Seperti menjadi tradisi, tahun pemilu merupakan masa ”tiarap” bagi para pelaku properti. Pengembang dan investor memilih ”wait and see” hasil pemilihan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
Seperti menjadi tradisi, tahun pemilihan umum merupakan masa ”tiarap” bagi para pelaku properti. Pengembang dan investor memilih wait and see hasil pemilihan. Hasil pemilu menjadi salah satu pijakan untuk menentukan arah dan strategi investasi.
Kini, masa penantian itu hampir selesai. Tak lama lagi Komisi Pemilihan Umum akan menetapkan hasil final presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024. Inilah momentum bagi pengembang mengambil ancang-ancang untuk berlari.
Tak dimungkiri pasar properti berembus ke segmen milenial. Kendati kaum milenial kerap diidentikkan sebagai kelompok yang lebih senang melancong atau berinvestasi nonproperti, kebutuhan hunian kini didominasi kelompok yang memiliki rentang umur 19-39 tahun ini.
Dominasi kaum milenial juga turut menggeser arah pasar properti.
Pangsa pasar kelompok milenial bahkan ditaksir telah menembus 60 persen dari total pasar properti Tanah Air. Angka kekurangan (backlog) rumah di Indonesia sekitar 11 juta unit didominasi kalangan usia produktif itu.
Dominasi kaum milenial juga turut menggeser arah pasar properti. Apabila lima tahun lalu 60 persen pasar properti dikuasai investor dan 40 persen pengguna akhir (end user), kini kondisinya berbalik, yakni hampir 80 persen pasar properti dikuasai pengguna akhir yang sebagian besar merupakan segmen menengah bawah.
Pergeseran tren properti telah disadari oleh sebagian pengembang dengan mengubah strategi bisnis. Namun, tidak ada aksi jorjoran dalam beberapa tahun terakhir.
Konsultan properti Colliers International Indonesia mencatat, pengembang mengerem proyek-proyek baru dalam beberapa tahun terakhir. Di DKI Jakarta, misalnya, produk apartemen yang diluncurkan menurun signifikan. Tahun 2018, proyek apartemen yang dirilis terdata 4.032 unit atau jauh di bawah tahun 2017 yang mencapai 9.720 unit atau tahun 2016 yang mencapai 12.648 unit.
Penurunan juga terjadi di sisi investor. Hal itu tecermin dari turunnya penyerapan terhadap proyek apartemen yang baru dirilis, yakni tahun 2018 sejumlah 692 unit atau 17 persen dari unit yang ditawarkan, tahun 2017 sebesar 2.410 unit (24 persen) dan tahun 2016 sejumlah 2.148 unit (16,98 persen). Colliers International Indonesia memprediksi kondisi properti pasca-pemilu perlahan mulai bergeliat (slow recovery).
Kebutuhan rumah diprediksi bakal terus naik dengan adanya 70-80 juta kaum milenial di Indonesia. Dengan besarnya potensi pasar milenial, saatnya pengembang bersiasat membidik kaum usia produktif ini, selain pasar non-milenial yang juga terus tumbuh.
Kendala yang muncul dari pembeli end user adalah daya beli. Perlu terobosan untuk meningkatkan keterjangkauan hunian melalui kebijakan keringanan uang muka rumah, suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR), dan tenor pinjaman yang lebih panjang. Dengan demikian, geliat properti bisa lebih cepat.
Kendala yang muncul dari pembeli end user adalah daya beli.
Di sisi lain, inovasi produk perlu didorong untuk meyakinkan investor agar menambah produk investasi. Kondisi ekonomi dan situasi politik yang kondusif menjadi kunci pertumbuhan investasi properti. Siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih akan memegang mandat besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kondisi politik yang stabil.
Bergeraknya industri properti akan memberikan multiefek bagi 158 industri yang terkait, mulai dari bahan bangunan hingga perabot rumah. Pertumbuhan positif properti tentu akan berkontribusi pada perekonomian. Kini saatnya bergerak!