JAKARTA, KOMPAS — Dalam survei terbaru Alvara Research Center, pasangan calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, unggul dalam tiga skenario dari pasangan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Meski elektabilitas Prabowo-Sandi terus meningkat, hal itu dianggap terlambat.
Alvara Research Center merilis survei nasional terakhirnya jelang Pemilu 2019 di Jakarta, Jumat (12/4/2019) sore. Survei dilakukan pada 2-8 April 2019 dengan menggunakan multi-stage random sampling yang melibatkan 2.000 responden berusia di atas 17 tahun.
”Elektabilitas Prabowo-Sandi meningkat, tetapi itu sudah terlambat karena pencoblosan tinggal menghitung hari,” kata Direktur Eksekutif Alvara Research Center Hasanuddin Ali.
Elektabilitas Jokowi-Amin pada rilis tersebut berada di angka 52,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 38,8 persen. Artinya, selisih antara dua pasangan tersebut sebesar 13,4 persen. Adapun undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 9,0 persen.
Sampel diambil di 34 provinsi secara proporsional. Responden terbanyak diambil di wilayah Jawa dengan 1.140 orang dan Sumatera 340 orang. Rentang margin of error adalah sebesar 2,23 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dalam tiga skenario yang dilakukan, pasangan Jokowi-Amin tetap mengungguli Prabowo-Sandi dengan selisih beragam. Skenario pertama, jika undecided voters dibagi sama rata dan pemilih keduanya diasumsikan solid 100 persen, Jokowi-Amin mendapatkan perolehan 57,3 persen dan Prabowo-Amin 42,7 persen.
Skenario kedua, dengan membagi undecided voters berdasarkan kecenderungan pilihan mereka dan separuh pemilih swing voters kedua pasangan. Dalam rincian Alvara, ada sebanyak 57,2 undecided voters yang cenderung memilih Jokowi-Amin dengan skala yang berbeda. Adapun yang cenderung memilih Prabowo-sandi sebanyak 42,8 persen.
Alhasil, skenario kedua menunjukkan Jokowi Amin unggul dengan elektabilitas 55,9 persen dibandingkan Prabowo-Sandi (44,1 persen). ”Jumlah itu sudah termasuk separuh swing voters Jokowi-Amin sebesar 13,3 persen dan Prabowo-Amin 10,4 persen,” kata Ali.
Skenario ketiga dibuat berdasarkan perhitungan yang lebih kompleks menggunakan regresi logistik dengan parameter usia. Mudahnya, seluruh responden dibagi berdasarkan usia, pendidikan, strata sosial, agama, etnis, area, dan dukungan partai.
”Kita mengidentifikasi karakter responden dari sisi demografinya, asal dan partai yang didukung. Dari situ diketahui kecenderungannya,” kata Ali. Hasilnya, Jokowi-Amin mendapatkan 59,9 persen suara, sedangkan Prabowo-Sandi sebesar 40,1 persen.
Partisipasi pemilih
Ali menilai, dalam waktu lima hari menjelang pemungutan suara, sudah tidak banyak yang bisa dilakukan kedua kubu selain memastikan kehadiran para pemilih ke TPS. Tingkat partisipasi pemilih menjadi faktor yang bisa mengubah hasil akhir.
”Bisa saja kelompok yang tidak datang ke TPS mayoritas merugikan salah satu pasangan calon. Di sini letak kelemahan survei, karena 100 persen orang diasumsikan memilih,” katanya.
Selain itu, survei Alvara menunjukkan Jokowi-Amin unggul di hampir semua area kepulauan, kecuali Sumatera. Keduanya unggul dari Prabowo-Sandi di area Jawa dengan perolehan 59,5 persen berbanding 30,0 persen, Bali-Nusa Tenggara (57,3 : 42,7), Kalimantan (48,5 : 44,6), Sulawesi (49,3 : 47,9), dan Maluku-Papua (60,0 : 30,0). Di Sumatera, Prabowo-Sandi unggul 57,7 persen dibandingkan dengan Jokowi Amin (32,6).
Di kancah Pemilihan Legislatif 2019, ada delapan partai yang memperoleh suara di atas ambang batas parlemen. Mereka adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan 28,2 persen, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) (19,4), Partai Golongan Karya (Golkar) (8), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (6,8), Partai Demokrat (5,7), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) (5,6), Partai Nasional Demokrat (Nasdem) (4,2), dan Partai Amanat Nasional (PAN).