Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat X menjadi salah satu daerah dengan jumlah pemilih paling sedikit di Provinsi Jawa Barat. Tidak hanya itu, rendahnya jumlah pemilih juga diperparah dengan tingkat partisipasi yang lebih buruk ketimbang rerata nasional. Walaupun begitu, dengan loyalitas pemilih tinggi, perebutan konstituen antar partai di Dapil ini pun menjadi sengit.
Dari segi jumlah pemilih, Dapil Jawa Barat X memang relatif kecil. Dengan total DPT sebesar 2,26 juta orang, sekitar 6,8 persen dari total DPT di Provinsi Jawa Barat, daerah pemilihan ini menjadi salah satu dari tiga Dapil dengan jumlah pemilih terkecil di Provinsi tersebut. Secara nasional, Dapil ini pun termasuk dalam 10 terendah dalam hal jumlah pemilih.
Tidak hanya jumlah DPT, keinginan pemilih untuk datang ke TPS pun rendah di Dapil ini. Pada pemilu 2014, dari 2,2 juta DPT, hanya hanya 1,6 juta atau 73,15 persen dari mereka yang turut serta. Angka ini terpaut sekitar 2 persen dibandingkan rerata partisipasi nasional di angka 75,11 persen.
Di tengah rendahnya jumlah serta partisipasi pemilih di Dapil ini, loyalitas nampaknya menjadi magnet tersendiri. Salah satu partai yang berhasil menikmati loyalitas konstituen di daerah ini ialah PDIP. Jika dilihat dari dua Pemilu sebelumnya, “Partai Banteng” konsisten menjadi peraup suara terbanyak di daerah ini.
Pada Pemilu 2014, PDIP sukses memincut lebih dari 313 ribu konstituen, meninggalkan Partai Golkar di nomor dua dengan selisih perolehan sebesar 99 ribu suara. Tidak hanya itu, suara yang diraih oleh PDIP pada Pemilu 2014 juga meningkat dibandingkan dengan Pemilu 2009, dari 299 ribu suara menjadi 313 ribu suara.
Loyalitas massa PDIP di Dapil ini juga nampak pada dua hasil Pemilu Presiden yang lalu. Walau mengalami penurunan sebesar 0,5 persen pada Pilpres 2014, PDIP berhasil menguasai Dapil ini selama dua pemilu berturut-turut. Bahkan, PDIP juga mampu mempertahankan kemenangan di angka 21 persen, lebih tinggi daripada rerata nasional yang sebesar 19 persen.
Tidak hanya partai, para calon legislatif di daerah ini pun berhasil meraih kesetiaan pemilihnya. Pada pemilu 2014 4 dari 7 caleg yang terpilih di 2009 berhasil untuk mempertahankan kursinya di Senayan.
Hal ini menandakan bahwa tingkat keterpilihan incumbent di daerah ini saat itu lebih dari 50 persen. Berangkat dari keadaan ini, tidak mengherankan bahwa pada Pemilu 2019 esok, semua petahana yang terpilih pada Pemilu 2014 kembali mencalonkan diri di Dapil Jawa Barat X.
Walaupun begitu, bukan berarti “laut” di Dapil Jawa Barat X tak berombak. Bercermin pada Pemilu 2009 dan 2014, tak mudah bagi partai untuk mempertahankan loyalitas konstituennya. Pada Pemilu 2009, Dapil Jawa Barat X hanya dikuasai oleh 5 partai besar dari puluhan partai yang ikut berkontestasi.
Partai Demokrat dan PDIP menjadi yang terkuat di mana mereka mampu memberikan dua kadernya tiket untuk ke Senayan. Partai besar lain seperti Golkar, PKS dan PAN juga masing masing berhasil mengantarkan satu calegnya ke kursi DPR.
Keadaan ini berubah pada Pemilu 2014, di mana dominasi partai petahana mulai tergerus. Pada Pemilu ini, tidak ada partai yang berhasil meloloskan calegnya lebih dari satu. Artinya, partai-partai lain yang sebelumnya gagal, seperti PPP dan PKB, nyatanya mampu untuk mengubah strategi dan meraup lebih banyak simpati masyarakat.
Hal serupa juga berpotensi untuk terjadi pada Pemilu 2019. Kali ini, Kabupaten Pangandaran bisa jadi penentu dalam perebutan tahta senyan dari Dapil Jawa Barat X. Sebagai wilayah yang baru dimekarkan, Pemilu 2019 esok menjadi pemilihan umum anggota DPR RI pertama yang dilaksanakan di daerah ini.
Walau tidak memiliki jumlah pemilih sebesar Kabupaten Kuningan dan Ciamis, jumlah pemilih di kabupaten ini masih lebih dari 320 ribu orang atau 14,2 persen dari total DPT di Dapil Jawa Barat X.
Namun, bukan hal yang mudah bagi partai penantang untuk mencoba mengambil hati rakyat Kabupaten ini. Pasalnya, bayang-bayang PDIP telah nampak dengan hadirnya Jeje Wiradinata selaku Ketua DPC PDIP Pangandaran serta Bupati Kabupaten Pangandaran.
Tidak hanya itu, pengaruhnya juga semakin kuat mengingat posisinya sebagai ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) di kabupaten di mana sektor perikanan menyumbang nyaris sepertiga pendapatan daerahnya.
Sayangnya, kesetiaan politik di daerah pemilihan ini belum berdampak pada kondisi kemakmuran daerah. Dari segi ekonomi, Dapil Jawa Barat X menjadi salah satu daerah pemilihan termiskin di Jawa Barat.
Dengan PDRB sebesar Rp 60,3 triliun pada 2017, Dapil ini memiliki pendapatan terendah ke dua se Jawa Barat setelah Dapil Jawa Barat III. Secara nasional, PDRB daerah yang meliputi 3 kabupaten dan 1 kota ini pun termasuk dalam 10 terendah. (LITBANG KOMPAS)