Banjir setinggi 50 cm yang melanda Gedebage, Kota Bandung, Selasa (30/4/2019), berimbas pada kemacetan di jalur utama Bandung bagian timur. Hal ini memicu kemacetan mengular hingga lebih dari 5 kilometer, baik dari arah Bandung ke Sumedang maupun sebaliknya.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir setinggi 50 sentimeter yang melanda Gedebage, Kota Bandung, Selasa (30/4/2019), berimbas pada kemacetan di jalur utama Bandung bagian timur. Hal ini memicu kemacetan mengular hingga lebih dari 5 kilometer, baik dari arah Bandung ke Sumedang maupun sebaliknya.
Berdasarkan pengamatan terakhir pukul 20.00, kendaraan sudah bisa melintasi Jalan Soekarno-Hatta di wilayah Gedebage. Banjir yang melumpuhkan akses di persimpangan Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Gedebage sekitar 5 jam sebelumnya telah surut. Namun, di sekitar Pasar Gedebage, genangan banjir masih melimpas ke jalan sehingga akses sekitar pasar masih sulit dilalui.
Arus transportasi juga terhambat. Baik dari arah Bandung menuju Sumedang maupun sebaliknya, lajur paling kiri jalan tidak bisa dilalui akibat genangan masih setinggi 30 sentimeter. Akibatnya, sebagian besar pengendara sepeda motor memilih menepi dan menunggu hujan reda serta genangan surut.
Aep (32), warga Cibadak, Astanaanyar, Bandung, terpaksa menunggu lebih dari 30 menit sambil beristirahat di pinggir jalan dekat genangan air Pasar Gedebage. Sebelumnya, Aep terjebak kemacetan di Jalan Soekarno-Hatta sekitar 2 jam sehingga menambah waktu tempuh menuju tujuan.
”Saya mau jalan ke Majalengka. Biasanya perjalanan dari rumah di Cibadak ke Majalengka kurang lebih 3 jam. Saya berangkat pukul 16.30, tapi sampai sekarang saya masih di sini. Bisa-bisa waktu tempuh kali ini lebih dari 6 jam,” tuturnya.
Sebagian pengendara memilih tetap bergerak dengan mencoba berpindah lajur. Namun, pembatas lajur yang tinggi menyulitkan pengendara sehingga beberapa warga tampak menawarkan jasa mengangkut sepeda motor ke lajur tengah. Akibatnya, beberapa kali kendaraan di lajur tengah terhambat dan menimbulkan kemacetan karena aktivitas tersebut.
Koswara (32), warga Babakan Penghulu, Cinambo, berujar, dirinya bersama empat temannya membantu pengendara memindahkan sepeda motor mereka sejak pukul 17.00. Sebelumnya, jalur ini tidak bisa dilalui sehingga pengendara memilih untuk menunggu.
”Tadi sore tidak ada yang lewat. Semakin sore banjir makin surut, jadi kami membantu seadanya. Kalau di pasar, lebih dalam lagi. Bisa sampai lebih dari 1 meter,” ujarnya.
Beberapa kali Koswara mengangkut kendaraan tanpa menggunakan alat bantu. Biaya jasa yang diberikan bervariasi, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 10.000. ”Seikhlas mereka memberikan,” lanjutnya.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Agung Reza menjelaskan, kemacetan parah telah diurai semenjak banjir surut. Arus lalu lintas yang terhambat masih tersisa di beberapa lokasi akibat penyempitan jalur karena genangan air.
Ia menyebutkan, kemacetan sempat mengular hingga lebih dari 8 kilometer saat jalur utama di Gedebage terputus akibat banjir setinggi lebih dari 50 cm.
”Agar tidak menambah kemacetan, saya mengimbau warga untuk tetap waspada dan mempersiapkan kendaraannya sebelum digunakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari mogok akibat kemasukan air saat melalui banjir,” ujarnya.