Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Tolo I di Kabupaten Jeneponto kini masuk sistem jaringan PLN. Beroperasinya PLTB secara penuh, menambah suplai listrik PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat.
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS-Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Tolo I di Kabupaten Jeneponto kini masuk sistem jaringan PLN. Beroperasinya PLTB secara penuh, menambah suplai listrik PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat.
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ini memiliki surplus 400- 500 MW. Surplus ini akan menunjang sistem interkoneksi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara yang kini dalam proses pembangunan jaringan.
Operation Asset Manager PT Energi Bayu Jeneponto, Amir Hamzah mengatakan walau belum diresmikan, PLTB kedua di Sulawesi Selatan ini sudah beroperasi penuh. Sulsel memiliki dua pembangkit berbasis energi baru terbarukan yakni PLTB Sidrap dengan kapasitas 75 MW dan PLTB Tolo, 72 MW
“Kami sudah menguji coba sejak pertengahan tahun lalu dan pada akhir tahun sudah masuk dalam sistem jaringan PLN. Sekarang sudah beroperasi penuh. Saat ini dengan cuaca dan angin yang bagus, pembangkit menghasilkan daya hingga 60 MW,” kata Amir, Senin (23/4/2019) di Makassar.
Kami sudah menguji coba sejak pertengahan tahun lalu dan pada akhir tahun sudah masuk dalam sistem jaringan PLN. Sekarang sudah beroperasi penuh. Saat ini dengan cuaca dan angin yang bagus, pembangkit menghasilkan daya hingga 60 MW
PLTB di Jeneponto adalah yang kedua di Sulsel setelah sebelumnya pada 2018, PLTB Sidrap beroperasi secara penuh. Terdapat 20 turbin angin di PLTB Tolo dengan kapasitas masing-masing 3,6 MW. Setiap menara mencapai tinggi 138 meter dengan panjang bilah 64 meter. Ini berbeda dengan PLTB Sidrap yang menaranya setinggi 80 meter dengan panjang bilah 56 meter.
Pembangunan pembangkit listrik ini menghabiskan investasi sebesar 160,7 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,2 triliun. Penandatanganan jual beli antara PT PLN dan PT Energi Bayu Jeneponto dilakukan pada November 2016. Pembangunan PLTB Tolo lebih cepat dari perencanaan yakni beroperasi pada pertengahan atau akhir 2019.
Humas PLN Wilayah Sulaawesi Selatan, Tenggara, Barat (Sulselrabar) Eko Wahyu Sasongko mengatakan beroperasinya PLTB Tolo menambah kekuatan sistem kelistrikan di Sulsel. Saat ini PLN Sulselrabar memiliki daya mampu netto sebesar 1.908 MW. Adapun daya mampu pasok 1.438 MW. Dengan beban puncak sekitar 1.131 MW, maka kelebihan daya listrik mencapai 400-500 MW. Adapun jumlah pelanggan mencapai 3 juta.
“Beroperasinya PLTB Tolo bukan hanya membuat rasio elektrifikasi mencapai hampir 100 persen tapi juga membuka peluang bagi investasi. Sekarang jika ada investor yang mau masuk, listrik kita berlimpah. Kelebihan ini nantinya juga akan menunjang sistem interkoneksi Sulsel-Sultra. Saat ini masih penyelesaian pembangunan jaringan dan bila tuntas, listrik sudah tersedia,” kata Eko.
Selama ini listrik untuk wilayah Sulselrabar dan sebagian Palu dipasok dari sejumlah pembangkit di antaranya PLTU Barru 100 MW. Punagaya 200 MW, Jeneponto 1 200 MW, Jeneponto 2 250 MW. Untuk pembangkit hidro di antaranya berasal dari PLTA Bakaru (126 MW), PLTA Poso (195 MW) dan sejumlah pembangkit kain dengan kapasitas di bawah satu hingga 20 MW.
Selain itu terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di Sengkang pada dua blok dengan kapasitas 135 dan 180 MW. Adapun di PLTB yakni Sidrap dan Jeneponto menghasilkan 75 dan 72 MW.
Amir Hamzah mengatakan, rampungnya PLTB Tolo I akan dilanjutkan dengan pembangunan PLTB Tolo II. Namun berapa besar kapasitas PLTB tahap II ini akan bergantung hasil pembicaraan dengan PLN nantinya. “Kami siap membangun jika sudah ada lampu hijau dari PLN,” kata Amir.