Tumpukan sampah menutup rapat pesisir pantai di Dusun Sampangan, Desa Kedungrejo. Warga dan pemerintah kewalahan dan belum menemukan solusi yang tepat untuk menanggulangi sampah di kawasan pesisir tersebut.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Tumpukan sampah menutup rapat pesisir pantai di Dusun Sampangan, Desa Kedungrejo, Banyuwangi, Jawa Timur. Warga dan pemerintah kewalahan dan belum menemukan solusi yang tepat untuk menanggulangi sampah di kawasan pesisir tersebut.
Sampah-sampah tersebut menutup kawasan pesisir sepanjang lebih kurang 300 meter dengan lebar bervariasi, 1 meter hingga 8 meter. Aneka sampah kulit kerang, plastik, kaca, popok, hingga pakaian bekas menumpuk di area pesisir yang berbatasan langsung dengan permukiman warga.
Kondisi tersebut ditemukan Kompas, Jumat (10/5/2019). Warga mengatakan sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. ”Kondisi ini bukan setiap hari. Setiap tahun juga seperti ini. Sampah selalu menumpuk di pinggir. Nanti kalau ada ombak tinggi, pesisir akan bersih karena sampahnya terbawa ke laut,” ujar Ahmad, warga Dusun Sampangan.
Ahmad menyatakan, seminggu lalu kondisi di pesisir Dusun Sampangan bersih. Tumpukan sampah yang ada saat ini merupakan akumulasi sampah dalam satu minggu terakhir.
Menurut Ahmad, sampah-sampah yang ada di pesisir Sampangan berasal dari warga sekitar, termasuk dari Dusun Sampangan. Ia mengakui banyak warga yang sengaja membuang sampah di pesisir.
”Kadang ada warga dari desa lain datang ke sini (Pesisir Sampangan) membawa sampah. Tidak tanggung-tanggung, dia membawa satu karung sampah untuk dibuang di sini. Warga membuang sampah ke pesisir karena tidak tahu harus membuang sampah di mana,” katanya.
Ia mengatakan tidak berani menegur warga yang membuang sampah di sana karena memang sudah banyak sampah di pesisir Sampangan. Bahkan, ketika Kompas sedang berbicang dengan Ahmad, seorang warga dengan santai berjalan ke pesisir dan membuang sampah dari dalam ember yang ia bawa.
Kondisi ini bukan setiap hari. Setiap tahun juga seperti ini. Sampah selalu menumpuk di pinggir. Nanti kalau ada ombak tinggi, pesisir akan bersih karena sampahnya terbawa ke laut
”Saya memang biasa membuang sampah di sini (Pesisir Sampangan) karena tidak ada yang membangunkan tempat sampah untuk warga. Biar saja lautnya kotor, biar pemerintah tahu bahwa kami juga butuh tempat sampah,” kata Heriawati, warga Dusun Sampangan.
Camat Muncar Lukman Hakim mengakui permasalahan sampah masih menjadi pekerjaan rumah di Muncar. Ia menyebut dalam sehari terdapat 48 ton sampah di Muncar.
”Sampah tersebut berasal dari produksi sampah warga, industri di Muncar, dan sampah kiriman dari daerah lain. Sampah kiriman ini dari daerah hulu dan dari Pulau Bali yang terbawa ombak sampai ke sini,” katanya.
Lukman mengatakan, perlahan persolan sampah di Muncar akan dibenahi. Ia mencontohkan Desa Tembokrejo yang berhasil mengelola sampah melalui Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Tembokrejo.
Ia mengakui, persoalan sampah di Dusun Sampangan memang menjadi yang paling berat. Sedikitnya terdapat 11.000 jiwa warga di Desa Kedungrejo dan di Dusun Sampangan terdapat 500 jiwa.
Warga, lanjut Lukman, pernah melakukan kerja bakti, tetapi saat ombak datang, sampah-sampah kembali terdampar di Pesisir Sampangan. Lukman juga membantah jika pemerintah tidak menyediakan tempat sampah.
”Tempat sampah sudah ada. Kami sudah menyediakannya. Ini karena kesadaran masyarakat (unntuk membuang sampah pada tempatnya) yang belum ada,” kata Lukman.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi Husnul Chotimah. Ia berharap warga juga terlibat aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dari sampah.
Salah satu bentuk nyata ialah tidak membuang sampah ke laut atau pesisir, tetapi membuang sampah di bak-bak sampah yang sudah ada. Saat ini, mobil amrol (pengumpul sampah) juga sudah ditempatkan di Pasar Muncar yang letaknya tak lebih dari 1 km dari Dusun Sampangan.
”Mobil amrol terfokus di Pasar Muncar. Warga seharusnya ikut terlibat aktif dengan membuang sampah di mobil amrol. Mereka bisa iuran untuk beli gerobak atau membayar orang untuk mengumpulkan sampah dan membuangnya di tempat yang semestinya,” kata Husnul.
Ditanya terkait penyediaan fasilitas tempat sampah atau depo sampah, Husnul mengatakan, pihaknya sudah pernah membuat depo sampah di Sampangan. Namun, depo tersebut justru dibongkar warga karena dinilai tempatnya tidak pas.