Banjir luapan Sungai Cimanuk di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terus meluas. Memasuki hari ketiga, Rabu (10/4/2019), ribuan rumah masih terendam dan berdampak pada lebih dari 24.000 jiwa.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Banjir luapan Sungai Cimanuk di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terus meluas. Memasuki hari ketiga, Rabu (10/4/2019), ribuan rumah masih terendam dan berdampak pada lebih dari 24.000 jiwa.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Indramayu, saat ini, sebanyak 8.271 rumah terendam banjir berkisar 20-100 sentimeter. Rumah tersebut tersebar di 19 desa di Kecamatan Indramayu, Sindang, Pasekan, Lohbener, dan Cantigi.
Jumlah rumah terendam bertambah dibandingkan dengan banjir hari kedua, Selasa kemarin, yakni sekitar 3.000 rumah dari 15 desa di empat kecamatan. Jika sebelumnya Indramayu menjadi kecamatan dengan dampak terparah, kini air lebih banyak menggenangi wilayah Pasekan dan Sindang.
Saat ini, lebih dari 24.000 jiwa terdampak banjir. Sebagian besar warga mengungsi ke rumah kerabat, masjid, dan balai desa. Ratusan warga di Desa Babadan, Sindang, bahkan mengungsi di tanggul sungai dengan terpal. Perlengkapan rumah tangga, seperti kulkas hingga kasur, dijemur di pinggir jalan.
Posko utama yang sebelumnya berada di Balai Desa Plumbon, Indramayu, kini pindah ke Kantor Kecamatan Sindang. Sejumlah kantor pemerintahan terendam air, seperti Dinas Pendidikan dan Kantor Kecamatan Sindang.
Kepala BPBD Indramayu Edi Kusdiana mengatakan, banjir meluas karena pasokan air dari hulu Cimanuk terus mengalir. Seperti diketahui, Indramayu merupakan hilir dari Sungai Cimanuk yang berhulu di Kabupaten Garut, melintas Sumedang dan Majalengka.
Pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak Bendung Rentang, tempat pengaturan air ke Sungai Cimanuk. Sebelumnya, debit air dari Rentang ke Cimanuk mencapai lebih dari 995 meter kubik per detik. Padahal, kondisi amannya adalah di bawah 500 meter kubik per detik.
Untuk itu, pihaknya bersama polisi dan TNI terus bersiaga untuk mengantisipasi banjir yang terus meluas. ”Kami juga terus mendistribusikan bantuan, seperti makanan, minuman, dan selimut,” ujarnya.
Pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak Bendung Rentang, tempat pengaturan air ke Sungai Cimanuk. Sebelumnya, debit air dari Rentang ke Cimanuk mencapai lebih dari 995 meter kubik per detik. Padahal, kondisi amannya adalah di bawah 500 meter kubik per detik.
Tania (21), warga Babadan, mengatakan, kebutuhan makanan dan minuman pengungsi sudah terpenuhi. Posko kesehatan juga telah dibangun. ”Namun, kami membutuhkan selimut dan alas tidur,” ujar Tania yang mengungsi di bawah terpal lusuh.
Sementara itu, jalan raya penghubung Kecamatan Jatibarang dan Indramayu sudah bisa diakses seiring menurunnya ketinggian banjir. Meski demikian, banjir masih menggenangi Jalan Letjen Suprapto dan jalan penghubung antardesa di Sindang. Tidak sedikit pengendara sepeda motor terpaksa mendorong kendaraannya yang mogok.
Kepala Dinas Pertanian Indramayu Takmid mengatakan, saat ini pihaknya belum menerima laporan sawah yang terendam banjir. ”Sawah di daerah banjir sudah panen. Memang, ada beberapa yang mulai persemaian untuk tanam berikutnya dan terkena banjir, tetapi ini masih aman,” ujarnya.