Mei 2019 mendatang. Ia pun berpesan untuk menggunakan instrumen hukum yang tersedia apabila ada keberatan mengenai hasil pemilu.
Presiden Jokowi dan Wapres Kalla tiba di rumah dinas Zulkifli sekitar 30 menit sebelum azan maghrib. Sambil menunggu saat berbuka puasa, Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu\'ti mengisi waktu dengan tausiah.
Dalam tausiahnya, Abdul juga berpandangan bahwa dalam momen berbuka puasa bersama, para elite politik dapat berkumpul bersama tanpa dibedakan afiliasi partai politik dan koalisi. Kegiatan semacam ini dapat menjadi momentum untuk mengembalikan persaudaraan masyarakat Indonesia yang terbelah akibat Pemilu 2019.
”Semoga Ramadhan menjadi inspirasi untuk islah. Apabila pemimpin sudah bersatu dalam satu meja, berbicara dari hati ke hati, rakyat akan turut menjadi satu rajutan,” kata Abdul.
Setelah berbuka puasa bersama, Presiden Jokowi menyapa pers dan menyatakan telah terjadi kesepakatan antarpara elite politik yang hadir. ”Kami sepakat untuk Senin berbuka puasa di rumah Ketua DPR,” ucap Jokowi.
Mengenai ketidakhadiran Ahmad Muzani dan Fadli Zon, Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno mengatakan, Muzani juga menggelar buka puasa bersama. Karena itulah, kedua petinggi Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tersebut tidak hadir dalam acara buka bersama yang digelar Zulkifli.