315 Tenaga Medis Dampingi Petugas Penghitungan Suara di Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mengerahkan 315 tenaga medis untuk mendampingi petugas penghitungan suara Pemilu 2019 di tingkat kecamatan. Mereka hadir untuk memeriksa kesehatan penyelenggara pemilu agar selalu dalam kondisi prima.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mengerahkan 315 tenaga medis untuk mendampingi petugas penghitungan suara Pemilihan Umum 2019 di tingkat kecamatan. Mereka hadir untuk memeriksa kondisi kesehatan petugas penyelenggara pemilu agar selalu dalam kondisi prima.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kamis (25/4/2019) di Surabaya, mengatakan, tenaga medis diperlukan karena kebanyakan petugas pemilu sudah kelelahan. Mereka bekerja terus-menerus sejak pencoblosan hingga penghitungan suara.
”Petugas medis juga akan disiagakan untuk mendampingi proses pemungutan suara ulang pada Sabtu (27/4/2019),” kata Risma seusai melayat di rumah duka anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 19, Kelurahan Pacar Keling, Kecamatan Tambaksari, Surabaya, Tommy Heru Siswantoro, yang meninggal setelah pemilu.
Petugas medis juga akan disiagakan untuk mendampingi proses pemungutan suara ulang pada Sabtu (27/4/2019).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, pihaknya mengerahkan 315 petugas medis yang terbagi menjadi 63 tim di 31 kecamatan yang melakukan penghitungan suara. Satu tim terdiri atas lima orang, yakni 2 dokter dan 3 perawat. Di satu lokasi penghitungan suara minimal ada satu tim yang mendampingi.
”Petugas medis berasal dari puskesmas dan jumlahnya tergantung jumlah petugas di kecamatan. Semakin banyak petugas penghitungan suara, tenaga kesehatan ditambah,” ujar Febria.
Ia menuturkan, dari hasil pemeriksaan, mayoritas petugas penyelenggara pemilu mengalami nyeri otot dan tekanan darah tinggi. Mereka kelelahan seusai menjalankan tugas sejak pemungutan suara sepekan lalu. ”Kemungkinan mereka memiliki riwayat penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), lalu dipicu kelelahan dan kurang tidur,” ucap Febria.
Ketua KPU Kota Surabaya Nur Syamsi menuturkan, pemungutan suara ulang di dua TPS di Surabaya juga akan didampingi tenaga medis. Keberadaan tenaga medis itu diharapkan bisa memantau kondisi kesehatan petugas pemilu agar tidak sampai kelelahan, bahkan meninggal saat menjalankan tugas.
Hingga Kamis petang, ada empat penyelenggara pemilu di Surabaya yang meninggal. Terbaru, Kamis pagi, seorang petugas KPPS di TPS 19, Kelurahan Pacar Keling, Kecamatan Tambaksari, bernama Tommy Heru Siswantoro (46) meninggal.
Tommy adalah salah satu petugas penyelenggara pemilu yang mengawal jalannya Pemilu 2019 di TPS 19 Pacar Keling selama 24 jam. Dia bertugas sejak Rabu (17/4/2019) pukul 06.30 hingga Kamis (18/4/2019) pukul 06.30.
Sepulang dari bertugas, Tommy mengeluh sesak napas, tetapi enggan memeriksakan diri ke rumah sakit karena merasa hanya kelelahan biasa. Hingga akhirnya pada Senin, 22 April, istri Tommy, Maria Magdalena Lastri (46), membawa suaminya berobat ke klinik kesehatan di dekat rumahnya karena kondisi Tommy tidak kunjung membaik. Saat itu, Tommy melakukan tes laboratorium dan diperbolehkan pulang.
Pada Kamis sekitar pukul 04.00 WIB, Tommy membangunkan istrinya karena mengeluh sesak napas. Maria lalu membawa Tommy ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit RKZ, Surabaya, untuk memeriksakan kondisi kesehatan suaminya. Namun, nyawanya tidak tertolong. Dari hasil diagnosis, Tommy diketahui mengalami pembengkakan jantung.
Sebelumnya, Rabu petang, Ketua KPPS di TPS 13, Kelurahan Kapas Madya Barat, Kecamatan Tambaksari, Sunaryo (57), meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit Haji, Surabaya. Sunaryo meninggal setelah enam hari menjalani perawatan akibat kelelahan setelah bertugas di TPS selama 27 jam saat pemilu.
Kemudian, pada hari pencoblosan, Rabu (17/4/2019), anggota KPPS di TPS 19, Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Badrul Munir, meninggal akibat kelelahan. Seorang petugas linmas di TPS 45, Kelurahan Kandangan, Kecamatan Benowo, bernama Hariono juga meninggal akibat kelelahan.