JAKARTA, KOMPAS — Banjir kiriman dari Bogor, Jawa Barat, yang merendam sejumlah wilayah DKI Jakarta sejak Jumat (26/4/2019) malam berangsur surut. Pada Sabtu siang, lokasi banjir berkurang dari 32 lokasi menjadi 17. Namun, banyak warga yang mulai terserang penyakit, seperti gatal-gatal, demam, dan diare.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta hingga Sabtu pukul 12.00 menunjukkan, lokasi yang masih terendam banjir berada di Jakarta Selatan. Misalnya, Pengadegan (RW 001), Petogogan (RW 002), dan Pondok Pinang (RW 005 dan RW 008). Ketinggian banjir berkisar 10 sentimeter sampai 160 sentimeter.
Daerah yang terendam banjir di Jakarta Timur terdapat di Kelurahan Cawang, Kampung Melayu, Bidara Cina, dan Kedoya Selatan. Ketinggian banjir berkisar 10 cm sampai 160 cm.
”Sudah mulai surut, warga bersama petugas PPSU (penanganan prasarana dan sarana umum) sudah kerja bakti dan bersih-bersih. Sebagian warga sudah kembali ke rumah,” kata Kepala BPBD DKI Jakarta Subejo.
Seiring dengan banjir surut di sejumlah lokasi, sebagian warga yang mengungsi pun kembali ke rumah mereka. Pada Sabtu siang, sisa 417 keluarga atau 1.539 pengungsi yang bertahan di posko yang tersebar di 13 lokasi, yaitu 3 di Jakarta Selatan dan 10 di Jakarta Timur.
Meskipun sebagian warga telah kembali ke rumah, BPBD DKI Jakarta tetap mengimbau warga untuk waspada. Banjir susulan kiriman dari Bogor masih berpotensi terjadi jika Bogor kembali dilanda hujan deras. Petugas BPBD DKI Jakarta rutin memantau ketinggian air di Bendungan Katulampa.
”Nomor warga yang dekat bantaran kali sudah kami pegang. Setiap kalau ada potensi banjir, kami segera kirim informasi untuk mereka mengungsi,” ujarnya.
Banjir yang melanda Jakarta terjadi sejak Jumat, 26 April. Banjir tersebut merendam 32 lokasi di Jakarta akibat meluapnya Sungai Ciliwung yang tak mampu menampung banjir kiriman dari Bogor.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional menyebutkan, dampak banjir itu menelan dua korban jiwa. Mereka adalah Imas (48), warga Kebon Baru, Jakarta Selatan, yang meninggal terseret arus Sungai Ciliwung, sedangkan Suyanto (70), warga Bidara Cina, Jakarta Timur, meninggal akibat serangan jantung.
Berdasarkan pantauan pada pukul 15.00, di wilayah RT 008 RW 001, Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, sebagian warga yang mengungsi di Rusun Pengadegan telah kembali ke rumah masing-masing. Banjir yang telah surut itu meninggalkan endapan lumpur di perumahan warga Pengadegan setebal sekitar 10 cm. Warga sibuk membersihkan endapan itu dan mencuci perabotan rumah tangga yang terendam banjir.
Tasa (67), warga terdampak banjir di Pengadegan, mengatakan tidak ada barang berharga yang terendam banjir kecuali meja dan kursi. Mereka telah mengantisipasi dengan memindahkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi beberapa jam sebelum banjir kiriman tiba.
”Sudah ada pemberitahuan sebelum banjir kemarin. Jadi, kami langsung pindahkan barang. Hanya kursi dan meja yang terendam,” ucap lelaki asal Cirebon, Jawa Barat.
Sementara itu, di posko pengungsian Rusun Pengadegan, dari total 320 keluarga yang mengungsi, tinggal 36 keluarga yang bertahan. Mereka memilih bertahan karena takut terserang penyakit gatal-gatal dan mengantisipasi terjadi banjir susulan.
Pelayanan kesehatan
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengerahkan petugas medis untuk melayani keluhan masyarakat yang terdampak banjir menggunakan sistem patroli keliling. Di Kelurahan Pengadegan, pada pukul 17.00, sejumlah warga di Rusun Pengadegan mengantre untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Yuliawati (38), warga setempat, mengatakan, dirinya terserang penyakit demam dan hipertensi. Hal itu terjadi karena dia kelelahan memindahkan barang-barangnya saat ada peringatan untuk bersiaga.
”Suami saya sementara di Garut. Saya sendiri dengan anak dua orang yang masih kecil-kecil. Mungkin karena lelah dan kepikiran, tekanan darah saya naik,” katanya.
Dokter jaga di Puskesmas Pancoran, Angela Lase, mengatakan, keluhan warga lebih banyak didominasi penyakit gatal-gatal, batuk pilek, dan hipertensi. Gatal-gatal merupakan hal lumrah yang sering dialami korban terdampak banjir.
”Batuk pilek itu karena memang cuaca kurang mendukung. Kalau hipertensi, biasanya dari riwayat penyakit, tetapi dipengaruhi juga situasi seperti ini karena ada yang stres, tidak bisa tidur, dan kelelahan,” ucapnya.