Tanam Segera Sabuk Hijau untuk Bandara Kulon Progo
Penanaman sabuk hijau harus segera dilakukan sebagai langkah mitigasi bencana untuk Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
WATES, KOMPAS — Penanaman sabuk hijau harus segera dilakukan sebagai langkah mitigasi bencana untuk Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal itu menjadi penting mengingat bandara baru yang direncanakan beroperasi pada akhir April ini berdiri di lokasi rawan bencana.
Ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, mengatakan, berdasarkan hasil penelitian sejumlah ilmuwan, potensi bencana yang mengancam bandara tersebut adalah gempa bumi. Kekuatannya bisa mencapai magnitudo (M) 8,8 serta diikuti tsunami.
Jika hal itu terjadi, landas pacu bandara yang hanya berjarak sekitar 400 meter dari bibir pantai dikhawatirkan bisa kena tsunami setinggi 4-5 meter. Selain itu, diperkirakan tsunami juga bisa sampai ke gedung terminal bandara.
”Kalau akan segera dioperasikan, sabuk hijau harus segera dibuat,” kata Widjo saat dihubungi dari Yogyakarta, Senin (22/4/2019).
Sabuk hijau itu berupa tumbuhan yang ditanam membentang di sebelah selatan bandara. Fungsi sabuk hijau menahan bandara dari terjangan tsunami. Diharapkan, kekuatan terjangan dapat berkurang sehingga mengurangi risiko kerusakan. Menurut rencana, tumbuhan yang akan ditanam adalah cemara udang (Casuarina equisetifolia). Tumbuhan itu merupakan tumbuhan endemik di kawasan Kulon Progo.
Ditemui terpisah, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan, panjang sabuk hijau itu nantinya hampir 5 kilometer. Adapun lebarnya beragam, berkisar 200-400 meter.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Bandar Udara Baru di Kabupaten Kulon Progo, Pemerintah DIY dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo merupakan pihak yang ditugaskan untuk membangun penghalang tsunami (tsunami barrier). Selain itu, kedua pihak juga diwajibkan membuat sistem peringatan dini bencana tsunami sebagai langkah mitigasi.
Hasto mengungkapkan, saat ini, penanaman cemara udang untuk membuat sabuk hijau memang belum dilakukan. Masih terdapat beberapa tambak ikan milik masyarakat di wilayah penanaman sehingga membuat penanaman itu belum bisa dimulai.
”Itu bagian yang harus dikondisikan. Warga sudah diberikan penjelasan dan beberapa sudah bisa menerima. Kami terus berkomunikasi bagaimana baiknya agar sabuk hijau menjadi sesuatu yang bisa diterima di tengah-tengah warga,” ujar Hasto.
Ia menyebutkan, pihaknya berkomitmen agar bisa segera memulai penanaman dengan terus menjalin komunikasi dengan PT Angkasa Pura I. Ia berencana melakukan penanaman tersebut sebelum bandara baru beroperasi.
Juru bicara Proyek Pembangunan New Yogyakarta International Airport PT Angkasa Pura I, Agus Pandu Purnama, mengatakan siap memberikan bantuan bibit pohon dan perataan lahan untuk penanaman.
”Pada prinsipnya, kami akan mendukungkarena ini program pemerintah daerah untuk mengadakan sabuk hijau. Upaya mitigasi yang ada di wilayah kami siap kami dukung,” ucapnya.
Selain itu, Pandu menjelaskan, perkembangan pembangunan bandara untuk bagian air side (sisi udara) sudah 100 persen, sedangkan pembangunan secara total mencapai 50 persen. Bangunan terminal telah rampung 12.900 meter persegi dari rencana 210.000 meter persegi. Pembangunan ditargetkan selesai seluruhnya pada akhir tahun 2019.
Pandu mengatakan, pihaknya juga optimistis bandara baru tersebut langsung bisa beroperasi pada akhir April ini. Ia menyatakan, sertifikat bandara juga telah ditandatangani. Kemudian, catatan atas verifikasi bandara dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga tidak menunjukkan banyak kekurangan. Mereka hanya diminta melengkapi garis marka dan penerangan di landas pacu.
”Kami percaya diri karena sudah melaksanakan verifikasi (bandara) jauh-jauh hari. Kami juga sudah melakukan test landing (uji pendaratan pesawat) dan kalibrasi dengan pesawat dari Kemenhub. Hasil verifikasi juga sudah kami tindak lanjuti,” tutur Pandu.